Pertama: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:
"Allah
tetap menerima uzur - alasan - seseorang yang diakhirkan ajalnya,
sehingga ia berumur enampuluh tahun." (Riwayat Bukhari)
Para
ulama berkata bahwa maknanya itu ialah Allah tidak akan
membiarkan-tidak menerima-uzur seseorang yang sudah berumur enampuluh
tahun itu, sebab telah dilambatkan oleh Allah sampai masa yang setua
itu.
Dikatakan: Azarar rajulu: apabila ia sangat banyak mengemukakan keuzurannya.
Nomor:113
Kedua: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Umar رضي الله عنه memasukkan diriku [11]dalam
barisan sahabat-sahabat tua yang pernah mengikuti perang Badar. Maka
sebagian orang-orang tua itu seolah-olah ada yang merasakan tidak enak
dalam jiwanya, lalu berkata: "Mengapa orang ini masuk beserta
kita,sedangkan kita mempunyai anak-anak yang sebaya umurnya dengan dia?"
Umar kemudian menjawab: "Sebenarnya dia itu sebagaimana yang engkau
semua ketahui," - maksudnya bahwa Ibnu Abbas itu diasuh dalam rumah
kenabian dan ia adalah sumber ilmu pengetahuandan berbagai pendapat yang
tepat."
Selanjutnya
pada suatu hari Umar memanggil saya, lalu memasukkan saya bersama- sama
dengan para orang tua di atas. Saya tidak mengerti bahwa Umar memanggil
saya pada hari itu, melainkan hanya untuk memperlihatkan keadaan saya
kepada mereka itu. Umar itu berkata: "Bagaimanakah pendapat
saudara-saudara mengenai firman Allah - yang artinya: "Jikalau telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan." Maka sebagian para sahabat
tua- tua itu berkata: "Maksudnya ialah kita diperintah supaya memuji
kepada
Allah
serta memohonkan pengampunan daripadaNya jikalau kita diberi
pertolongan serfa kemenangan." Sebagian mereka yang lain diam saja dan
tidak mengucapkan sepatah katapun. Umar lalu berkata kepadaku: "Adakah
demikian itu pula pendapatmu, hai Ibnu Abbas?" Saya lalu menjawab:
"Tidak." Umar bertanya lagi: "Jadi bagaimanakah pendapatmu?" Saya
menjawab: "Itu adalah menunjukkan tentang ajal Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
Allah telah memberi tahukan pada beliau tentang dekat tibanya ajal itu.
Jadi Allah berfirman - yang artinya: "Jikalau telah datang pertolongan
dari Allah serta kemenangan," maka yang sedemikian itu adalah sebagai
tanda datangnya ajalmu. Oleh sebab itu maka memaha sucikanlah dengan
mengucapkan puji-pujian kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan padaNya,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima taubat."
Umar رضي الله عنهlalu
berkata: "Memang, saya sendiri tidak mempunyai pendapat selain daripada
seperti apa yang telah engkau ucapkan itu." (Riwayat Bukhari)
[11]Maksudnya
memasukkan diriku (yakni Ibnu Abbas) di kalangan golongan orang-orang
yang sudah tua-tua yang pernah mengikuti peperangan Badar dahulu, untuk
diajak bermusyawwarat atau memecahkan persoalan- persoalan yang penting.
Padahal Ibnu Abbas (namanya sendiri Abdullah) adalah seorang pemuda.
Oleh sebab itu di antara orang tua-tua itu ada yang tidak enak hati atau
marah-marah.
Nomor:114
Ketiga: Dari Aisyah رضي الله عنها, katanya: "Tidaklah Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersembahyang sesuatu shalat setelah turunnya ayat: Idza ja-a
nashrullahi walfathu - Apabila telah tiba pertolongan dari Allah dan
kemenangan, melainkan dalam shalatnya itu selalu mengucapkan: Subhanaka
rabbana wa bihamdik. Allahummaghfirli - Maha Suci Engkau wahai Tuhan
kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya Allah berilah
pengampunan padaku." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat yang tertera dalam kedua kitab shahih - yakni Bukhari dan Muslim, disebutkan dari Aisyah pula demikian:
"Rasulullah صلی الله عليه وسلم
itu memperbanyakkan ucapannya dalam ruku' dan sujudnya yaitu:
Subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, Allahummaghf'ir Hi - Maha Suci
Engkau ya Allah Tuhan kami dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaMu. Ya
Allah, berikanlah pengampunan padaku," beliau mengamalkan benar-benar
apa-apa yang menjadi isi al-Quran.
Makna:
Yata-awwalul Quran ialah mengamalkan apa-apa yang diperintahkan pada
beliau itu yang tersebut dalam al-Quran, yakni dalam firman Allah
Ta'ala: Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya: Maka maha
sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian kepada TuhanMu dan mohonlah
pengampunan kepadaNya.
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
"Rasulullah صلی الله عليه وسلم
itu memperbanyak ucapannya sebelum wafatnya, yaitu: Subhanaka wa
bihamdika, astaghfiruka wa atubu ilaik - Maha Suci Engkau dan saya
mengucapkan puji- pujian kepadaMu, saya mohon pengampunan serta
bertaubat kepadaMu.
Aisyah
berkata: Saya berkata: "Hai Rasulullah, apakah artinya kalimat-kalimat
yang saya lihat Tuan baru mengucapkannya itu?" Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Itu dijadikan sebagai alamat bagiku untuk ummatku, jikalau
saya telah melihat alamat tersebut. Itu saya ucapkan apabila telah
datang pertolongan dari Allah dan kemenangan." Beliau membaca surat an-
Nashr itu sampai selesai.
Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan:
"Rasulullah صلی الله عليه وسلم
memperbanyakkan ucapan: Subhanallah wabihamdih, astaghfirullah wa atubu
ilaih - Maha Suci Allah dan saya mengucapkan puji-pujian kepadaNya,
saya mohon pengampunan serta bertaubat kepadaNya.
Aisyah
berkata: Saya berkata: "Ya Rasulullah, saya lihat Tuan selalu
memperbanyak ucapan: Subhanallah wa bihamdih, astaghfirullah wa atubu
ilaih. Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu bersabda:
"Tuhanku
telah memberitahukan kepadaku bahwasanya aku akan melihat sesuatu
alamat untuk ummatku. Jikalau saya melihatnya itu, maka aku
memperbanyakkan ucapan Subhanallah wa bihamdih astaghfirullah wa atubu
ilaih. Kini aku telah melihat alamat tersebut, yaitu jikalau telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan yakni dengan dibebaskannya kota
Makkah. Dan engkau melihat para manusia masuk dalam agama Allah dengan
berduyun-duyun. Maka maha sucikanlah dengan mengucapkan puji-pujian
kepada Tuhanmu dan mohonlah pengampunan kepadaNya, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penerima taubat."
Nomor:115
Kelima: Dari Jabir رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya." (Riwayat Muslim)
Penjelasan:
Hadis
ini menyerukan setiap manusia muslim lagi mu'min agar senantiasa
berbuat kebaikan kepada siapapun, mengerjakan apa-apa yang diridhai
Allah, menetapi sunnah- sunnahnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
dalam segala waktu, tempat dan keadaan. Juga menyerukan supaya terus
menerus memiliki keikhlasan hati dalam mengamalkan segala hal
semata-mata untuk Allah Ta'ala jua, baik dalam ucapan ataupun perbuatan.
Kepentingannya ialah agar di saat kita ditemui oleh ajal, maka kematian
kitapun menetapi keadaan sebagaimana yang tersebut di atas itu,
sehingga pada hari kita diba'ats atau dibangunkan dari kubur nanti,
keadaan kitapun sebagaimana halnya apa yang kita tetapi sewaktu kita
berada di dunia ini.
Semogalah kita memperoleh husnul-khatimah atau penghabisan yang bagus dan terpuji.
Nomor:116
Keempat: Dari Anas رضي الله عنه,
katanya: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajallasenantiasa mengikutkan
terus-sambung menyambung - dalam menurunkan wahyu kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم sebelum wafatnya sehingga beliau itu wafat, di situlah sebagian besar wahyu diturunkan." (Muttafaq 'alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar