Riyadhus
Shalihin – 144
Bab 23
Memerintah Dengan Kebaikan Dan
Melarang Dari Kemungkaran
Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah ada di antara engkau semua itu suatu ummat
-golongan - yang mengajak kepada kebaikan, memerintah dengan kebagusan serta
melarang dari kemungkaran. Mereka itulah orangorang yang berbahagia." (ali-lmran: 104)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Adalah engkau sekalian itu sebaik-baik ummat yang
dikeluarkan untuk seluruh manusia, karena engkau semua memerintah dengan
kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (ali-lmran: 110)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Berikanlah pengampunan, perintahtah dengan kebaikan
dan janganlah menghiraukan pada orang-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Orang-orang mu'min lelaki dan orang-orang mu'min
perempuan itu, setengahnya adalah kekasih setengabnya, karena mereka memerintah
dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (at-Taubah: 71)
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang-orang kafir dari kaum Bani Israil itu terkena
laknat dari lidah Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Hal itu disebabkan karena
mereka durhaka dan melanggar aturan. Mereka tidak saling larang-melarang
kemungkaran yang mereka kerjakan, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka lakukan
itu." (al-Maidah: 78-79)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya ,dari Tuhanmu
semua. Maka barangsiapa yang suka, maka baiklah ia beriman dan barangsiapa yang
suka maka baiklah ia menjadi kafir." (al-Kahf:
29)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Maka laksanakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu." (al-Hijr: 94)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang dari
keburukan dan Kami meneterapkan hukuman kepada orang-orang yang menganiaya
dengan siksaan yang pedih dengan sebab mereka
berbuat kefasikan." (al-A'raf:
165)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali serta dapat dimaklumi. Adapun
Hadis-hadisnya ialah:
185. Pertama: Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa di antara engkau semua melihat
sesuatu kemunkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau
tidak dapat - dengan atau kekuasaannya, maka dengan lisannya -dengan jalan
menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi –dan jikalau tidak dapat juga
- dengan lisannya, maka dengan hatinya - maksudnya hatinya mengingkari serta
tidak menyetujui perbuatan itu. Yang sedemikian itu - yakni dengan hati saja -
adalah selemah-lemahnya keimanan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Kemunkaran itu jangan didiamkan saja merajalela. Bila kuasa harus
diperingatkan dengan perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu
juga. Bila tidak sanggup, maka dengan Iisan (dengan nasihat peringatan atau
perkataan yang sopan-santun),sekalipun ini agak lambat berubahnya. Tetapi kalau
masih juga tidak sanggup, maka cukuplah bahwa hati kita tidak ikut-ikut
menyetujui adanya kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu
tanda bahwa iman kita sangat lemah sekali. Karena dengan hati itu hanya bermanfaat
untuk diri kita sendiri, sedang dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat
untuk kita dan masyarakat umum, hingga kemungkaran itu tidak terus menjadijadi.
186. Kedua: Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Tiada seorang nabipun yang diutus oleh Allah sebelumku
-Muhammad s.a.w.,
melainkan ia mempunyai beberapa orang hawari - penolong atau
pengikut setia – dari kalangan ummatnya, juga beberapa sahabat,yang mengambil
teladan dengan sunnahnya serta mentaati perintahnya. Selanjutnya sesudah mereka
ini akan menggantilah beberapa orang pengganti yang suka mengatakan apa yang
tidak mereka lakukan, bahkan juga melakukan apa yang mereka tidak
diperintahkan. Maka barangsiapa yang berjuang melawan mereka itu - yakni para
penyeleweng dari ajaran-ajaran nabi yang sebenarnya ini -dengan tangan - atau
kekuasaannya, maka ia adalah seorang mu'min, barangsiapa yang berjuang melawan
mereka dengan lisannya, iapun seorang mu'min dan barangsiapa yang berjuang
melawan mereka dengan hatinya, juga seorang mu'min, tetapi jikalau semua itu
tidak - dengan tangan, Iisan dan hati, maka tiada keimanan samasekali sekalipun
hanya sebiji sawi." (Riwayat Muslim)
187. Ketiga: Dari Abulwalid, yaitu 'Ubadah bin as-Shamit r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. membai'at kepada kita semua untuk tetap mendengar
- patuh - serta taat, baik dalam keadaan sukar ataupun mudah, juga dalam
keadaan lapang dan payah - tertekan, juga agar kita semua lebih mengutamakan
kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Selain itu pula supaya kita semua
tidak mencabut sesuatu perkara -jabatan -dari orang yang memegangnya, kecuali
jikalau engkau semua melihat orang itu masuk dalam kekafiran yang nyata, yang bagimu
ada bukti dari Allah dalam perkara kekafirannya tadi. Dibai'at pula agar kita
semua berkata dengan hak - kebenaran - di mana saja kita berada, tidak perlu
takut untuk mengatakan hak itu akan celaan dari orang yang suka mencela."
(Muttafaq 'alaih)
188. Keempat: Dari Annu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma dari
Nabi s.a.w.
bersabda:"Perumpamaan orang yang berdiri tegak - untuk
menentang orang-orang yang melanggar - pada had-had Allah - yakni apa-apa yang
dilarang olehNya - dan orang yang menjerumuskan diri di dalam had-had Allah -
yakni senantiasa melanggar laranganlaranganNya- adalah sebagai perumpamaan
sesuatu kaum yang berserikat - yakni bersamasama- ada dalam sebuah kapal, maka
yang sebagian dari mereka itu ada di bagian atas kapal, sedang sebagian lainnya
ada di bagian bawah kapal. Orang-orang yang berada di bagian bawah kapal itu
apabila hendak mengambil air, tentu saja melalui orang-orang yang ada di atasnya
- maksudnya naik keatas dan oleh sebab hal itu dianggap sukar, maka mereka berkata:
"Bagaimanakah andaikata kita membuat lobang saja di bagian bawah kita ini,
suatu lobang itu tentunya tidak mengganggu orang yang ada di atas kita."
Maka jika sekiranya orang yang bagian atas itu membiarkan saja orang yang
bagian bawah menurut kehendaknya, tentulah seluruh isi kapal akan binasa.
Tetapi jikalau orang bagian atas itu mengambil tangan orang yang bagian bawah -
melarang mereka dengan kekerasan – tentulah mereka selamat dan selamat pulalah
seluruh penumpang kapal itu." (Riwayat Bukhari)
189. Kelima: Dari Ummui mu'minin yaitu Ummu Salamah yakni Hindun
binti Abu Umayyah yakni Hudzaifah radhiallahu 'anha, dari Nabi s.a.w.,
bahwasanya beliau s.a.w. bersabda: "Bahwasanya saja nanti itu akan
digunakanlah beberapa pemimpin negara - amir-amir, maka engkau semua akan
menyetujui mereka, karena kelakuan mereka itu sebagian ada yang sesuai dengan
syariat agama, tetapi engkau semuapun akan mengingkari mereka-sebab ada pula
kelakuan-kelakuan mereka yang melanggar syariat agama. Maka barangsiapa yang
benci - dengan hatinya, ia terlepaslah dari dosa, juga barangsiapa yang
mengingkari, iapun selamat - dari siksa akhirat. Tetapi barangsiapa yang ridha
serta mengikuti -pemimpin-pemimpin di atas, itulah yang bermaksiat."Para
sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah tidak perlu kita memerangi mereka
itu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan, selama mereka masih mendirikan
shalat bersamamu semua." (Riwayat Muslim) Maknanya ialah bahwa barangsiapa
yang membenci kepada pemimpin-pemimpin yang suka melanggar syariat agama itu
dengan hatinya, karena tidak kuasa mengingkari mereka dengan tangan atau
lisannya, maka ia telah terlepas dari dosa dan ia telah pula menunaikan
tugasnya. Juga barangsiapa yang mengingkari dengan sekedar kekuatannya, iapun
selamat dari kemaksiatan ini. Tetapi barangsiapa yang ridha dengan
kelakuankelakuan mereka serta mengikuti jejak mereka, maka itulah orang yang
bermaksiat.
190. Keenam: Dari Ummul mu'minin yakni Ummulhakam, yaitu Zainab
binti Jahsy radhiallahu 'anha, bahwasanya Rasulullah s.a.w. masuk dalam
rumahnya dengan rasa ketakutan. Beliau s.a.w. mengucapkan:"La ilaha
illallah, celaka bagi bangsa Arab, karena adanya keburukan yang telah dekat. Hari
itu telah terbuka tabir Ya'juj dan Ma'juj 15, seperti ini," dan beliau s.a.w. mengolongkan kedua jarinya
sebagai bulatan, yakni ibu jari dan jari sebelahnya - jari telunjuk. Saya -
Zainab- lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa, sedangkan
di kalangan kita masih ada orang-orang yang shalih?" Beliau s.a.w.
bersabda: "Ya jikalau keburukan itu telah banyak."(Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
15 Ya'juj dan Ma'juj adalah dua bangsa yang dahulu banyak membuai kerusakan
di atas bumi, lalu batas daerah kediaman mereka ilu ditutup dengan cor-coran
besi bercampur tembaga, sehingga mereka tidak dapat keluar dari situ,sebab
tembok besi bercampur tembaga tadi amat tebal dan licinnya, pula sangat linggi.
Nanti apabila sudah dekat sekali tibanya hari kiamat kedua bangsa itu akan
dapat keluar, sebab temboknya pecah-pecah dan hancur. Keluarnya kedua bangsa
itu merupakan alamat besar bahwa hari kiamat sudah dekat sekali tibanya.Hadis
ini menunjukkan bahwa manakala di dalam suatu tempat atau negeri sudah terlampau
banyak keburukan, kemungkaran, kefasikan dan kecurangan, maka kebinasaan dan
kerusakan akan merata di daerah itu dan tidak hanya mengenai orang jahat-jahat
saja, tetapi orang-orang shalih tidak akan dapat menghindarkan diri dari azab
Allah itu, sekalipun jumlah mereka itu cukup banyak. Oleh sebab itu segala
macam kemaksiatan dan kemungkaran hendaklah segera dibasmi dan segala keburukan
segera dimusnahkan, agar jangan sampai terjadi malapetaka sebagaimana yang
diuraikan di atas.
191. Ketujuh: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w.
sabdanya: "Hindarilah olehmu semua duduk-duduk di jalan-jalanan."
Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita tidak dapat meninggalkan
duduk-duduk kita, sebab kita semua bercakap-cakap di situ." Rasulullah
s.a.w. lalu bersabda; "Jikalau engkau semua enggan, melainkan tetap ingin duduk-duduk
di situ, maka berikanlah jalan itu haknya." Mereka bertanya: "Apakah
haknya jalan itu,ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu
memejamkan mata, menahan diri membuat sesuatu yang berbahaya, menjawab salam,
memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (Muttafaq
'alaih)
192. Kedelapan: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwa-sanya
Rasulullah s.a.w. melihat seutas cincin pada jari seseorang, kemudian beliau
melepaskannya lalu meletakkannya dan bersabda: "Seseorang dari engkau
semua sengaja menuju kepada bara api dari neraka, maka ia menjadikannya dalam
tangannya."Kemudian setelah Rasulullah s.a.w. pergi, kepada orang yang
memiliki cincin itu dikatakan: "Ambillah cincinmu. Manfaatkanlah ia -
untuk keperluan lain." Orang itu menjawab: "Tidak, demi Allah, saya
tidak akan mengambil cincin ini selama-lamanya.Bukankah ia telah diletakkan
oleh Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)
193. Kesembilan: Dari Abu Said al-Hasan al-Bishri bahwasanya 'Aidz
bin 'Amr r.amasuk ke tempat 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Hai
anakku, saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
seburuk-buruk penggembala ialah orang yang tidak belas kasihan - pada
gembalanya," maka janganlah engkau termasuk golongan penggembala yang
semacam itu." 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: "Duduklah, karena hanyasanya
engkau itu adalah termasuk antah dari golongan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w.
- maksudnya bukan termasuk sahabat pilihan atau yang utama, 'Aidz bin 'Amr menjawab:
"Apakah di kalangan sahabat-sahabat ada yang termasuk golongan antah? Yang
termasuk antah ialah orang-orang yang datang sesudah sahabat-sahabat beliau
s.a.w. itu atau yang memang bukan sahabat." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Huthamah, artinya
manusia yang bersikap keras kepala gembalanya, baik cara
menggiringnya ke ladang yakni tempat penggembalaan, dalam cara
memberikan makanan dan minuman dan lain-lain lagi,sehingga yang digembalakan
itu terdesak-desak antara yang satu dengan yang lain. Juga sering kali ia
memukulnya sehingga menyakitkan sekali. Hadis di atas bukan hanya khusus untuk
penggembala ternak saja, tetapi juga penggembala rakyat, yakni para penguasa
yang memimpin negara, para majikan terhadap kaum buruhnya, komandan terhadap
pasukannya, guru terhadap muridnya dan lain-lain sebagainya. Semua itu
diperintahkan oleh agama Islam agar bersikap sebagai kedua orang tua yang amat
kasih sayang kepada anaknya.
194. Kesepuluh: Dari Hudzaifah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, niscayalah
engkau semua memerintahkan dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran atau
kalau tidak, maka hampir-hampir saja Allah akan menurunkan siksa kepadamu semua,
kemudian engkau semua berdoa kepadaNya, tetapi tidak akan dikabulkan untukmu
semua doa itu." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan.
195. Kesebelas: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w.
sabdanya: "Seutama-utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut
keadilan di hadapan seorang sultan - pemegang kekuasaan negara yang
menyeleweng." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Termidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Keterangan:
Sebabnya berkata adil dan hak (benar) kepada sultan (penguasa
negara) yang curang itu dianggap jihad atau perjuangan yang paling utama,
karena memang jarang sekali yang berani melaksanakan, sebab takut balas
dendamnya. Yang dimaksudkan kalimat adil dan hak itu seperti menasihati jikalau
sultan atau penguasa itu bertindak sewenang-wenang, menyeleweng dari tuntunan
yang benar atau ia sendiri berbuat kemaksiatan dan kemungkaran. Juga termasuk
di dalamnya apabila orang bawahan sultan atau penguasa tadi memberikan laporan,
artinya apa yang dilaporkan itu wajiblah menurut kenyataan. Rakyat miskin
jangan dilaporkan makmur, ummat mengeluh jangan dilaporkan gembira, hasil tanaman
rusak jangan dilaporkan memuaskan dan sebagainya. Jikalau semua itu
dilaksanakan baik-baik, maka berartilah bahwa orang yang suka melakukannya
tersebut telah menunaikan jihad atau perjuangan yang seutama-utamanya.
196. Keduabelas: Dari Abu Abdillah, yaitu Thariq bin Syihab
al-Bajali al-Ahmasi r.a. bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi
s.a.w. dan ia telah meletakkan kakinya pada sanggur di - tempat berpijak pada
kendaraan unta atau lain-lain yang terbuat dari kulit atau kayu, katanya:
"Manakah jihad itu yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab:
"Yaitu mengucapkan kata-kata yang hak di hadapan sultan yang
menyeleweng." Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan isnad shahih.
197. Ketigabelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya pertama kali cela yang mengenai kaum Bani
Isratl ialah bahwasanya ada seorang lelaki yang bertemu dengari lelaki lainnya,
kemudian orang tadi berkata kepada kawannya: "Bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah apa yang engkau kerjakan, sebab hal itu tidak halal
untukmu." Kemudian orang itu menemui kawannya pada esok harinya, sedang
kawannya itu masih mengerjakan sebagaimana keadaannya kemarin, tetapi perbuatannya
yang sedemikian itu tidak menyebabkan ia enggan untuk tetap menjadi kawannya
makan, minum dan duduk bersama. Ketika kaum Bani Israil sudah sama melakukan
yang seperti tadi, Allah lalu memukulkan - membencikan - hati setengah mereka kepada
setengahnya, kemudian beliau mengucapkan ayat - yang artinya: "Orang-orang
kafir dari kaum Bani Israil itu dilaknat atas lisannya Dawud dan Isa anak
Maryam. Yang sedemikian itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan
(78). Mereka tidak saling larang-melarang pada kemungkaran yang mereka
kerjakan, alangkah buruknya apa yang mereka lakukan itu (79). Engkau melihat
kebanyakan mereka itu mengambil orangorang kafir menjadi pemimpin, sesungguhnya
amat buruklah apa yang mereka kirimkan lebih dulu untuk diri mereka 16, sehingga firmanNya: "Kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (al-Maidah: 78-81) Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Jangan
demikian, demi Allah, niscayalah engkau semua itu wajib memerintahkan kebaikan,
melarang dari kemungkaran, mengambil tangan orang yang zalim – yakni menghentikan
kezalimannya - serta mengembalikannya atas kebenaran yang sesungguhnya, juga
membasmi tindakannya kepada yang hak saja dengan pembatasan yang
sesungguhsungguhnya. Atau jikalau semua itu tidak dilakukan, maka niscayalah
Allah akan memukulkan - membencikan - hati setengahmu terhadap setengahnya
kemudian melaknati - mengutuk - engkau semua sebagaimana Dia mengutuk mereka -
Bani Israil." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan. Ini adalah menurut lafaznya Imam 'Abu Dawud. Adapun
lafaznya Imam Termidzi ialah: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika kaum
Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, lalu alim ulama mereka
itupun melarang mereka, tetapi mereka tidak menghentikan perbuatan mereka itu.
Kemudian alim ulama tadi mengawani mereka dalam duduk, makan dan minumnya -
sebagai menyetujui kemungkaran yang dilakukan itu. Karena itu Allah lalu
memukulkan - membencikan - hati setengah mereka terhadap setengahnya serta
melaknat mereka atas lidahnya Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian
itu adalah karena mereka telah melanggar aturan." Kemudian Rasulullah
s.a.w. duduk dan sebelum itu beliau s.a.w. bersandar, lalu meneruskan sabdanya:
"Jangan demikian. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya.
Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orangorang yang
berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya."
198. Keempatbelas: Dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. katanya:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua tentu membaca ayat ini -
yang artinya: "Hai sekalian orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu sendiri, tidaklah akan membikin bahaya kepadamu semua
orang yang sesat itu, jikalau engkau telah memperoleh petunjuk." (al-Maidah: 105), tetapi sesungguhnya saya juga mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda: 16 Sampai kata-kata "diri mereka" itu
belum selesai ayat 80 dari surah al-Maidah. Lanjutan ialah: Allah memurkai
mereka dan mereka pasti kekal dalam siksaan (80). Jikalau mereka beriman kepada
Allah, kepada Nabi dan apa-apa yang diwahyukan padanya, lentulah mereka tidak
mengambil orang-orang kafir itu menjadi pemimpin. Tetapi kebanyakan mereka
adalah orang-orang fasik (kurang sempurna akalnya)"
(81)."Sesungguhnya para manusia itu apabila melihat orang yang zalim, lalu
tidak mengambil atas kedua tangannya — tidak menghentikan perbuatannya 17, maka hampir saja Allah akan meratakan
terhadap seluruh manusia tadi dengan menurunkan siksaNya." Diriwayatkan
oleh Imam-Imam Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i dengan isnad-isnad yang shahih. 17
Yakni mencegahnya dari penganiayaan yang dilakukan baik dengan tangan atau
kekuasaan, dengan lisan atau nasihat atau pun dengan mengingkari dalam hati,
maka dengan cepat atau lambat, Allah akan menurunkan siksanya. Siksa itu akan
dijatuhkan kepada orang yang zalim, sebab kezalimannya, juga kepada
orang-orang lain yang tidak ikut melakukan kezaliman, sebab mereka
berdiam saja, padahal dapat mencegah atau kuasa menghentikan perilaku si zalim
tadi, tetapi berhubung pertimbangan ini atau itu, ia engganmelarangnya,
misalnya karena takut hilang kedudukannya dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar