Riyadhus
Shalihin – 214
Bab 43
Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah
s.a.w.
Dan MenerangkanKeutamaan Mereka
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Allah menghendaki akan menghilangkan
kotoran daripadamu semua, hai ahlul bait - yakni keluarga Rasulullah - dan
membersihkan engkau semua dengan sebersih-bersihnya." (al- Ahzab: 33)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan barangsiapa yang memuliakan tanda-tanda suci -
agama Allah, maka sesungguhnya yang sedemikian itu adalah menunjukkan ketaqwaan
hati." (al-Haj:32)
Keterangan:
Ahli bait Rasulullah s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula
zurriyah atau keturunannya dan yang dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak
boleh diberi sedekah dan merekapun haram pula menerimanya apabila diberi, di
negeri kita pada umumnya diberi nama "Sayyid" bagi yang lelaki dan
"Sayyidah" bagi yang wanita. Golongan sayyid atau sayyidah itu adalah
dari keturunan Sayidina Hasan r.a. Adapun jika dari keturunan Sayidina Husain
r.a., maka diberi nama "Syarif" bagi yang lelaki dan
"Syarifah" bagi yang perempuan. Makna sebenarnya, sayyid adalah pemuka
dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau mengetuai, sedang Syarif artinya adalah
orang yang mulia dari kata Syarufe Yasyrufu,
maknanya mulia. Dalam Hadis yang tertera di
bavvah ini tercantum suatu anjuran kepada kita semua, agar kita memuliakan
kepada golongan mereka, tetapi ini tidak bererti bahwa kita tidak perlu memuliakan
kepada golongan selain mereka itu. Perihal penghormatan terhadap siapa pun juga
manusianya, tetap wajib. Jadi dalam hal penghormatan sama sekali tidak ada diskriminasi
atau perbedaan, baik mengenai caranya, menemui atau berhadapan dengannya dan
lain-lain lagi. Jadi jikalau di antara golongan mereka ada yang meminta supaya dimuliakan
lebih dari golongan selain mereka, maka hal itu tidak dapat dibenarkan, sebab manusia
yang termulia di sisi Allah hanyalah yang terlebih ketaqwaannya kepada Allah Ta'ala
itu belaka. Sebagian golongan ada yang menggunakan ayat di bawah ini sebagai
nash atau dalil bahawa Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh ummatnya agar keturunan
beliau s.a.w. lebih dimuliakan, lebih dihormati dan dialu-alukan daripada
golongan lainnya. Ayat yang digunakan pedoman itu ialah yang berbunyi: "Katakanlah - wahai Muhammad! Untuk ajakan itu, aku
tidak meminta upah atau bayaran kepadamu semua, melainkan kekasih sayangan
terhadap keluarga". (asy-Syura:23) Oleh
sementara golongan, keluarga yang wajib dikasih-sayangi ialah keluarga Rasulullah
s.a.w., dengan makna bahwa mereka yang diberi nama Sayyid, Sayyidah, Syarif atau
Syarifah itu wajib lebih dimuliakan dan dihormati melebihi yang lain. Jadi
makna Alqurbaa dikhususkan kepada keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain
radhiallahu 'anhuma yang keduanya itu putera Sayidina Ali r.a. dan isterinya
bernama Sayidatina Fathima radhiallahu 'anha yakni puteri Rasulullah s.a.w.
Tetapi beberapa ahli tafsir menjelaskan bahawa makna dari lafaz Alqurbaa itu bukan
dikhususkan untuk golongan keturunan Sayidina Hasan serta Sayidina Husain r.a.
itu saja. Baiklah kita meneliti sejenak apa yang dijelaskan dalam Ash-Shawi, sebuah
hasyiyah dari Tafsir Jalalain dan hasyiyah atau kupasan tersebut ditulis oleh Imam Ahmad
ash-Shawi al-Maliki. Di antara kupasannya mengenai lafaz Alqurbaa beliau
berkata: "Para ahli tafsir sama berselisih pendapat dalam memberikan makna
ayat ini," yang dimaksudkan ialah "kasih-sayang pada keluarga,
sehingga jumlah pendapat itu menjadi tiga macam. Selanjutnya secara ringkasnya
beliau menyatakan:
(a) Kekeluargaan.
(b) Kerabat atau rasa
kefamilian antara seluruh kaum muslimin.
(c) Mentaqarrubkan atau
mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan amal perbuatan yang baik dan diridhai olehNya. Jadi
kalau yang digunakan menurut bagian (a) yakni yang pertama, maka benarlah bahawa
zurriyah Nabi s.a.w. itulah yang dimaksudkan, sebagaimana juga tertera dalam Hadis
di bawah ini, yaitu no. 345. Namun demikian, kalau ada yang mengatakan bahawa
golongan mereka itu adalah manusia suci dari dosa, ataupun sudah pasti masuk
syurga, atau pada akhir hayatnya pasti memperoleh husnul khatimah atau
lain-lain yang bukan-bukan, maka sama sekali tidak dapat diterima, sebab,
memang tidak ada keterangan dalam al-Quran atau Hadis yang terjamin
kebenarannya, sebab suci atau terjaga dari dosa (ma'shum minadz-dzunub) hanyalah
para Nabi 'alaihimush shalatu wassalam, sedangkan masuk syurga ataupun memperoleh
husnul khatimah adalah semata-mata di dalam ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sesudah kita meninjau salah satu kitab tafsir yang ditulis oleh angkatan tua,
kini marilah kita meneliti apa yang ditulis oleh salah seorang ahli tafsir dari
angkatan sekarang atau dalam abad kita ini, yaitu seorang Sayyid juga yang
bernama Sayid Quthb dalam kitabnya yang bernama Fi-Dhilalil Quran yang
ertinya "Di bawah naungan al-Quran." Keringkasan dari huraian beliau
itu adalah sebagai berikut: "Dalam menyampaikan agama Allah yakni Agama
Islam kepada ummatnya yang dimulainya dengan golongan kaum Quraisy, Nabi s.a.w.
mendapat banyak tentangan dan permusuhan, beliau s.a.w. disakiti dan lain-lain.
Padahal yang melakukan penganiayaan sedemikian itu adalah kaumnya sendiri, kaum
Quraisy yang terdiri dari berbagai bathn
atau perkampungan, padahal dalam setiap bathn dari golongan kaum
Quraisy itu beliau pasti mempunyai ikatan kekeluargaan. Jadi yang diharapkan
oleh beliau s.a.w. hendaklah mempunyai rasa kasih-sayang sebab toh juga masih
ada ikatan kekeluargaan yakni Alqurbaa. Sayid Quthb tidak memberikan ulasan selain yang diringkaskan di
atas itu. Wallahu A'lam bish-shawaab.
345. Dari Yazid bin Hayan, katanya: "Saya berangkat bersama
Hushain binSabrah dan Umar bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita
sudah duduk-duduk di dekatnya, lalu Hushain berkata padanya: "Hai Zaid,
engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Engkau dapat kesempatan
melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan Hadisnya, berperang besertanya dan juga
bersembahyang di belakangnya. Sungguh-sungguh engkau telah memperoleh kebaikan
yang banyak sekali. Cubalah beritahukan kepada kita apa yang pernah engkau
dengar dari Rasulullah s.a.w. Zaid lalu berkata: "Hai anak saudaraku, demi
Allah,sungguh usiaku ini telah tua dan janji kematianku hampi rtiba, juga saya
sudah lupa akan sebagian apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah
s.a.w. Maka dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah
itu, sedang apa yang tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua jangan
memaksa-maksakan padaku untuk saya terangkan." Selanjutnya ia berkata:
"Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah di suatu tempat berair yang
disebut Khum, terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau s.a.w. lalu bertahmid
kepada Allah serta memujiNya, lalu menasihati dan memberikan peringatan, kemudian
bersabda: "Amma Ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, hanyasanya saya
ini adalah seorang manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku - yakni
malaikatul-maut, kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya - yakni
diwafatkan. Saya meninggalkan untukmu semua dua benda berat - agung - yaitu
pertama Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah
amalkanlah - dengan berpedoman kepada Kitabullah itu dan peganglah ia
erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh serta
mencintai benar-benar kepada kitabullah itu. Selanjutnya beliau s.a.w.
bersabda: "Dan juga ahli baitku. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk
bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, sekali lagi saya
memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli
baitku." Hushain lalu berkata kepada Zaid: "Siapakah ahli baitnya
itu, hai Zaid. Bukankah isteri-isterinya itu termasuk dari golongan ahli
baitnya?" Zaid menjawab: "Ahli baitnya Rasulullah s.a.w. ialah Ahli
keluarga keturunan - Ali, Alu Aqil, Alu Ja'far dan Alu Abbas." Hushain
mengatakan: "Semua orang dari golongan mereka ini diharamkan menerima sedekah."
Zaid berkata: "Ya, benar." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain
disebutkan: "Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua
dua benda beratagung, pertama ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah.
Barangsiapa yang mengikutinya ia dapat memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa
yang meninggalkan - mengabaikan - padanya, ia akan berada dalam
kesesatan." Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Abu Bakar as-Shiddiq
r.a. dalam sebuah Hadis mauquf
'aiaih, bahawasanya dia berkata: "Intailah
Muhammad s.a.w. dalam ahli baitnya." (Riwayat Bukhari) Maknanya Urqubuhu ialah
jagalah dan hormati serta memuliakanlah ia, dengan menghormati serta memuliakan
ahli baitnya Rasulullah s.a.w. itu. Wallahu a'lam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar