Riyadhus
Shalihin – 221
Bab 45
Berziarah Kepada Para Ahli
Kebaikan, Duduk-duduk Dengan Mereka,
Mengawani Mereka, Mencintai
Mereka, Meminta Mereka Supaya
Berziarah — Ke
Tempat Kita, Meminta Doa Dari Mereka Serta
Berziarah Ke Tempat-tempat Yang
Utama
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ketika Musa berkata kepada bujangnya: "Saya
tidak akan berhenti berjalan sehingga sampai di pertemuan dua sungai atau aku
berjalan sampai bertahun-tahun sehingga firman
Allah:"Musa berkata kepadanya - yakni
Hidhir -: "Bolehkah aku mengikuti engkau dengan maksud supaya engkau mengajarkan kepadaku kebenaran
yang telah diajarkan kepadamu?” 34 (al-Kahfi:
60-66)
Keterangan:
Orang yang hendak dicari oleh Nabiullah Musa a.s. yang dianggapnya
lebih pandaidaripadanya sendiri itu ialah Hidhir. Sebagian alim-ulama ada yang
mengatakan bahwaHidhir itu adalah seorang Nabi, ada pula yang mengatakan, ia
seorang waliullahyangmemiliki karamah (keistimewaan yang tidak dapat dilakukan
oleh manusia biasa sebagaitanda kemuliaan yang dikurniakan oleh Allah padanya,
jadi sama halnya dengan mu'jizatbagi seseorang Nabi atau Rasul), juga ada yang
mengatakan bahawa ia adalah orang shalihsaja. Jadi dalam hal ini banyak
pendapat alim-ulama Islam. Mana yang benar, hanyalah AllahTa'ala yang Maha
Mengetahui. Juga diperselisihkan pula oleh beliau-beliau itu perihalkematian
atau masih hidupnya Hidhir itu sampai saat ini, hingga tibanya hari kiamat
nanti sebagaimana diperselisihkannya tentang kematian atau masih hidupnya
Nabiullah IsaalMasih a.s. Tegasnya ada sebagian ulama yang menyatakan
pendapatnya bahwa kedua beliau itu masih hidup dan baru akan mati nanti setelah
datangnya hari kiamat, tetapi hidupnyaHidhir a.s. di bumi dan Isa a.s. di
langit. Juga ada sebagian ulama yang menyatakan pendapatnya bahawa keduanya itu sudah mati. Wallahu A'lam
bishshawaab.Ketika Nabiullah Musa a.s. hendak mencari Hidhir, Allah memberikan
petunjuk kepadanya bahawa tempat Hidhir itu ada di Majma'ul Bahrain yakni
tempat pertemuan dua 34 Firman Allah Ta'ala dalam surah al-Kahfi di atas adalah
ayat 60, sedang yang di bawahnya adalah ayat 65.Adapun ayat-ayat yang terletak
di antara keduanya itu ialah ayat-ayat 61, 62, 63, 64 dan 65.Kelengkapannya
adalah sebagai berikut:- Sesudah keduanya (yakni Musa dan bujangnya) telah
sampai di pertemuan kedua lautan itu, mereka lupa kepada ikannya (yang dibawa
sebagai bekal), lalu ikan itu melompat mengambil jalannya sendiri di lautan(61)-
Setelah keduanya berjalan lebih jauh, ia (Musa) berkata pada bujangnya:
"Ambillah makanan kita,sungguh kita telah merasa lelah sebab (jauhnya)
perjalanan kita ini (62)- Bujangnya menjawab; "Tidakkah Tuan ketahui
bahawa ketika kita mencari tempat perlindungan (peristirahatan) di batu besar
tadi, saya benar-benar lupa kepada ikan itu dan tiada lain yang menyebabkan
saya terlupa itu selain syaitan jua. Ikan itu lalu mengambil jalannya di
lautan. Ini amat mengherankan sekali untuk mengingatnya (63) - Ia (Musa)
berkata: "Itulah tempat yang kita cari," kemudian keduanya kembali
mengikuti jejaknya semula (64) - Lalu keduanya mendapati seseorang dari
hamba-hamba Kami (Tuhan) yang telah Kami berikan kurnia kepadanya iaitu
kerahmatan dari sisi Kami dan Kami ajarkan kepadanya ilmu pengetahuan dari berbagai
ilmu yang ada pada Kami (65) lautan. Inipun diperselisihkan pula, ada yang
mengatakan bahawa lautan di situ maksudnya dua sungai. Jadi Majma'ul Bahrain, artinya
ialah pertemuan dua sungai yakni Sungai Nil Biru dan Nil Putih. Ada pula yang
mengatakan bahwa yang dimaksudkan memang betul-betul pertemuan dua lautan,
yakni lautan Hitam yang dulu masuk wilayah kerajaan Parsi di zaman kejayaannya
dan lautan Tengah yang dulu masuk wilayah kerajaan Romawi di zaman keemasannya.
Jadi kalau Ini yang dianggap benar, maka pertemuan kedua lautan itu ialah di
selat Bospores yang kini masuk wilayah Turki. Namun demikian, semua pendapat
itu masih merupakan serba kemungkinan dan belum dapat dipastikan keshahihannya.
Wallaahu A'lam bishshawaab. Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang
menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan sore, mereka menginginkan keridhaan Tuhan." (al-Kahfi: 28)
359. Dari Anas r.a., berkata: "Abu Bakar berkata kepada Umar
radhiallahu 'anhuma setelah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Marilah berangkat
bersama kita ke tempat Ummu Aiman35 agar kita dapat berziarah padanya,
sebagaimana Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya. Setelah keduanya sampai di
tempatnya, Ummu Aiman menangis, lalu keduanya bertanya: "Apakah yang
menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahawa apa yang ada di
sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w.?" Ummu Aiman lalu
menjawab: "Sesungguhnya saya bukannya menangis kerana saya tidak mengerti
bahawa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik untuk Rasulullah s.a.w.
itu, tetapi saya menangis ini ialah kerana sesungguhnya wahyu itu kini telah
terputus dari langit." Jawapan Ummu Aiman menyebabkan tergeraknya hati
kedua orang tersebut untuk menangis lalu kedua orang itu pun mulai pula
menangis bersama Ummu Aiman." (Riwayat Muslim)
360. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada
seorang lelaki berziarah kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian
Allah memerintah seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan - yang
dilaluinya. Setelah orang itu melalui jalan itu, berkatalah malaikat kepadanya:
"Ke mana engkau menghendaki?" Orang itu menjawab: "Saya hendak
ke tempat seorang saudaraku di desa ini." Malaikat bertanya lagi: "Adakah
suatu kenikmatan yang hendak kau peroleh dari saudaramu itu?" Ia menjawab:
"Tidak, hanya saja saya mencintainya kerana Allah." Malaikat lalu
berkata: "Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah untuk menemuimu - guna
memberitahukan – bahawa sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau
mencintai saudaramu itu karena Allah." (Riwayat Muslim)
361. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa yang meninjau orang sakit atau berziarah kepada
saudaranya kerana Allah, maka berserulah seseorang yang mengundang-undang:
"Engkau melakukan kebaikan dan baik pulalah perjalananmu, serta engkau
dapat menduduki tempat dalam syurga." 35 Ummu Aiman adaiah perawat serta
pengasuh Rasulullah s.a.w. di waktu kecilnya. Ia adalah seorang hambasahaya, lalu
dimerdekakan oleh beliau s.a.w. setelah beliau s.a.w. dewasa. Suaminya bernama
Zaid bin Haritsah. Amat besar penghormatan Nabi s.a.w. terhadap Ummu Aiman itu
serta sangat dimuliakan, bahkan beliau s.a.w. pernah bersabda: "Ummu Aiman
ummi" ertinya: "Ummu Aiman itu adalah ibuku."Diriwayatkan oleh
Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan dan dalam sebagian
naskah disebutkan sebagai Hadis gharib.
362. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w.
bersabda: "Hanyasanya perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk
adalah sebagai pembawa minyak misik - yang baunya harum - dan peniup perapian -
pandai besi. Pembawa minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau
engkau dapat membelinya, atau - setidak-tidaknya - engkau dapat memperoleh
mencium - bau yang harum daripadanya. Adapun peniup perapianmu, maka ada
kalanya akan membakarkan pakaianmu atau engkau akan memperoleh bau yang busuk
daripadanya." (Muttafaq 'alaih)
363. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Seseorang wanita itu dikawini kerana empat perkara, iaitu kerana ada
hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikannya dan kerana teguh agamanya.
Maka dari itu dapatkanlah - yakni usahakanlah untuk memperoleh - yang mempunyai
keteguhan agama, tentu kedua tanganmu merasa puas - yakni hatimu menjadi
tenteram." (Muttafaq 'alaih) Adapun maknanya Hadis di atas itu ialah
bahwasanya para manusia itu dalam ghalibnya menginginkan wanita itu kerana
adanya empat perkara di atas itu, tetapi engkau sendiri hendaklah menginginkan
lebih-lebih yang beragama teguh. Wanita sedemikian itulah yang harus didapatkan
dan berlumbalah untuk mengawininya.
364. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda
Jibril a.s.: "Apakah sebabnya Tuan tidak suka berziarah pada kami yang
lebih banyak lagi - lebih sering - daripada yang Tuan berziarah sekarang
ini?" Kemudian turunlah ayat - yang ertinya: - Dan kami tidak turun melainkan
dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa yang ada di hadapan serta di belakang kita 36 dan apa saja yang ada di
antara yang tersebut itu." (Maryam: 64) (Riwayat Imam Bukhari)
365. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Janganlah engkau bersahabat, melainkan orang yang mu'min dan janganlah
makan makananmu itu kecuali orang yang bertaqwa." Diriwayatkan oleh
Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad yang tidak mengapa - untuk
dijadikan pegangan.
366. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Seseorang itu adalah menurut agama kekasihnya. Maka hendaklah seseorang
dari engkau semua itu melihat – meneliti benar-benar - orang yang dijadikan
kekasihnya itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan
isnad shahih dan Imam Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
367. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w.
bersabda: 36 Maksudnya ialah bahawa bagi Allah itu adalah semua yang ada di
muka dan di belakang kita serta apa pun yang ada di antara keduanya itu, baik mengenai waktu dan tempat.
Oleh sebab itu kita semua ini tidak dapat berpindah dari satu keadaan atau
tempat kepada keadaan atau tempat yang lain, kecuali dengan perintah dan kehendak
Allah sendiri."Seseorang itu beserta orang yang dicintainya."
(Muttafaq 'alaih) Dalam suatu riwayat lain disebutkan: Abu Musa r.a. berkata:
"Nabi s.a.w. ditanya: "Ada seseorang mencintai sesuatu kaum, tetapi
ia tidak pernah menemui mereka itu, bagaimanakah?" Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya."
368. Dari Anas r.a. bahawasanya ada seorang A'rab - orang Arab
pedalaman – berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Bilakah datangnya hari
kiamat?" Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya: "Apakah yang telah
engkau persiapkan untuk menemuinya?" A'rab itu menjawab: "Kecintaanku
kepada Allah dan RasulNya." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Engkau
akan menyertai orang yang engkau cintai." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah
lafaz Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim lainnya, disebutkan
demikian: A'rab berkata: "Saya tidak menyiapkan sesuatupun untuk menemui
hari kiamat itu, baik yang berupa banyaknya puasa, shalat atau sedekah, tetapi
saya ini adalah mencintai Allah dan RasulNya."
369. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Ada seorang lelaki
datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah
pendapat Tuan mengenai seseorang yang mencintai sesuatu kaum, tetapi tidak
pernah menemui kaum itu?" 37 Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seseorang
itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)
370. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Para
manusia ini adalah bagaikan benda logam, sebagaimana juga logam emas dan perak.
Orang-orang pilihan di antara mereka di zaman Jahiliyah adalah orang-orang
pilihan pula di zaman Islam, jikalau mereka menjadi pandai - dalam hal agama.
Ruh-ruh itu adalah sekumpulan tentera yang berlain-lainan, maka mana yang
dikenal dari golongan ruh-ruh tadi tentulah dapat menjadi rukun damai, sedang
mana yang tidak dikenalinya dari golongan ruh-ruh itu tentulah berselisihan -
maksudnya ruh baik berkumpulnya ialah dengan ruh baik, sedang yang buruk dengan
yang buruk." (Riwayat Muslim) Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi s.a.w. Al-Arwah dan
seterusnya itu dari riwayat Aisyah radhiallahu 'anha.
Keterangan:
Dalam menafsiri pengertian perihal ruh itu ada yang saling
kenal-mengenal yakni 'Ta'aruf dan ada yang tidak saling kenal-mengenal yakni Tanakur, maka Imam
Ibnu Abdissalam berkata sebagai berikut: "Hal itu yakni kenal atau tidak
kenal, maksudnya adalah mengenai keadaan sifat. Artinya andaikata anda
mengetahui seseorang yang berlainan sifatnya dengan anda, misalnya anda seorang
yang berbakti kepada Allah dan yang dikenal itu orang yang tidak berbakti atau
mengaku ketiadaan Allah, sekalipun kenal orangnya, tetapi tidak saling kenalmengenal
jiwa, ruh ataupun faham yang dianutnya. Sebaliknya jika orang itu sama dengan 37
Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban ada tambahannya sesudah kata-kata "Walam yalhaq
bihim", sedang tambahannya itu berbunyi: Ertinya:"Dan orang itu tidak
dapat mengamalkan sebagaimana yang diamalkan oleh kaum yang dicintainya itu."anda
perihal keadaan sifatnya, sama-sama berbaktinya kepada Allah, sama-sama
berjuang untuk meluhurkan kalimat Allah, sama-sama membenci kepada kemungkaran
dan kemaksiatan, maka selain kenal orangnya, juga sesuai jiwanya, sesuai ruhnya
dan sejalan dalam faham yang dianutnya. Oleh sebab itu dalam sebuah Hadis lain
disebutkan bahawa seseorang yang merasa jiwanya itu masih lari atau enggan
mengikuti ajakan orang yang mulia dan utama amalannya, pula bagus kelakuannya,
hendaknya segera mencari sebabsebabnya, sekalipun ia sudah mengaku sebagai
manusia muslim. Selanjutnya setelah penyakitnya ditemukan, hendaknya secepatnya
diubati dan dibuang apa yang menyebabkan ia sakit sedemikian. Cara inilah yang
sebaik-baiknya untuk menyelamatkan diri dari sifat yang buruk, sehingga ruhnya
dan jiwanya dapat saling berkenalan dengan golongan orangorang yang baik pula
ruh dan jiwanya."
371. Dari Usair bin Amr, ada yang mengatakan bahawa ia adalah bin
Jabir - dengandhammahnya hamzah dan fathahnya sin muhmalah, katanya: "Umar
bin Alkhaththab ketikadidatangi oleh sepasukan pembantu - dalam peperangan -
dari golongan penduduk Yaman,lalu ia bertanya kepada mereka: "Adakah di
antaramu semua seorang yang bernama Uwaisbin 'Amir?" Akhirnya sampailah
Uwais itu ada di mukanya, lalu Umar bertanya: "Adakah anda bernama
Uwais." Uwais menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Benarkah
dari keturunan kabilah Murad dari lingkungan suku Qaran?" Ia menjawab:
"Ya." Ia bertanya pula: "Adakah anda mempunyai penyakit supak,
kemudian anda sembuh daripadanya, kecuali hanya di suatu tempat sebesar wang
dirham?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Adakah anda mempunyai
seorang ibu?" Ia menjawab: "Ya." Umar lalu berkata: "Saya
pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan datang padamu semua
seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan mujahidin dari ahli Yaman, ia
dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari
Penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga mempunyai
seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan
sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu - dengan
sebab amat berbaktinya terhadap ibunya itu. Maka jikalau engkau kuasa meminta
padanya agar ia memintakan pengampunan - kepada Allah - untukmu, maka lakukanlah
itu!" Oleh sebab itu,
mohonkanlah pengampunan kepada Allah - untukku. Uwais lalu
memohonkan pengampunan untuk Umar. Selanjutnya Umar bertanya lagi: "Ke
manakah anda hendak pergi?" Ia menjawab: "Ke Kufah." Umar
berkata: "Sukakah anda, sekiranya saya menulis – sepucuk surat - kepada
gabenor Kufah - agar anda dapat sambutan dan pertolongan yang diperlukan."
Ia menjawab: "Saya lebih senang menjadi golongan manusia yang
fakir-miskin." Setelah tiba tahun mukanya, ada seorang dari golongan
bangsawan Kufah berhaji, lalu kebetulan ia menemui Umar, kemudian Umar
menanyakan padanya perihal Uwais. Orang itu menjawab: Sewaktu saya tinggalkan,
ia dalam keadaan buruk rumahnya lagi sedikit barangnya maksudnya sangat menderita." Umar lalu
berkata: "Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan
datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia
mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu
tempat sebesar wang dirham. Ia juga mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti
padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas nama Allah, pasti
Allah akan melaksanakan sumpahnya itu. Maka jikalau engkau kuasa meminta
padanya agar ia memintakan pengampunan - kepada Allah untukmu, maka lakukan
itu!" Orang bangsawan itu lalu mendatangi Uwais dan berkata:
"Mohonkanlah pengampunan - kepada Allah -untukku. Uwais berkata: "Anda
masih baru saja waktunya melakukan bepergian yang baik - yakni ibadat haji,
maka sepatutnya memohonkanlah pengampunan untukku." Uwais lalu melanjutkan
katanya: "Adakah anda bertemu dengan Umar?" Ia menjawab:
"Ya". Uwais lalu memohonkan pengampunan untuknya. Orang-orang banyak lalu mengerti siapa sebenarnya Uwais itu, mereka
mendatanginya, kemudian Uwais berangkat - keluar dari Kufah menurut kehendaknya
sendiri." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan:
"Dari Usair bin Jabir bahawasanya ahli Kufah sama bertemu kepada Umar r.a.
dan di antara mereka ada seorang lelaki yang menghina-hinakan Uwais. Umar lalu
bertanya: "Apakah di situ ada seorang dari keturunan Qaran?" Orang
yang dimaksudkan itu lalu datang padanya. Umar kemudian berkata: "Sesungguhnya
Rasulullah s.a.w. telah bersabda: "Sesungguhnya ada seorang lelaki dari Yaman,
akan datang padamu semua. Ia bernama Uwais. Dia tidak meninggalkan sesuatu di Yaman
itu melainkan seorang ibu. Ia mempunyai penyakit supak, lalu berdoa kepada
Allah Ta'ala, lalu Allah melenyapkan penyakitnya tadi, kecuali di suatu tempat
sebesar wang dinar atau dirham. Maka barangsiapa di antara engkau semua bertemu
dengannya, hendaklah meminta padanya agar ia memohonkan pengampunan - kepada
Allah - untuknya." Juga disebutkan dalam riwayat Imam Muslim lagi dari
Umar, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya sebaik-baiknya kaum tabi'in ialah seorang
lelaki bernama Uwais. Ia mempunyai seorang ibu dan pada tubuhnya ada
putih-putih - karena penyakit supak, maka suruhlah ia supaya memohonkan
pengampunan untuk semua." Sabda Nabi s.a.w. Ghabraan-un nas, dengan
fathahnya ghain mu'jamah,saknahnya ba' serta mad (dibaca panjang ra'nya).
Ertinya golongan manusia yang fakir-miskin dan rakyat jelata atau rendahan dan
tidak diketahui pula dari lingkungan mana sebenarnya orang itu, sedang Al-Amdad
adalah jamaknya Madad, yaitu para penolong dan pembantu yang memberikan pertolongan serta
bantuan kepada kaum Muslimin dalam berjihad atau perjuangan menegakkan agama
Allah.
372. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Saya meminta
izin kepada Nabi s.a.w. untuk menunaikan umrah, lalu beliau mengizinkan dan
bersabda: "Jangan melupakan kita, hai saudaraku, untuk mendoakan
kita." Beliau s.a.w. telah mengucapkan suatu kalimat - meminta ikut
disertakan dalam doa - yang saya tidak senang memperoleh seisi dunia ini sebagai
gantinya" - maksudnya bahawa kalimat yang disabdakan oleh beliau s.a.w.
bagi Umar r.a. amat besar nilainya yakni melebihi dari nilai dunia dan
seisinya. Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi mengatakan
bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
373. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi
s.a.w. berziarah ke Quba' 38 sambil berkendaraan serta berjalan, kemudian
beliau bersembahyang dua rakaat." (Muttafaq'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Nabi s.a.w.
mendatangi masjid Quba' setiap hari Sabtu sambil berkenderaan dan berjalan dan
Ibnu Umar juga melakukan seperti itu." 38 Quba' adalah sebuah desa yang
jaraknya dari Madinah ada sefarsakh atau kira-kira 5 km. Di situ ada masjidnya
yang terkenal, yakni masjid yang didirikan oleh Nabi s.a.w. yang pertama kali,
sedang yang kedua ialah masjid Nabawi di Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar