Riyadhus Shalihin – 234
Bab 49
Menjalankan
Hukum-hukum Terhadap Manusia Menurut
Lahirnya,
Sedang Keadaan Hati Mereka Terserah Allah Ta'ala
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka jikalau orang-orang itu bertaubat dan mendirikan
shalat serta menunaikan zakat, maka bebaskanlah jalannya - yakni merdekakanlah
menurut kemauan hatinya." (at-Taubah:
5)
389. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Saya
diperintah untuk memerangi semua manusia, sehingga mereka suka menyaksikan bahawa tiada Tuhan kecuali Allah
dan bahawasanya Muhammad adalah
pesuruh Allah dan mendirikan shalat serta
menunaikah zakat. Maka jikalau mereka telah
melakukan yang sedemikian itu, terpeliharalah
daripadaku darah serta harta benda mereka,
melainkan dengan haknya Islam, sedang hisab -
perhitungan amal - mereka adalah terserah
kepada Allah Ta'ala. (Muttafaq 'alaih)
390. Dari Abu Abdillah iaitu Thariq bin as-Syam r.a., katanya:
"Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan
La ilaha illallah dan kafir mengingkari – dengan sesuatu yang disembah selain
daripada Allah, maka haramlah harta benda serta darahnya, sedang hisabnya
adalah terserah kepada Allah." (Riwayat Muslim)
391. Dari Abu Ma'bad yaitu al-Miqdad bin al-Aswad r.a., katanya:
"Saya berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Bagaimanakah pendapat Tuan,
jikalau saya bertemu seseorang dari golongan kaum kafir, kemudian kita
berperang, lalu ia memukul salah satu dari kedua tanganku dengan pedang dan
terus memutuskannya. Selanjutnya ia bersembunyi daripadaku di balik sebuah
pohon, lalu ia mengucapkan: "Saya masuk Agama Islam karena Allah,"
apakah orang yang sedemikian itu boleh saya bunuh, ya Rasulullah sesudah ia mengucapkan
kata-kata seperti tadi itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jangan engkau membunuhnya."
Saya berkata lagi: "Ia sudah memutuskan salah satu tangan saya, kemudian mengucapkan
sebagaimana di atas itu setelah memutuskannya." Rasulullah s.a.w. bersabda
lagi: "Jangan engkau membunuhnya, kerana jikalau engkau membunuhnya, maka
ia adalah menempati tempatmu sebelum engkau membunuhnya dan sesungguhnya engkau
adalah di tempatnya sebelum ia mengucapkan kata-kata yang diucapkannya
itu." (Muttafaq 'alaih) Maknanya innahu
bimanzilatika: sesungguhnya ia di tempatmu ialah bahawa
orang itu harus dipelihara darahnya sebab telah dihukumi sebagai orang Islam.
Adapun maknanya innaka biman zilatihi: sesungguhnya engkau di tempatnya ialah bahawa halal darahnya dengan
qishash untuk para ahli warisnya, bukan kerana ia dalam kedudukannya sebagai orang
kafir. Wallahu a'lam.'
392. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Rasulullah s.a.w. mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah,
kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi
dari kaum Anshar bertemu dengan seseorang lelaki dari golongan mereka - musuh.
Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah.
Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya - tidak
menyakiti sama sekali, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga
saya membunuhnya. Setelah kita datang - di Madinah, peristiwa itu sampai kepada
Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya padaku: "Hai Usamah, adakah engkau
membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?" Saya berkata:
"Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri
saja - yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat, sedang
hatinya tidak meyakinkan itu." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Adakah
ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?" Ucapan itu
sentiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w., sehingga saya mengharap-harapkan,
bahawa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu - yakni bahwa saya
mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja, supaya tidak ada dosa
dalam diriku." (Muttafaq 'alaih)Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha
illallah, mengapa engkau membunuhnya?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah,
hanyasanya ia mengucapkan itu semata-mata kerana takut senjata." Beliau
s.a.w. bersabda: "Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau
dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu kerana takut senjata ataukah tidak -
yakni dengan keikhlasan."Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu
sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.
393. Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w.
mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum
musyrikin dan bahawa mereka itu telah bertemu - berhadap-hadapan. Kemudian ada
seseorang lelaki dari kaum musyrikin jikalau menghendaki menuju kepada seorang
dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang
dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua
memperbincangkan bahawa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam
itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: "La
ilaha illallah." Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang
pembawa
berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. - memberitahukan
kemenangan, beliau s.a.w. bertanya kepadanya - perihal jalannya peperangan -
dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan
pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang
itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya:
"Mengapa engkau membunuh orang itu?" Orang tadi menjawab: "Ya
Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum
Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan." Orang itu menyebutkan
nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: "Saya menyerangnya,
tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: "La ilaha illallah."
Rasulullah s.a.w. bertanya: "Apakah ia sampai kau bunuh?"
Ia menjawab: "Ya." Kemudian beliau bersabda:
"Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia
telah tiba pada hari kiamat?" Orang itu berkata: "Ya Rasulullah,mohonkanlah
pengampunan - kepada Allah - untukku." Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bagaimana
yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada
hari kiamat?" Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari
kata-kata: "Bagaimanakah yang hendak kauperbuat dengan La ilaha illallah,
jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?"(Riwayat Muslim)
394. Dari Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, katanya: "Saya
mendengar Umar bin Alkhaththab r.a. bersabda: "Sesungguhnya sekalian
manusia itu dahulu diterapi dengan hukum sesuai dengan adanya wahyu yakni di
zaman Rasulullah s.a.w., dan sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus - tidak
datang lagi, sebab Nabi s.a.w. telah wafat. Maka hanyasanya kami - Umar r.a. -
menuntut engkau semua dengan dasar apa yang tampak pada kami iaitu mengenai
perbuatan-perbuatan yang engkau semua lakukan. Jadi barangsiapa yang
menampakkan perbuatan baik pada kami, maka kami berikan keamanan dan kami dekatkan
kedudukannya pada kami, sedang urusan apa yang dalam hatinya tidak sedikitpun kami
persoalkan, kerana Allah akan menghisabnya dalam hal isi hatinya itu. Tetapi barangsiapa
yang menampakkan kelakuan buruk pada kami, maka kami tidak akan memberikan
keamanan padanya dan tidak akan percaya ucapannya, sekalipun ia mengatakan
bahawasanya niat hatinya adalah baik." (Riwayat Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar