Riyadhus Shalihin – 230
Bab 47
Tanda-tanda
Kecintaan Allah Kepada Seseorang Hamba Dan
Anjuran
Untuk Berakhlak Sedemikian Serta Berusaha
Menghasilkannya
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah- wahai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai
Allah, maka ikutilah saya,
tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah
mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi
Penyayang," (ali-lmran: 31)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang bermurtad
dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan
merekapun mencintaiNya. Mereka itu bersikap lemahlembut kepada kaum mu'minin
dan bersikap keras terhadap kaum kafirin. Mereka berjihad fi sabilillah dan
tidak takut celaan orang yang suka mencela. Demikian itulah keutamaan Allah,
dikurniakan olehNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah adalah Maha Luas
kurniaNya serta Maha Mengetahui." (al-Maidah:
54)
385. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi:
"Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya
bahawa ia akan Kuperangi - Kumusuhi. Tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat
padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan
apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat
padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga akhirnya Aku
mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia
pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah
tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk
berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon perlindungan
padaKu, pasti Kulindungi." (Riwayat Imam Bukhari) Makna lafaz Aadzantuhu ertinya:
"Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya (yakni orang yang mengganggu
kekasihKu itu) bahawa aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, ertinya
"Ia memohonkan perlindungan padaKu." Ada yang meriwayatkan dengan
ba', lalu berbunyi Ista-aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista-aadzanii.
Keterangan:
Hadis sebagaimana di atas itu sudah tercantum dalam no. 85 dengan
huraian sekadarnya. Namanya Hadis Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman
Allah selain yang tercantum dalam al Quran. Dalam Hadis ini dijelaskan betapa
tingginya darjat seseorang itu apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah
Ta'ala atau yang lazim disebut waliullah. Banyak orang yang salah pengertian
perihal siapa yang dapat disebut waliullah itu.Sebagian ada yang mengatakan
bahawa waliullah ialah semacam dukun yang dapat menyembuhkan beberapa orang
sakit atau yang dapat meneka nasib seseorang dikemudian harinya, atau orang
yang tidak mudah ditemui kerana selalu menghilang-hilang saja dan siapa yang
ditemui olehnya adalah orang yang bahagia, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa
waliullah itu tidak perlu bersembahyang dan berpuasa sebab sudah menjadi
kekasih Allah. Persangkaan bagaimana di atas itu tidak benar, sebab memang
tidak sedemikian itu sifatnya waliullah. Maka yang lebih dulu perlu kita
ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat disebut waliullah atau kekasih
Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman:"Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah,
melainkan orang-orang yang bertaqwa kepadaNya." Alangkah
ringkasnya pengertian waliullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi semua
keadaan.Kalau ada pengertian waliullah selain yang difirmankan oleh Allah
sendiri itu, jelaslah bahawa itu hanyalah penafsiran manusia sendiri dan tidak
berdasarkan kepada agama sama sekali. Waliullah yang berupa orang-orang yang
bertaqwa kepada Allah itulah yang dijamin oleh Allah akan mendapatkan
perlindungan dan penjagaanNya selalu dan siapa saja yang hendak memusuhinya,
pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab Allah sendiri menyatakan permusuhan
terhadap orang tadi. Sekarang bagaimanakah taraf pertamanya agar supaya kita
dikasihi oleh Allah? Jawabnya: Mendekatkan (bertaqarrublah) kepada Allah dengan
penuh melakukan segala yang difardhukan (diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang
sebaik-baiknya dalam taraf
permulaan. Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala
itu dengan jalan melakukan hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah
dilaksanakan, pastilah Allah akan menyatakan kecintaanNya. Selanjutnya, apabila
seseorang itu telah benar-benar bertaqarrub
kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik
pendengarannya, penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu
mendapatkan petunjuk dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayat serta
pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa
saja, pasti dikabulkanNya, mohon perlindungan dari apa saja, pasti dilindungiNya.
Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam karamah dengan izin
Allah. Karamah ialah sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat
dilakukan oleh seseorang waliullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau
penghargaan yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahawa tidak
seorang waliullah pun yang dapat mengetahui bahawa dirinya itu menjadi
waliullah. Kalau seseorang sudah mengatakan sendiri bahawa dirinya itu
waliullah, jelaslah bahwa ia telah tertipu oleh anggapan atau persangkaannya
sendiri dan sudah pasti ia telah tertipu oleh ajakan syaitan yang menyesatkan. Selain
itu, bagaimana juga hal-ehwal dan keadaan seseorang waliullah itu, pasti ia tidak
dapat mengetahui hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan
dalam hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya
miskinnya dan lain-lain lagi. Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Allah yang Maha Mengetahui perkara ghaib, maka tidak
diberitahukanlah keghaibankeghaiban itu kepada siapapun jua, selain kepada Rasul yang dipilih
olehNya."
386. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau
Allah Ta'ala itu mencintai seseorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan
bahawa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu - hai Jibril – si Fulan
itu. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni
langit memberitahukan bahawa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu
semua – hai penghuni-penghuni langit - si Fulan itu. Para penghuni langitpun
lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya - yang
dimaksudkan ialah kecintaan padanya – di kalangan penghuni bumi."
(Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai seseorang hamba,
lalu memanggil Jibril kemudian berfirman: "Sesungguhnya Saya mencintai si
Fulan, maka cintailah ia." Jibril lalu mencintainya. Seterusnya Jibril
memanggil pada seluruh penghuni langit lalu berkata: "Sesungguhnya Allah
mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu." Orang itupun
lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan –
kecintaan itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci
seseorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu berfirman: "Sesungguhnya
Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau padanya."Jibril lalu
membencinya,kemudian ia memanggil semua penghuni langit sambil berkata:
"Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau semua
padanya." Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para
penghuni bumi."
387. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w.
mengirimkan seseorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan.
Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan
Qulhu wallahu ahad sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kemhali, hal
itu mereka sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Cuba
tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?" Mereka
sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: "Sebab itu adalah
sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya."
Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. - setelah diberitahu jawapan orang itu:
"Beritahukanlah padanya bahawasanya Allah Ta'ala mencintainya." (Muttafaq
'alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar