Minggu, 11 Oktober 2015

Bab 41_ Keharamannya Berani — Kepada Orangtua — Dan Memutuskan Ikatan Kekeluargaan



Riyadhus Shalihin –  210
Bab 41
Keharamannya Berani Kepada Orangtua Dan
Memutuskan Ikatan Kekeluargaan
Allah Ta'ala berfirman:
"Apakah barangkali, andaikata engkau semua berkuasa, maka engkau semua akan membuatn kerosakan di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaanmu semua. "Orang-orang yang sedemikian itu adalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, lalu Allah memekakkan pendengaran mereka dan membutakan penglihatan mereka." (Muhammad: 22-23)

Allah Ta'ala juga berfirman:
"Dan orang-orang yang merosak janji Allah sesudah teguhnya dan pula memutuskan apa-apa yang diperintah oleh Allah untuk dihubungkannya serta membuat kerosakan di bumi, maka mereka itulah yang mendapatkan kelaknatan dan akan memperoleh kediaman yang buruk." (ar-Ra'ad: 25)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua jangan menyembah melainkan Dia dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan kalau salah seorang di antara keduanya ada di sisimu sampai usia tua, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya dengan ucapan "cis", dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah kepada keduanya itu ucapan yang mulia - penuh kehormatan. "Dan turunkaniah sayap kerendahan - maksudnya: Rendahkanlah dirimu - terhadap kedua orangtuamu itu dengan kasih-sayang dan katakanlah: "Ya Tuhanku, kasihanilah kedua orangtuaku itu sebagaimana keduanya mengasihi aku di kala aku masih kecil." (al-lsra': 23-24)

336. Dari Abu Bakrah iaitu Nufai' bin al-Harits r.a'., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidakkah engkau semua suka saya memberitahukan perihal sebesar-besarnya dosa
besar?" Beliau menyabdakan ini sampai tiga kali. Kita-para sahabat- menjawab: "Baiklah,ya Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda: "Menyekutukan kepada Allah dan berani kepada kedua orangtua." Semula beliau s.a.w. bersandar lalu duduk kemudian bersabda lagi: "Ingatlah, juga mengucapkan kejustaan serta menyaksikan secara palsu." Beliau s.a.w. senantiasa mengulang-ulanginya kata-kata yang akhir ini, sehingga kita mengucapkan: "Alangkah baiknya, jikalau beliau diam berhenti mengucapkannya." (Muttafaq 'alaih)

337. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w, bersabda: "Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan kepada Allah, berani kepada kedua orangtua, membunuh seseorang - tidak sesuai dengan haknya - serta bersumpah secara palsu." (Riwayat Bukhari) Alyaminul ghamus ialah sesuatu yang disumpahkan oleh seseorang dengan dusta dan disengaja, dinamakan ghamus, sebab sumpah sedemikian itu menerjunkan orang yang bersumpah itu ke dalam dosa.

338. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Termasuk dalam golongan dosa-dosa besar ialah jikalau seseorang itu memaki-maki kedua orang tuanya sendiri." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah,adakah seseorang itu memaki-maki kedua orang tuanya sendiri." Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, iaitu apabila seseorang itu memaki-maki ayah seseorang, lalu orang yang dimaki-maki ayahnya itu lalu memaki-maki ayahnya sendiri. Atau seseorang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang yang dimaki-maki ibunya ini, memaki-maki ibunya sendiri." (Muttafaq ''alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya termasuk sebesar-besarnya dosa besar ialah apabila seseorang itu
melaknat kepada kedua orang tuanya sendiri." Beliau s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, bagaimanakah seseorang itu melaknat kedua orang tuanya sendiri?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu orang tadi memaki-maki ayah orang lain, lalu orang ini memaki-maki ayahnya sendiri atau orang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang ini memaki-maki ibunya sendiri."

339. Dari Abu Muhammad, iaitu Jubair bin Muth'im r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk syurga seseorang yang memutuskan." Sufyan berkata dalam riwayatnya bahawa yang dimaksudkan ialah memutuskan ikatan kekeluargaan. (Muttafaq 'alaih)

340. Dari Abu Isa, iaitu al-Mughirah bin Syu'bah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu semua akan berani kepada para ibu,juga mencegah - tidak melaksanakan apa-apa yang wajib atas dirinya, meminta yang bukan miliknya serta menanam anak-anak perempuan hidup-hidup. Allah membenci kepada kata-kata qil wa qal - yakni: katanya dari si Anu, ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada kepastiannya, juga memperbanyak pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan kepada sesuatu yang bukan semestinya." (Muttafaq 'alaih) Sabda Nabi s.a.w. man'an ialah mencegah atau tidak menunaikan apa-apa yang diwajibkan atau yang sudah menjadi kewajipan dirinya. Hati ertinya meminta yang bukan milik atau haknya, Wa'dul banal, iaitu menanam anak-anak perempuan dengan hidup-hidup. Qil wa qal maknanya ialah segala sesuatu yang didengarnya - sekalipun belum pasti kebenarannya. Orang yang suka qil wa qal itu suka mengatakan: "Dikatakan oleh si Fulan itu begini, atau si Fulan itu berkata demikian, semua kata-kata itu tidak dapat diketahui kebenarannya atau bahkan tidak disangka bahwa kata-kata itu benar. Cukuplah seseorang itu disebut berdusta, jikalau ia mempercakapkan segala apa yang didengarnya. Idha'atul mal, iaitu ditabzirkan,diobralkan atau dibelanjakan untuk jurusan-jurusan yang tidak diizinkan oleh syariat, iaitu baik yang berhubungan dengan tujuan-tujuan keakhiratan atau keduniaan, atau tidak suka menyimpannya, padahal mungkin sekali untuk disimpan - yakin ia kuasa menyimpan. Katsratus sual, yakni banyak bertanya atau meminta sesuatu yang ia sendiri tidak memerlukan itu. Dalam bab ini masih banyak lagi Hadis-hadis yang sudah disebutkan dalam bab .sebelumnya seperti Hadis - yang ertinya: "Dan Aku memutuskan orang yang memutuskan engkau - kekeluargaan, juga Hadis - yang ertinya: "Barangsiapa yang memutuskan aku - kekeluargaan, maka Allah memutuskan ia - lihat Hadis-hadis no. 315 dan 323.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar