Riyadhus
Shalihin – 210
Bab 41
Keharamannya Berani — Kepada
Orangtua — Dan
Memutuskan Ikatan Kekeluargaan
Allah Ta'ala berfirman:
"Apakah barangkali, andaikata engkau semua berkuasa,
maka engkau semua akan membuatn kerosakan di bumi dan memutuskan ikatan
kekeluargaanmu semua. "Orang-orang yang sedemikian itu adalah orang-orang
yang dilaknat oleh Allah, lalu Allah memekakkan pendengaran mereka dan
membutakan penglihatan mereka." (Muhammad:
22-23)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Dan orang-orang yang merosak janji Allah sesudah
teguhnya dan pula memutuskan apa-apa yang diperintah oleh Allah untuk
dihubungkannya serta membuat kerosakan di bumi, maka mereka itulah yang
mendapatkan kelaknatan dan akan memperoleh kediaman yang buruk." (ar-Ra'ad: 25)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua
jangan menyembah melainkan Dia dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua orang tua.
Dan kalau salah seorang di antara keduanya ada di sisimu sampai usia tua, maka
janganlah engkau berkata kepada keduanya dengan ucapan "cis", dan
jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah kepada keduanya itu ucapan
yang mulia - penuh
kehormatan. "Dan turunkaniah sayap kerendahan - maksudnya: Rendahkanlah
dirimu - terhadap kedua orangtuamu itu dengan kasih-sayang dan katakanlah:
"Ya Tuhanku, kasihanilah kedua orangtuaku itu sebagaimana keduanya
mengasihi aku di kala aku masih kecil." (al-lsra':
23-24)
336. Dari Abu Bakrah iaitu Nufai' bin al-Harits r.a'., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda:"Tidakkah engkau semua suka saya memberitahukan perihal
sebesar-besarnya dosa
besar?" Beliau menyabdakan ini sampai tiga kali. Kita-para
sahabat- menjawab: "Baiklah,ya Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda:
"Menyekutukan kepada Allah dan berani kepada kedua orangtua." Semula
beliau s.a.w. bersandar lalu duduk kemudian bersabda lagi: "Ingatlah, juga
mengucapkan kejustaan serta menyaksikan secara palsu." Beliau s.a.w.
senantiasa mengulang-ulanginya kata-kata yang akhir ini, sehingga kita
mengucapkan: "Alangkah baiknya, jikalau beliau diam berhenti
mengucapkannya." (Muttafaq 'alaih)
337. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari
Nabi s.a.w, bersabda: "Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan kepada
Allah, berani kepada kedua orangtua, membunuh seseorang - tidak sesuai dengan
haknya - serta bersumpah secara palsu." (Riwayat Bukhari) Alyaminul ghamus ialah
sesuatu yang disumpahkan oleh seseorang dengan dusta dan disengaja, dinamakan
ghamus, sebab sumpah sedemikian itu menerjunkan orang yang bersumpah itu ke
dalam dosa.
338. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Termasuk dalam golongan dosa-dosa besar ialah
jikalau seseorang itu memaki-maki kedua orang tuanya sendiri." Para
sahabat bertanya: "Ya Rasulullah,adakah seseorang itu memaki-maki kedua
orang tuanya sendiri." Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, iaitu apabila seseorang
itu memaki-maki ayah seseorang, lalu orang yang dimaki-maki ayahnya itu lalu memaki-maki
ayahnya sendiri. Atau seseorang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang yang
dimaki-maki ibunya ini, memaki-maki ibunya sendiri." (Muttafaq ''alaih) Dalam
riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya termasuk sebesar-besarnya dosa besar
ialah apabila seseorang itu
melaknat kepada kedua orang tuanya sendiri." Beliau s.a.w.
ditanya: "Ya Rasulullah, bagaimanakah seseorang itu melaknat kedua orang
tuanya sendiri?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu orang tadi
memaki-maki ayah orang lain, lalu orang ini memaki-maki ayahnya sendiri atau
orang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang ini memaki-maki ibunya
sendiri."
339. Dari Abu Muhammad, iaitu Jubair bin Muth'im r.a. bahawasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk syurga seseorang yang
memutuskan." Sufyan berkata dalam riwayatnya bahawa yang dimaksudkan ialah
memutuskan ikatan kekeluargaan. (Muttafaq 'alaih)
340. Dari Abu Isa, iaitu al-Mughirah bin Syu'bah r.a. dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu semua akan
berani kepada para ibu,juga mencegah - tidak melaksanakan apa-apa yang wajib
atas dirinya, meminta yang bukan miliknya serta menanam anak-anak perempuan
hidup-hidup. Allah membenci kepada kata-kata qil wa qal - yakni: katanya dari
si Anu, ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada kepastiannya, juga memperbanyak
pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan kepada sesuatu yang bukan
semestinya." (Muttafaq 'alaih) Sabda Nabi s.a.w. man'an ialah mencegah atau
tidak menunaikan apa-apa yang diwajibkan atau yang sudah menjadi kewajipan
dirinya. Hati ertinya meminta yang bukan milik atau haknya, Wa'dul banal, iaitu
menanam anak-anak perempuan dengan hidup-hidup. Qil wa qal maknanya
ialah segala sesuatu yang didengarnya - sekalipun belum pasti kebenarannya.
Orang yang suka qil wa qal itu suka mengatakan: "Dikatakan oleh si Fulan
itu begini, atau si Fulan itu berkata demikian, semua kata-kata itu tidak dapat
diketahui kebenarannya atau bahkan tidak disangka bahwa kata-kata itu benar.
Cukuplah seseorang itu disebut berdusta, jikalau ia mempercakapkan segala apa
yang didengarnya. Idha'atul mal, iaitu ditabzirkan,diobralkan atau dibelanjakan untuk
jurusan-jurusan yang tidak diizinkan oleh syariat, iaitu baik yang berhubungan
dengan tujuan-tujuan keakhiratan atau keduniaan, atau tidak suka menyimpannya,
padahal mungkin sekali untuk disimpan - yakin ia kuasa menyimpan. Katsratus sual, yakni
banyak bertanya atau meminta sesuatu yang ia sendiri tidak memerlukan itu. Dalam
bab ini masih banyak lagi Hadis-hadis yang sudah disebutkan dalam bab
.sebelumnya seperti Hadis - yang ertinya: "Dan Aku memutuskan orang yang memutuskan
engkau - kekeluargaan, juga Hadis - yang ertinya: "Barangsiapa yang
memutuskan aku - kekeluargaan, maka Allah memutuskan ia - lihat Hadis-hadis no.
315 dan 323.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar