Riyadhus
Shalihin –181
Bab 33
Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak
Yatim, Anak-Anak Perempuan
Dan Orang Lemah Yang Lain-lain,
Kaum Fakir Miskin, Orang-orang
Cacat, Berbuat Baik Kepada Mereka,
Mengasihi, Merendahkan Diri
Serta Bersikap Merendah Kepada
Mereka
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tundukkanlah sayapmu - yakni bersikap merendahlah
kepada sesama kaum mu'minin,"
(al-Hijr: 88)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang
menyeru Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka
itu menginginkan keridhaan Allah dan janganlah engkau hindarkan pandanganmu terhadap
mereka itu, karena engkau menginginkan keindahan hiasan keduniaan." (al-Kahf: 28)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap
kasar dan kepada peminta-peminta, janganlah engkau membentak-bentak." 26 (ad-Dhuha: 9-10)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Adakah engkau mengetahui siapa orang yang mendustakan
Dia - Islam atau hari pembaiasan di akhirat - itu? yang sedemikian itu ialah
orang yang tidak menghiraukan keadaan anak yatim dan tidak menyuruh - orang
lain atau jiwanya sendiri - untuk memberi makan kepada orang miskin." (al-Ma'un: 1-3)
261. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita beserta
Nabi s.a.w. dan kita semua ada enam orang - selain beliau s.a.w. Kaum musyrikin
lalu berkata: "Usirlah orang-orang enam itu, supaya mereka tidak berani -
bersikap tidak sopan - kepada kita. Enam orang itu ialah saya - yang merawikan Hadis
ini, Ibnu Mas'ud, seorang dari kabilah Hudzail, Bilal dan dua orang lagi yang
tidak saya sebut namanya. Mereka ini dianggap tidak setaraf derajatnya oleh
kaum musyrikin kalau duduk-duduk bersama mereka. Hal itu mengesan sekali dalam
jiwa Rasulullah s.a.w. sedalam yang dikehendaki oleh Allah pengesanannya.
Beliau mengusikkan itu dalam jiwanya, kemudian turunlah firman Allah - yang
artinya: "Janganlah engkau mengusir orangorang yang menyeru kepada
Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu sama menginginkan keridhaan
Allah belaka." (al-An'am: 52) (Riwayat Muslim)
262. Dari Abu Hurairah,yaitu 'A-idz bin 'Amr, al-Muzani dan ia
termasuk golongan yang menyaksikan Bai'atur Ridhwan r.a. bahwasanya Abu Sufyan
mendatangi Salman, 26 Taqhar,
dapat diartikan bersikap kasar atau
menggunakan harta anak yatim itu untuk kepentingannya sendiri dan tidak ada
maksud akan memberikan apabila ia telah dewasa. Adapun Tanhar yang artinya
membentakbentak, maksudNya ialah orang yang meminta-minta itu jangan ditolak
secara kasar, tetapi berilah atau tolaklah dengan kata-kata yang baik dan halus. Shuhaib, Bilal dalam sekelompok sahabat. Mereka lalu berkata:
"Pedang-pedang Allah belum lagi bertindak terhadap musuh Allah sebagaimana
tindakan yang semestinya – yang dimaksudkan musuh Allah ialah Abu Sufyan itu,
sebab di kala itu ia masih menjadi kafir. Abu Bakar berkata: "Adakah
engkau mengucapkan itu kepada sesepuh Quraisy dan penghulu mereka" - Abu
Bakar berkata ini karena mengharapkan supaya Abu Sufyan masuk Islam, bukan
hendak melukai hati para sahabat yang berkata di atas. Abu Bakar lalu
mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukan apa yang terjadi itu. Nabi
s.a.w. bersabda: "Hai Abu Bakar, barangkali engkau menyebabkan mereka
menjadi marah - sebab ucapanmu itu. Jikalau engkau menyebabkan mereka marah,
niscayalah engkau menyebabkan juga kemurkaan Tuhanmu." Kemudian Abu Bakar
mendatangi orang-orang tadi lalu berkata: "Wahai saudara-saudaraku, saya
telah menyebabkan engkau semua menjadi marah, bukan." Mereka menjawab:
"Tidak. Semoga Allah memberikan pengampunan padamu, hai saudaraku."
(Riwayat Muslim) Ucapannya: Ma'khadzaha
artinya tidak memenuht hak ketentuannya. Ya akhi diriwayatkan dengan
fathahnya hamzah dan kasrahnya kha' serta diringankannya ya' – yakni tidak
disyaddahkan. Juga diriwayatkan dengan dhammahnya hamzah, fathahnya kha' dan syaddahnya
ya' - lalu berbunyi: Ukhayya.
263. Dari Sahl bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga
seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari
tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari) Kafilul yatim ialah orang
yang menanggung segala perkara yang diperlukan oleh anak yatim - baik makan,
minum, kediaman, pakaian dan pendidikannya, juga lain-lainnya pula.
264. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Pemelihara anak yatim, baik miliknya sendiri atau milik
lainnya, saya - Nabi s.a.w. - dan ia adalah seperti kedua jari ini di dalam
syurga." Yang merawikan Hadis ini yakni Malik bin Anas mengisyaratkan
dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengahnya. (Riwayat Muslim) Sabda
Nabi s.a.w. Alyatim iahu au lighairihi, artinya ialah yang masih termasuk keluarganya atau yang termasuk
orang lain. Yang masih keluarganya seperti anak yatim yang dipelihara oleh
ibunya, neneknya, saudaranya atau lain-lainnya orang yang masih ada kekeluargaan
dengannya. Wallahu a'lam.
265. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Bukannya orang miskin itu orang yang ditolak oleh orang lain
ketika meminta sebiji atau dua biji kurma, atau ketika meminta sesuap atau dua
suap makanan. Tetapi hanyasanya orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang
yang enggan meminta-minta – sekalipun sebenarnya ia membutuhkan."
(Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat kedua kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu
disebutkan pula demikian: Nabi s.a.w. bersabda: "Bukannya orang miskin itu
orang yang berkeliling menemui orang-orang banyak, lalu ditolak ketika meminta
sesuap dua suap makanan atau sebiji dua biji kurma, tetapi orang miskin yang
sebenar-benarnya ialah orang yang tidak mempunyai kekayaan untuk mencukupi
kebutuhannya, tidak pula diketahui kemiskinannya,sebabandaikata diketahui tentu
ia akan diberi sedekah, bahkan tidak pula ia suka berdiri lalu meminta-minta
sesuatu kepada orang-orang."
266. Dari Abu Hurairah r.a. juga dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Orang yang berusaha untuk kepentingan seseorang janda atau orang miskin
itu seperti orang yang berjihad fisabilillah," dan saya - yang merawikan
Hadrs ini - mengira bahwa beliau s.a.w. juga bersabda: "Dan seperti pula
seorang yang melakukan shalat malam yang tidak pernah letih – yakni setiap
malam melakukannya, juga seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka –
yakni berpuasa terus setiap harinya." (Muttafaq 'alaih)
267. Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang tercegah - yakni tidak
diundang - orang yang ingin mendatanginya yaitu kaum fakir-miskin, sebab
membutuhkannya, tetapi diundanglah orang yang tidak ingin mendatanginya - yaitu
kaum kaya raya sebab sudah sering makan enakenak. Namun demikian barangsiapa
yang tidak mengabulkan undangan walimah - pengantin - itu, maka ia telah
bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat
kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan demikian yaitu dari Abu
Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Sejelek-jelek makanan ialah makanan
walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya dan ditinggalkanlah
orang-orang fakir-miskin."
268. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa
yang menanggung segala keperluan dua gadis - dan mencukupkan makan minumnya,
pakaiannya, pendidikannya, dan lain-lain - sampai keduanya meningkat usia
baligh, maka ia datang pada hari kiamat, saya - Nabi Muhammad s.a.w. - dan ia
adalah seperti kedua jari ini dan beliau mengumpulkan jari-jarinya." (Riwayat
Muslim) Jariyataini yakni dua jariah artinya dua orang anak perempuan.
269. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Ada seorang
wanita masuk ke tempatku dan beserta wanita itu ada dua anak gadisnya. Wanita
itu meminta sesuatu, tetapi tidak menemukan sesuatu apapun di sisiku selain
sebiji kurma saja, Kemudian itulah yang kuberikan padanya, lalu wanita tadi
membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, ia sendiri tidak makan
sedikitpun dari kurma tersebut. Selanjutnya ia berdiri lalu keluar. Nabi s.a.w.
kebetulan masuk di tempatku pada waktu itu, lalu saya beritahukanlah hal tadi.
Beliau s.a.w. terus bersabda: "Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu dari
gadis-gadis seperti ini, lalu berbuat baik kepada mereka, maka gadis-gadis
itulah yang akan menjadi tabir untuknya dari siksa neraka." (Muttafaq
'alaih)
270. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya
didatangi oleh seorang wanita miskin yang membawa kedua anak gadisnya, lalu
saya memberikan makanan kepada mereka itu berupa tiga biji buah kurma. Wanita
itu memberikan setiap sebiji kurma itu kepada kedua anaknya.sebuah seorang dan
sebuah lagi diangkatnya ke mulutnya – hendak dimakan sendiri. Tiba-tiba kedua
anaknya itu meminta supaya diberikan saja yang sebuah itu untuk mereka makan
pula lalu wanita tadi memotong buah kurma yang hendak dimakan itu menjadi dua
buah dan diberikan pada kedua anaknya. Keadaan wanita itu amat mengherankan
saya, maka saya beritahukan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah
s.a.w., kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
untuk wanita itu akan masuk syurga karena kelakuannya tadi dan akan
dimerdekakan pula dari siksa neraka." (Riwayat Muslim)
271. Dari Abu Syuraih, yaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i r.a.,
katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya sangat memberatkan
dosa - kesalahan -orang yang menyianyiakan haknya dua golongan yang lemah,
yaitu anak yatim dan orang perempuan." Ini adalah Hadis hasan yang
diriwayatkan oleh an-Nasa'i dengan isnad yang baik. Makna Uharriju ialah aku
menganggap dosa dan maksudnya berdosa bagi orang yang menyia-nyiakan haknya
kedua macam orang di atas yakni anak yatim dan wanita, juga aku takut-takuti
dengan sesangat-sangatnya orang yang melakukan sedemikian itu, bahkan kularang
benar-benar, jangan sekali-kali dipermainkan hak-hak mereka itu.
272. Dari Mus'ab bin Sa'ad bin Abu Waqqash radhfallahu 'anhuma,
katanya: "Sa'ad merasa bahwasanya ia memiliki kelebihan keutamaan dari
orang-orang yang sebawahnya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda:"Bukankah
engkau semua tidak akan memperoleh pertolongan atau rezeki melainkan dengan
sebab usaha dari orang-orang yang lemah dari kalanganmu semua itu."Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari sebagai Hadis mursal, sebab sebenarnya Mus'ab bin Sa'ad itu
adalah seorang Tabi'i. Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-
Barqani dalam kitab shahihnya sebagai Hadis muttashil dari Mus'ab dari ayahnya
r.a.
273. Dari Abuddarda', yaitu 'Uwaimir r.a., katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Carilah untukmu orang-orang yang
lemah, sebab hanyasanya engkau semua diberi rezeki serta pertolongan dengan
sebab orang-orang yang lemah di kalangan engkau semua itu."Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik.
Keterangan:
Hadis di atas menurut riwayat Imam an-Nasa'i berbunyi: "Hanyasanya
ummat ini dapat memperoleh pertolongan - Allah Ta'ala - dengan sebab kaum yang
lemah dari golongan mereka - kaum Muslimin." Mengapa demikian? Dalam
penafsirannya disebutkan bahwa kaum yang dha'if, lemah dan dipandang tidak
berharga oleh umumnya masyarakat itulah yang justeru banyak yang dikabulkan
doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa lebih khusyu' dalam mengerjakan ibadat
karena hati mereka sudah kosong samasekali dari pemikiran perihal
keduniawiyahan, sebab memang tidak memiliki kelebihan-kelebihan. Oleh sebab itu
kita yang dari golongan berada, apalagi yang hartawan, jangan sekalikali menganggap
hina-dina kepada mereka itu, sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal harta
benda itu memang bukan suatu cela. Mereka seyogyanya kita tolong sesuai dengan kemampuan
kita, agar suka membantu kita berdoa untuk memperoleh rezeki yang halal. Mereka
tentu suka mendoakan orang yang kasih-sayang kepada mereka, sebab kalau ada rezeki
yang kita peroleh, merekapun pasti akan merasakan bagiannya. Jadi sebagaimana orang
yang tegap dan kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum yang
lemah itupun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta'ala dengan doa yang mereka panjatkan
yang mustajab (terkabul) kehadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar