Riyadhus
Shalihin – 20…..
Bab 40
Berbakti Kepada Kedua Orangtua Dan
Mempererat Keluarga
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sembahlah Allah serta jangan menyekutukan sesuatu
denganNya. juga berbuat baiklah
kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang menjadi kerabat, tetangga yang bukan kerabat, teman
seperjalanan, orang yang dalam perjalanan dan bambasahaya yang menjadi milik
tangan kananmu." (an-Nisa': 36)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan namaNya
engkau semua saling menuntut hak dan peliharalah kekeluargaan." (an-Nisa': 1) "Orang-orang
yang berakal ialah mereka yang memperhubungkan apa yang diperintahkan untuk diperhubungkan oleh Tuhan - yakni shilatur rahmi." (ar-Ra'ad: 21)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik
kepada kedua orangtuanya." (al-Ankabut:
8)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua jangan menyembah
melainkan Dia dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua orangtua. Dan
kalau salah seorang di antara keduanya atau keduanya ada di sisimu sampai usia
tua, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya dengan ucapan
"cis", dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah kepada
keduanya itu ucapan yang mulia - penuh kehormatan. "Dan turunkanlah sayap
kerendahan - maksudnya: Rendahkanlah dirimu - terhadap kedua orangtuamu itu
dengan kasih-sayang dan katakanlah: "Ya Tuhanku, kasihanilah kedua orang
tuaku itu sebagaimana keduanya mengasihi aku di kala aku masih kecil." (al-lsra': 23-24)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya
berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan
menderita kelemahan di atas kelemahan - yakni terus -menerus - dan ceraian susuannya
dalam dua tahun. Hendaknya engkau bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orangtuamu."
(Luqman: 14)
312. Dari Abu Abdirrahman yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya:
Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih tercinta
disisi Allah?" Beliau menjawab: "Yaitu shalat menurut waktunya."
Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Berbakti
kepada orang tua." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau
menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
313. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Tidak cukuplah seseorang anak terhadap orangtuanya -
sebagaimana imbangan jasa,kecuali apabila anak itu menemui orangtuanya sebagai
hambasahaya, lalu membelinya kemudian memerdekakannya." (Riwayat Muslim)
314. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah menghubungi - mempereratkan - kekeluargaannya dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik
atau - jikalau tidak dapat – berdiam sajalah." (Muttafaq 'alaih)
315. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah
bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan seluruh makhluk, kemudian
setelah selesai dari semuanya itu lalu rahim- kekeluargaan - itu berdiri terus
berkata: "Ini adalah tempat orang yang bermohon kepadaMu - Tuhan -
daripada perpisahan." Allah berfirman: "Ya, apakah engkau rela
jikalau Aku perhubungkan orang yang menghubungimu - kekeluargaan - dan Aku
memutuskan orang yang memutuskanmu?" Rahim menjawab: "Ya." Allah
berfirman lagi: "Jadi keadaan yang sedemikian itu tetap untukmu - yang
meng hubungi atau yang memutuskan." Selanjutnya Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Bacalah jikalau engkau semua menghendaki - firman Allah yang artinya:
"Apakah barangkali andaikata engkau semua berkuasa, engkau semua akan
membuat kerusakan di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaan? Orang-orang yang
sedemikian itulah yang dilaknat oleh Allah, kemudian ditulikan pendengarannya
oleh Allah serta dibutakan penglihatannya." - Surah Muhammad: 22-23.
(Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan demikian:
"Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang menghubungimu -
kekeluargaan - maka Aku menghubungkannya dan barangsiapa memutuskan kamu, maka
Aku juga memutuskannya."
316. Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: "Ada seorang
lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah,
siapakah orang yang paling berhak untuk saya persahabati dengan sebaik-baiknya
- yakni siapakah yang lebih utama untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?"
Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Lalu
siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu." Orang itu sekali lagi
bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab lagi:
"Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa lagi."
Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain
disebutkan: "Ya Rasulullah. Siapakah orang yang lebih berhak untuk
dipersahabati - dihubungi - secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab:
"Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang yang terdekat
denganmu, yang terdekat sekali denganmu." Ashshahabah artinya
persahabatannya. Sabdanya tsumma
abaka, demikian ini dimanshubkan dengan fi'il yang
dibuang, jelasnya birra abaka yakni berbaktilah kepada ayahmu. Dalam riwayat lain disebutkan tsumma abuka dan ini
jelas artinya.
317. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada tanahlah hidungnya, sekali
lagi melekat pada tanahlah hidungnya - maksudnya memperoleh kehinaan besarlah -
orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu
atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga - sebab tidak
berbakti kepada orangtuanya." (Riwayat Muslim)
318. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya ada seorang lelaki
berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai beberapa orang
kerabat, mereka saya hubungi - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaannya,
tetapi mereka memutuskannya, saya berbuat baik kepada mereka itu, tetapi mereka
berbuat buruk pada saya, saya bersikap sabar kepada mereka itu, tetapi mereka
menganggap bodoh mengenai sikap saya itu. beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau
benar sebagaimana yang engkau katakan itu, maka seolah-olah mereka itu engkau
beri makanan abu panas -yakni mereka mendapat dosa yang besar sekali. Dan
engkau senantiasa disertai penolong dari Allah dalam menghadapi mereka itu
selama engkau benar dalam keadaan yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim) Tusiffuhum dengan
dhammahnya ta' dan kasrahnya sin muhmalah serta syaddahnya fa'.Almallu dengan
fathahnya mim dan syaddahnya lam yaitu abu panas. Jadi maksudnya seolah-olah
engkau memberi makanan abu panas kepada mereka itu. Ini adalah kata perumpamaan
bahwa kaum kerabat yang bersikap seperti di atas itu tentu mendapatkan dosa
sebagaimana seorang yang makan abu panas mendapatkan sakit karena makan itu. Terhadap
orang yang berbuat baik ini tidak ada dosanya samasekali, tetapi orang-orang
yang tidak membalas dengan sikap baik itulah yang mendapatkan dosa besar karena
mereka melalaikan hak saudaranya dan memberikan kesakitan - hati dan perasaan -
padanya. Wallahu a'lam.
319. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang ingin supaya diluaskan rezekinya dan diakhirkan ajalnya,
maka hendaklah mempereratkan ikatan kekeluargaannya." (Muttafaq 'alaih)
Makna Yunsa-alahu fi atsarihi yaitu diakhirkan ajalnya yakni diperpanjangkan usianya.
320. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu Thalhah adalah
seorang dari golongan kaum Anshar di Madinah yang banyak hartanya, terdiri dari
kebun kurma. Di antara hartahartanya itu yang paling dicintai olehnya ialah
kebun kurma Bairuha'. Kebun ini letaknya menghadap masjid - Nabawi di Madinah.
Rasulullah s.a.w. suka memasukinya dan minum dari airnya yang nyaman. Ketika
ayat ini turun, yang artinya: "Engkau semua tidak akan memperoleh kebajikan
sehingga engkau semua suka menafkahkan dari sesuatu yang engkau semua cintai,"
maka Abu Thalhah berdiri menuju ke tempat Rasulullah s.a.w., lalu berkata: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: (ali-lmran: 92) - artinya
sebagaimana di atas. Padahal hartaku yang paling saya cintai ialah kebun kurma,
maka sesungguhnya kebunku itu saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah Ta'ala.
Saya mengharapkan kebajikan serta sebagai simpanan - di akhirat - di sisi
Allah. Maka itu gunakanlah kebun itu ya Rasulullah, sebagaimana yang Allah
memberitahukan kepada Tuan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Aduh,
yang sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak keuntungannya - berlipat
ganda pahalanya bagi yang bersedekah, yang sedemikian itu adalah merupakan
harta yang banyak keuntungannya."Saya telah mendengar apa yang engkau
ucapkan dan sesungguhnya saya berpendapat supaya kebun itu engkau berikan
kepada kaum keluargamu - sebagai sedekah." Abu Thalhah berkata: "Saya
akan melaksanakan itu, ya Rasulullah." Selanjutnya Abu Thalhah
membagi-bagikan kebun Bairuha' itu kepada keluarga serta anak-anak
pamannya." (Muttafaq 'alaih) Perihal lafaz-lafaznya sudah dijelaskan di
muka dalam bab "infak dari apa-apa yang dicintai" - harap diperiksa
dalam Hadis no. 298.
321. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Ada seorang lelaki menghadap Nabi s.a.w. lalu berkata:
"Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut berhijrah serta berjihad yang saya
tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala." Beliau bertanya: "Apakah
salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih ada yang hidup?" Orang itu menjawab:
"Ya, bahkan keduanya masih hidup." Beliau bersabda: "Apakah
maksudmu hendak mencari pahala dari Allah Ta'ala?" Ia menjawab:
"Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu kembali sajalah ke tempat
kedua orangtuamu, lalu berbuat baiklah dalam mengawani keduanya
itu."(Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam riwayat Imam-imam
Bukhari dan Muslim lainnya disebutkan pula demikian: "Ada seorang lelaki
datang kepada Nabi s.a.w. lalu memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad,
lalu beliau bersabda: "Adakah kedua orangtuamu masih hidup?" Ia menjawab:
"Ya." Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu, berjihadlah
dalam kedua orangtuamu itu - dengan berbuat baik dan memuliakan keduanya
itu."
322. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula dari Nabi s.a.w.,
sabdanya:"Bukannya orang yang menghubungi - mempererat kekeluargaan - itu
dengan orang yang mencukupi - yakni yang sama-sama menghubunginya, tetapi orang
yang menghubungi itu ialah orang yang apabila keluarganya itu memutuskan ikatan
kekeluargaannya, lalu ia suka menghubunginya - menyambungnya kembali."
(Riwayat Bukhari)
323. Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Rahim - kekeluargaan - itu tergantung pada 'Arasy sambil berkata:
"Barangsiapa yang menghubungi aku - mempererat kekeluargaan, maka Allah
menghubunginya dan barangsiapa memutuskan aku, maka Allah memutuskannya."
(Muttafaq 'alaih)
324. Dari Ummul mu'minin iaitu Maimunah binti al-Harits
radhiallahu 'anha, bahawasanya dia memerdekakan seorang hamba sahayanya -
perempuan - dan tidak meminta izin lebih dulu kepada Nabi s.a.w. Ketika datang
hari gilirannya yang waktu itu beliau berputar untuknya, maka Maimunah berkata:
"Adakah Tuan mengetahui, ya Rasulullah, bahwa saya telah memerdekakan
hamba-sahayaku?" Beliau s.a.w. bersabda: "Adakah itu sudah engkau
kerjakan." Ia menjawab: "Ya, sudah." Beliau bersabda:
"Alangkah baiknya kalau hamba sahaya itu engkau berikan saja kepada
pamanmu dari jurusan ibu, kerana yang sedemikian itu adalah lebih besar
pahalanya untukmu." (Muttafaq 'alaih)
325. Dari Asma' binti Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Ibuku datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di
zaman Rasulullah s.a.w. - Iaitu di saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah
antara Nabi s.a.w. dan kaum musyrikin. Kemudian saya meminta fatwa kepada
Rasulullah s.a.w., saya berkata: "Ibuku dating padaku dan ia ingin meminta
sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia musyrik?" Beliau
s.a.w. bersabda: "Ya, hubungilah ibumu." (Muttafaq 'alaih) Ucapan
Asma': Raghibah ertinya ialah ingin sekali meminta sesuatu yang ada padaku. Ada yang
mengatakan bahwa yang dating itu benar-benar ibunya sendiri dari nasabnya, tetapi
ada puia yang mengatakan bahwa itu adalah ibunya dari susuan yakni yang pernah menyusuinya
waktu kecil. Yang shahih ialah pendapat yang pertama yakni ibunya sendiri.
326. Dari Zainab as-Tsaqafiyah iaitu isteri Abdullah bin Mas'ud
radhiallahu 'anhu wa'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersedekahlah engkau semua, hai kaum wanita dari
perhiasan-perhiasanmu." Zainab berkata: "Saya lalu kembali ke tempat
Abdullah bin Mas'ud, lalu saya berkata: "Sesungguhnya engkau ini seorang
lelaki yang ringan tangannya - maksudnya dalam keadaan kurang harta, dan
sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah memerintahkan kita untuk memberikan sedekah.
Maka datanglah engkau kepada beliau dan tanyakanlah, jikalau sekiranya yang
sedemikian itu mencukupi daripadaku, maka akan saya berikan saja padamu
maksudnya ialah jikalau hartaku sendiri ini boleh diberikan kepada sesama
keluarga, tentu lebih baik untuk kepentingan keluarga saja. Tetapi jikalau tidak
mencukupi yang sedemikian itu - yakni tidak boleh kepada keluarga sendiri, maka
akan saya berikan kepada orang lain." Abdullah - suaminya - berkata:
"Bahkan engkau saja yang datang pada beliau." saya - Zainab -
berangkat, tiba-tiba ada seorang wanita dari kaum Anshar yang sudah ada di
pintu Rasulullah s.a.w., sedang keperluanku sama benar dengan keperluannya. Rasulullah
s.a.w. itu besar sekali kewibawaan yang ada padanya. Kemudian Bilal keluar menemui
kita, lalu kita berkata: "Datanglah kepada Rasulullah s.a.w., kemudian beritahukanlah
bahawasanya ada dua orang wanita sedang menanti di pintu untuk bertanya Tuan: "Apakah sedekah itu mencukupi,
jikalau diberikan saja kepada suamisuaminya serta anak-anak yatim yang ada
dalam tanggungannya? Tetapi janganlah diberitahukan siapa kita yang datang
ini!" Bilal lalu masuk kepada Rasulullah s.a.w., kemudian menanyakan soal
di atas itu. Rasulullah s.a.w. bertanya: "Siapakah kedua orang itu?"
Bilal menjawab: "Seorang wanita dari kaum Anshar dan yang seorang
Zainab." Rasulullah s.a.w. bertanya: "Zainab yang mana - sebab nama
Zainab banyak." Bilal menjawab: "Zainab isteri Abdullah."
Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kedua wanita itu mendapatkan dua
pahala -jikalau diberikan kepada keluarganya sendiri, yaitu pahala karena
kekeluargaan dan pahala sedekahnya." (Muttafaq 'alaih)
327. Dari Abu Sufyan yaitu Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya
yang panjang perihal kisahnya Hercules, bahawasanya Hercules berkata kepada Abu
Sufyan: "Dia menyuruh apakah kepadamu semua?" - yang dimaksudkan
ialah Nabi s.a.w. Abu Sufyan menjawab: Saya lalu berkata: "Nabi itu
mengucapkan demikian: "Sembahlah Allah yang Maha Esa dan jangan
menyekutukan sesuatu denganNya.Juga tinggalkanlah apa-apa yang diucapkan oleh moyangmu
- tentang i'tikad yang salah-salah.Dia menyuruh pula kepada kita supaya kita
melakukan shalat, berkata benar, menahan diri dari menjalankan keharaman serta mempererat
kekeluargaan."(Muttafaq 'alaih)
328. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Engkau semua akan membebaskan
suatu tanah yang di situ digunakan sebutan qirath
- untuk mata wangnya." Dalam sebuah
riwayat lagi disebutkan: "Engkau semua akan membebaskan Mesir, yaitu tanah
yang di situ digunakanlah nama qirath,
maka berwasiatlah kepada penduduk di situ dengan
baik-baik, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak kehormatan serta kekeluargaan."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Jikalau engkau telah membebaskannya, maka
berbuat baiklah kepada penduduknya, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak
kehormatan dan kekeluargaan," atau dalam riwayat lain disebutkan:
"Mereka mempunyai hak
kehormatan dan periparan - dari kata ipar." (Riwayat Muslim) Para
ulama berkata: "Rahim yang dimiliki oleh penduduk Mesir ialah karena
Hajar, ibunya Nabi Ismail adalah dari bangsa mereka sedang "shihr"
atau ipar ialah karena Mariah, ibunya Ibrahim, putera Rasulullah s.a.w. juga
dari bangsa Mesir itu.
329. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika ayat ini turun
iaitu yang ertinya: Dan peringatan kepada kaum keluarga-mu yang dekat-dekat -
as-Syu'ara' 214, lalu Rasulullah s.a.w. mengundang kaum Quraisy, kemudian
merekapun berkumpullah, undangan itu ada yang secara umum dan ada lagi yang
khusus, lalu beliau bersabda: "Hai Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah
dirimu semua dari neraka. Hai Bani Murrah bin Ka'ab, selamatkanlah dirimu semua
dari neraka. Hai Bani Abdu Syams, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai
Bani Abdu Manaf, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Hasyim,
selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdul Muththalib, selamatkanlah
dirimu semua dari neraka. Hai Fathimah - puteri Rasulullah s.a.w., selamatkanlah
dirimu dari neraka, karena sesungguhnya saya tidak dapat memiliki sesuatu untukmu
semua dari Allah - maksudnya saya tidak dapat menolak siksa yang akan diberikan
oleh Allah padamu, jikalau engkau tidak berusaha menyelamatkan diri sendiri
dari neraka. Hanya saja engkau semua itu mempunyai hubungan kekeluargaan belaka
- tetapi ini jangan diandal-andalkan untuk dapat selamat di akhirat. Saya akan
membasahinya dengan airnya." (Riwayat Muslim) Sabdanya Rasulullah: Bibalaliha, itu dengan
fathahnya ba' kedua dan boleh pula dengan dikasrahkan. Albalal artinya
air. Makna Hadis: Saya akan membasahinya dengan airnya ialah saya akan
menghubungi kekeluargaan itu. Beliau s.a.w. menyerupakan terputusnya
kekeluargaan itu sebagai sesuatu yang panas yang dapat dipadamkan dengan air
dan yang panas ini dapat didinginkan dengan mempereratkan kekeluargaan itu.
330. Dari Abu Abdillah, iaitu 'Amr bin al-'Ash radhiallahu
'anhuma, katanya: "Saya mendengar Nabi s.a.w. bersabda secara
terang-terangan tidak dirahsiakan lagi, iaitu: "Sesungguhnya keluarga Abu Fulan
itu bukannya kekasihku. Hanyasanya kekasihku ialah Allah dan kaum mu'minin yang
shalih. Tetapi mereka itu ada hubungan kekeluargaan denganku yang saya akan
membasahi dengan airnya - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaan dengan
mereka." Muttafaq 'alaih, sedang lafaznya adalah dari Imam Bukhari.
331. Dari Abu Ayyub, iaitu Khalid bin Zaidal-Anshari r.a. bahawa
ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya
suatu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga." Kemudian Nabi
s.a.w. bersabda: "Engkau supaya menyembah kepada Allah dan janganlah
engkau menyekutukan sesuatu denganNya, juga supaya engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mempererat ikatan kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
332. Dari Salman bin 'Amir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau
seseorang dari engkau semua itu berbuka, maka berbukalah atas kurma, sebab sesungguhnya
kurma itu ada berkahnya, tetapi jikalau tidak menemukan kurma, maka hendaklah
berbuka atas air, sebab sesungguhnya air itu suci." Selanjutnya beliau
s.a.w. bersabda: "Bersedekah kepada orang miskin adalah memperoleh satu
pahala sedekah saja, tetapi kepada - orang miskin - yang masih ada hubungan
kekeluargaan, maka memperoleh dua kali, iaitu pahala sedekah dan pahala
mempereratkan kekeluargaan." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam
Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
333. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Di bawah
saya ada seorang wanita - maksudnya: Saya mempunyai seorang isteri - dan saya
mencintainya, sedangkan Umar ayahnya
membencinya, lalu Umar berkata kepadaku: "Ceraikanlah isterimu itu!" sedang
saya enggan melakukannya. Umar lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian menyebutkan
keadaan yang sedemikian itu, maka Nabi s.a.w. bersabda: "Ceraikanlah
wanita itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Imam
Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
334. Dari Abuddarda' r.a. bahwasanya ada seorang lelaki datang
kepadanya: "Sesungguhnya saya mempunyai seorang isteri dan sesungguhnya
ibuku menyuruh kepadaku supaya aku menceraikannya." Kemudian Abuddarda'
berkata: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orangtua adalah
pintu yang paling tengah di antara pintu-pintu syurga." Maka jikalau
engkau suka, buanglah pintu itu - tidak perlu mengikuti perintahnya atau tidak berbakti
padanya, tetapi ini adalah dosa besar, atau jagalah pintu tadi - dengan
mengikuti perintah dan berbakti dan ini besar pahalanya." Diriwayatkan
oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.
335. Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w.,
sabdanya: "Bibi adalah sebagai gantinya ibu." Diriwayatkan oleh Imam
Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih. Dalam bab ini
terdapatlah beberapa Hadis yang masyhur-masyhur dalam kitab Hadis shahih. Di antaranya adalah Hadis orang-orang
yang tertahan dalam gua - lihat Hadis no. 12 - dan Hadis Juraij - lihat Hadis
no. 260. Keduanya sudah disebutkan lebih dulu. Masih banyak lagi Hadis-hadis
yang masyhur dalam kitab shahih, tetapi saya hilangkan untuk meringkaskannya. Di
antara Hadis-hadis itu yang terpenting ialah Hadisnya 'Amr bin'Abasah
r.a.,sebuah Hadis panjang yang mengandung beberapa huraian yang banyak sekali
darihal kaedahkaedah Islam dan adab-adabnya. Hadis itu akan saya uraikan dengan
selengkapnya Insya Allah dalam bab Raja' (Mengharapkan), Di dalam Hadis itu
disebutkan di antaranya: "Saya - yakni 'Amr bin 'Abasah - masuk kepada
Nabi s.a.w. di Makkah - yakni pada waktu permulaan nubuwat atau diangkatnya
sebagai Nabi, lalu saya berkata padanya: "Siapakah Tuan itu?" Beliau
menjawab: "Nabi." Saya bertanya: "Apakah Nabi itu?" Beliau menjawab:
"Saya diutus oleh Allah." Saya bertanya lagi: "Dengan apakah
Tuan diutus oleh Allah?" Beliau menjawab: "Allah mengutus saya dengan
perintah mempereratkan ikatan kekeluargaan, mematahkan semua berhala dan supaya
Allah itu di Maha Esakan, iaitu tidak ada sesuatu apapun yang dipersekutukan
denganNya," dan ia menyebutkan kelengkapan Hadis itu selanjutnya. Wallahu
Ta'ala a'lam. Wa bihil'aunu walquwwah (Dengan Allah kita dapat memperoleh
pertolongan dan kekuatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar