Riyadhus
Shalihin –217
Bab 44
Memuliakan Alim Ulama, Orang-orang
Tua, Ahli Keutamaan
Dan Mendahulukan Mereka Atas
Lain-lainnya, Meninggikan
Kedudukan Mereka Serta Menampakkan
Martabat Mereka
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah - hai Muhammad,
adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui.
Hanyasanya yang mengingat ialah orang-orang yang menggunakan fikirannya." (az-Zumar: 9)
347. Dari Abu Mas'ud yaitu'Uqbah bin 'Amr al-Badri al-Anshari
r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yang berhak menjadi
imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik bacaannya terhadap
kitabullah - al-Quran. Jikalau semua jamaah di situ sama baiknya dalam membaca
kitabullah, maka yang terpandai dalam as-Sunnah - Hadis. Jikalau semua sama pandainya
dalam as-Sunnah,maka yang terdahulu hijrahnya.Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya,
maka yang tertua usianya. Janganlah seseorang itu menjadi imamnya seseorang
yang lain dalam daerah kekuasaan orang lain itu dan jangan pula seseorang itu
duduk dalam rumah orang lain itu di atas bantainya- orang lain tadi, kecuali
dengan izinnya - yang memiliki." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain
disebutkan oleh Imam Muslim: "Maka yang terdahulu masuknya Islam"
sebagai ganti "yang tertua usianya." Dalam riwayat lain lagi
disebutkan: "Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah
yang terbaik bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran, dan orang yang terdahulu
pandai membacanya. Jikalau dalam pembacaan itu sama - dahulu dan pandainya,
maka hendaklah yang menjadi imam itu seorang yang terdahulu hijrahnya. Jikalau
dalam hijrahnya sama dahulunya, maka hendaknya menjadi imam seorang yang tertua
usianya." Yang dimaksudkan bisulthanihi
yaitu tempat kekuasaannya atau tempat yang ditentukan
untuknya. Takrimatihi dengan fathahnya ta' dan kasrahnya ra' ialah sesuatu yang dikhususkan
untuk diri sendiri, baik berupa bantal, hamparan, kasur ataupun lain-lainnya.
348. Dari Abu Mas'ud r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w.
mengusap bahu-bahu kita dalam shalat dan bersabda: "Ratakanlah - saf-saf
dalam shalat - dan jangan bersilih-silih lebih maju atau lebih ke belakang,
sebab jikalau tidak rata, maka hatimu semua pun menjadi berselisih. Hendaklah menyampingi
saya - dalam shalat itu - orang-orang yang sudah baligh dan orang-orang yang berakal
di antara engkau semua. Kemudian di sebelahnya lagi ialah orang-orang yang bertaraf
di bawah mereka ini lalu orang yang bertaraf di bawah mereka ini pula."
(Riwayat Muslim) Sabda beliau s.a.w.: Liyalini
diucapkan dengan takhfifnya nun -tidak
disyaddahkanserta tidak menggunakan ya'sebelum nun ini, tetapi ada yang
meriwayatkan dengan syaddahnya nun dan ada ya' sesudah nun itu - lalu dibaca
liyalianni -. Annuha yakni akal. Ululahlami
ialah orang-orang yang sudah baligh, ada pula
yang mengertikan: ahli hilm - kesabaran - dan fadhal - keutamaan.
349. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Hendaklah
menyampingi saya - dalam shalat - itu orang-orang yang sudah baligh dan
berakal, kemudian orang-orang yang bertaraf di bawah itu." Ini
disabdakannya sampai tiga kali. Beliau s.a.w. lalu melanjutkan: "Jauhilah
olehmu semua akan berkeras-keras suara seperti pasar. (Riwayat Muslim)
350. Dari Abu Yahya, ada yang mengatakan, namanya: Abu Muhammad,
iaitu Sahal bin Abu Hatsmah - dengan fathahnya ha' muhmalah dan sukunnya tsa'
mutsallatsah - al- Anshari r.a., katanya: "Abdullah bin Sahal dan
Muhayyishah bin Mas'ud berangkat ke Khaibar dan pada saat itu antara penduduk
Khaibar - dengan Nabi s.a.w. - ada persetujuan perdamaian. Kemudian kedua orang
itu berpisah.Setelah itu Muhayyishah mendatangi tempat Abdullah bin Sahal,
tetapi yang didatangi ini sudah dalam keadaan berlumuran darah dan telah
terbunuh. Muhayyishah lalu menanamnya, terus berangkat kembali ke Madinah.
Setelah itu Abdur Rahman bin Sahal, Muhayyishah dan Huwayyishah, yakni putera-putera
Mas'ud, berangkat ke tempat Nabi s.a.w., lalu Abdur Rahman mulai berbicara, kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yang tua saja yang berbicara, yang tua saja
yang berbicara," sebab Abdur Rahman adalah yang termuda antara orang-orang
yang menghadap itu. Abdur Rahman lalu berdiam diri dan kedua orang itulah yang
berbicara. Sesudah itu Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua
bersumpah dan dapat menghaki orang yang membunuhnya itu?" Seterusnya Abu
Yahya yang merawikan Hadis ini – menyebutkan kelengkapan Hadis di atas.
(Muttafaq 'alaih)
351. Dari Jabir r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. mengumpulkan antara
dua orang lelaki dari golongan orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Badar
- yakni dikumpulkan dalam sebuah kubur, kemudian beliau bertanya - kepada
sahabat-sahabatnya: "Manakah di antara kedua orang ini yang lebih banyak
hafalnya pada al Quran?" Ketika beliau s.a.w. diberi isyarat antara salah
satunya, maka yang dikatakan lebih banyak hafalannya al-Quran itulah yang lebih
didahulukan untuk dimasukkan dalam liang lahad." (Riwayat Bukhari)
352. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w.
bersabda: "Saya pernah melihat diri saya sendiri dalam impian di waktu
saya sedang bersugi dengan menggunakan sebatang kayu siwak. Kemudian datanglah
padaku dua orang lelaki, yang satu lebih tua daripada yang lainnya. Lalu siwak
itu hendak saya berikan kepada orang yang lebih muda, tiba-tiba ada seorang
yang berkata padaku: "Berikanlah kepada yang tua." Oleh sebab itu,
maka saya berikanlah kepada yang tertua di antara kedua orang tadi." Diriwayatkan
oleh Imam Muslim sebagai musnad dan oleh Imam Bukhari sebagai ta'liq.
353. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Setengah daripada cara mengagungkan Allah Ta'ala ialah dengan
jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban serta orang yang hafal al-Quran
yang tidak melampaui batas ketentuan -dalam membacanya - dan tidak pula
meninggalkan membacanya. Demikian pula memuliakan seorang sultan penguasa pemerintahan yang adil." Hadis
hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.
354. Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak termasuk golongan kita -
ummat Islam - orang yang tidak belas kasihan kepada golongan kecil di antara
kita - baik usia atau kedudukannya - serta tidak termasuk golongan kita pula
orang yang tidak mengerti kemuliaan yang tua di antara kita." Hadis shahih
yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi. Imam Termidzi
mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih. Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:
"hak orang yang tua dari kita."
355. Dari Maimun bin Abu Syabib bahawasanya Aisyah radhiallahu
'anha dilalui oleh seorang peminta-minta lalu olehnya diberi sepotong roti,
juga dilalui oleh seorang lelaki yang
mengenakan pakaian baik serta berkeadaan baik, lalu orang itu
didudukkan kemudian ia makan. Kepada Aisyah ditanyakan, mengapa berbuat
demikian - yakni tidak dipersamakan cara memberinya. Lalu ia berkata:
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Letakkanlah masing-masing manusia itu
di tempatnya sendiri-sendiri." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, tetapi kata
Imam Abu Dawud: "Maimun itu tidak pernah menemui Aisyah." Hadis ini
disebutkan oleh Imam Muslim dalam permulaan kitab shahihnya sebagai ta'liq,
lalu katanya: "Dan disebutkan dari Aisyah, katanya: "Rasulullah s.a.w.
memerintahkan kepada kita supaya kita menempatkan para manusia itu di tempatnya
sendiri-sendiri – yakni yang sesuai dengan kedudukannya."Imam Hakim Abu
Abdillah menyebutkan ini dalam kitabnya Ma'rifatu 'ulumil Hadis dan
ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.
356. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin
Hishn datang – di Madinah - lalu bertemu di rumah anak saudaranya-sepupunya -
yaitu Hurbin Qais. Hur ini adalah di antara golongan orang-orang yang dekat
hubungannya dengan Umar r.a. dan memang para ahli membaca al-Quran itu menjadi
sahabat dalam majlisnya Umar dan yang diajaknya bermusyawarat, baik pun mereka
itu golongan orang-orang yang sudah tua ataupun yang masih pemuda. 'Uyainah
berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku, engkau ini mempunyai wajah
- yakni dikenal amat baik - di sisi Amirul mu'minin ini - maksudnya Umar, maka
dari itu mintakanlah izin untukku supaya aku dapat bertemu dengannya. Hur
memintakan izin lalu Umar mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk lalu ia berkata:
"Ingat hai anaknya Alkhaththab, demi Allah, engkau ini tidak dapat
memberikan banyak keenakan pada kita dan engkau tidak memerintah kepada kita
dengan cara yang adil." Umar r.a. marah padanya sehingga hampir saja
bermaksud akan memberikan hukuman pada 'Uyainah itu. Tetapi Hur kemudian
berkata pada Umar: "Hai Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala telah
berfirman kepada Nabinya s.a.w. - yang ertinya: "Berilah pengampunan, perintahkan dengan kebajikan dan
janganlah menghiraukan kepada orangorang yang bodoh." (al-A'raf: 199) dan sesungguhnya orang ini - yakni 'Uyainah –
adalah termasuk
golongan orang-orang yang bodoh." Demi Allah, maka Umar tidak suka
melanggar ayat tersebut ketika dibacakan padanya dan Umar adalah orang yang
paling dapat menahan dirinya - yakni paling mentaati – kepada isi kitabullah
Ta'ala itu." (Riwayat Bukhari)
357. Dari Abu Said yaitu Samurah bin jundub r.a., katanya:
"Niscayalah saya dahulu itu sebagai seorang anak-anak di zaman Rasulullah
s.a.w., maka saya menghafal – berbagai ajaran - dari beliau. Juga beliau tidak
pernah melarang saya berbicara, melainkan jikalau di situ ada orang yang lebih
tua usianya daripadaku sendiri." (Muttafaq 'alaih)
358. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah seseorang pemuda itu memuliakan seseorang tua kerana usianya,
melainkan Allah akan mengira-ngirakan untuknya orang yang akan memuliakannya
nanti, jikalau ia telah berusia tua –maksudnya setelah tuanya pasti akan
dimuliakan anak-anak yang lebih muda daripadanya."Diriwayatkan oleh Imam
Termidzi dan ia mengatakan bahawa Hadis ini adalah Hadis gharib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar