Pertama: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis qudsi : "Barangsiapa memusuhi
kekasihKu, maka Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi -
Kumusuhi.
Dan
tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat
Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah
Kuwajibkan padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan
padaKu dan melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku
mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai
telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah matanya yang ia
gunakan untuk melihat, Akulah tangannya yang ia gunakan untuk mengambil
dan Akulah kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikata ia meminta
sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan andaikata memohonkan perlindungan
padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat Bukhari)
Makna
lafaz Aadzantuhu, artinya: "Aku (Tuhan) memberitahu-kan kepadanya
(yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa Aku memerangi atau
memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan
perlindungan padaKu. Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi
Ista'aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi
Ista'aadzanii.
Penjelasan:
Yang perlu kita resapkan dalam Hadis ini ialah:
(a) Di atas itu, Hadis Qudsi namanya.
(b)
Kekasih Allah ialah orang yang amat taqwa kepadaNya dan orang yang
memusuhi kekasih Allah ini pasti akan rusak binasa sebab dimusuhi oleh
Allah.
(c)
Jadi bila hendak mendekat pada Allah, lebih dulu penuhilah
kewajiban-kewajiban yang telah dipikulkan oleh Allah pada kita itu,
(d)
Maka kalau orang itu sudah benar-benar dekat pada Allah semua
pendengarannya, penglihatannya,pengambilannya dan perjalanannya selalu
diberi petunjuk oleh Allah sehingga cahaya Tuhan selalu ada di kanan
kirinya.
Nomor:96
Kedua: Dari Anas رضي الله عنهdari Nabi صلی الله عليه وسلم dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya 'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi :
"Jikalau
seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku
mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan
berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas." (Riwayat
Bukhari)
Penjelasan:
Hadis
yang tercantum di atas itu adalah sebagai perumpamaan belaka, baik bagi
Allah atau bagi hambaNya. Jadi maksudnya ialah barangsiapa yang
mengerjakan ketaatan kepada Allah sekalipun sedikit, maka Allah akan
menerima serta memperlipat-gandakan pahalanya, juga pelakunya itu diberi
kemuliaan olehNya selama di dunia sampai di akhirat. Makin besar dan
banyak ketaalannya, makin pula besar dan bertambah-tambah pahalanya.
Manakala cara melakukan ketaatan itu dengan perlahan-lahan, Allah
bukannya memperlahan atau memperlambatkan pahalanya, tetapi bahkan
dengan segera dinilai pahalanya itu dengan penilaian yang luarbiasa
tingginya.
Demikianlah tujuan dan makna yang tersirat dalam isi Hadis tersebut. Wallahu A'lam bish-shawaab.
Nomor:97
Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Ada
dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar
manusia yaitu kesihatan dan kelapangan waktu." (Riwayat Bukhari)
Penjelasan:
Lafaz
Maghbuun dalam Hadis di atas itu, asalnya dari kata Zhaban, yaitu
membeli sesuatu dengan harga yang melebihi batas dari harga yang
semestinya dan berlipat-lipat dari yang seharusnya dibayarkan, jadi yang
sepatutnya dibeli seratus rupiah, tiba-tiba dibeli dengan harga seribu
rupiah. Juga Ghaban itu dapat berarti menjual sesuatu dengan harga yang
terlampau sangat rendahnya, misalnya sesuatu itu dapat dijual dengan
harga limapuluh rupiah, tetapi hanya dijual dengan harga lima rupiah
saja.
Orang mukallaf yakni manusia yang sudah baligh lagi berakal oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم
diumpamakan sebagai seorang pedagang. Kesihatan tubuh dan kelapangan
waktu yakni waktu tidak ada pekerjaan apa-apa yang diumpamakan sebagai
pokok harta atau kapital untuk berdagang itu, sedang ketaatan kepada
Allah Ta'ala sebagai benda-benda yang diperdagangkan.
Namun
demikian sebagian besar ummat manusia tidak mengerti betapa pentingnya
memiliki dua macam kapital dan bingung untuk memilih apa yang hendak
diperdagangkan itu, padahal sudah jelas pokok kapitalnya ialah kesihatan
dan kelapangan waktu dan yang semestinya dikejar untuk mendapatkan
keuntungan ialah membeli dagangan yang akan dapat memberi keuntungan
sebanyak-banyaknya. Bukankah ketaatan kepada Allah itu akan
menguntungkan sekali, baik di dunia atau di akhirat. Bukankah itu pula
yang menyebabkan akan dapat memperoleh laba yang besar sekali di sisi
Allah dan yang menjurus ke arah mendapat kebahagiaan. Tetapi semua itu
disia-siakan oleh sebagian besar ummat manusia sewaktu mereka hidup di
dunia ini.
Baharu
orang itu mengerti besarnya kenikmatan sihat dan lapang waktu
itu,apabila telah sakit dan banyak kesibukan, sehingga banyak
kewajiban-kewajiban terhadap agama menjadi kocar-kacir dan terbengkalai
atau samasekali ditinggalkan. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah
dari hal-hal yang sedemikian itu.
Nomor:98
Keempat: Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
berdiri untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga
pecah-pecahlah kedua tapak kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya:
"Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah, sedangkan Allah telah
mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang kemudian?"
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?" (Muttafaq 'alaih)
Ini
adalah menurut lafaz Bukhari dan yang seperti itu terdapat pula dalam
kedua kitab shahih - Bukhari dan Muslim - dari riwayat Mughirah bin
Syu'bah.
Penjelasan:
Dalam mengulas apa yang dikatakan oleh Sayidah Aisyah رضي الله عنها bahwa Rasuiullah صلی الله عليه وسلم itu sudah diampuni semua dosanya oleh Allah, baik yang dilakukan dahulu atau belakangan, maka al-lmam Ibnu Abi Jamrah رضي الله عنه memberikan uraiannya sebagai berikut:
"Sebenarnya
tiada seorangpun yang dalam hatinya terlintas suatu persangkaan bahwa
dosa-dosa yang diberitahukan oleh Allah Ta'ala yang telah diampuni yakni
mengenai diri Nabi صلی الله عليه وسلم
itu adalah dosa yang kita maklumi dan yang biasa kita jalankan ini,
baik yang dengan sengaja atau cara apapun. Itu sama sekali tidak, sebab
Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
juga semua nabiullah 'alaihimus shalatu wassalam itu adalah terpelihara
dan terjaga dari semua kemaksiatan dan dengan sendirinya tidak ada
dosanya samasekali (ma'shum minadz- dzunub). Semoga kita semua
dilindungi oleh Allah dari memiliki persangkaan yang jelas salahnya
sebagaimana di atas.
Jadi
tujuannya hanyalah sebagai mempertunjukkan kepada seluruh ummat, betapa
besarnya kewajiban setiap manusia, yang di dalamnya termasuk pula Nabi
Muhammad صلی الله عليه وسلم
untuk memaha agungkan, memaha besarkan kepadaNya serta senantiasa
mensyukuri kenikmatan-kenikmatanNya. Oleh sebab apa yang dilakukan oleh
manusia, bagaimanapun juga besar dan tingginya nilai apa yang
diamalkannya itu, masih belum memadai sekiranya dibandingkan dengan
kenikmatan yang dilimpahkan oleh Nya kepada manusia tersebut. Maka dari
itu hak-hak Allah yang wajib kita penuhi sebagai imbalan karuniaNya itu,
masih belum sesuai dengan amalan baik yang kita lakukan, sekalipun
dalam anggapan kita sudah amat banyak sekali. Jadi lemahlah kita untuk
mengimbanginya dan itulah sebabnya, maka memerlukan adanya pengampunan
sekalipun tiada dosa yang dilakukan sebagaimana halnya Rasulullah
Muhammad serta sekalian para nabiNya 'alaihimus shalatu wassalam itu."
Nomor:99
Kelima: Dari Aisyah رضي الله عنها
juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabila masuk hari sepuluh,
maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan membangunkan isterinya dan
bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat pinggangnya." Yang dimaksudkan
ialah:
Hari
sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan - jadi
antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu. Mi'zar atau izar
dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari kaum
wanita - yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang
memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadat.
Dikatakan: Saya rnengeraskan ikat pinggangku untuk perkara ini, artinya:
Saya bersungguh-sungguh melakukannya dan menghabiskan segala Waktu
untuk merampungkannya.
Nomor: 100
Keenam: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Orang
mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada orang mu'min yang lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh
kebaikan.
Berlombalah
untuk memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan
mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau
engkau terkena oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata:
"Andaikata saya mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan
begitu." Tetapi berkatalah: "Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang
dikehendaki olehNya tentu Dia melaksanakannya," sebab sesungguhnya
ucapan "andaikata" itu membuka pintu godaan syaitan." (Riwayat Muslim)
Nomor:101
Ketujuh: Dan" Abu Hurairah رضي الله عنه pula bahwasanya RasuluHah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Ditutupilah
neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah syurga
itu dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih)
Dalam
sebuah riwayat, dari Muslim disebutkan dengan mengjunakan kata huffat
sebagai ganti kata hujibat, sedang artinya adalah sama, yaitu bahwa
antara seseorang dengan neraka (atau syurga) itu ada tabirnya, maka
jikalau tabir ini dilakukannya, tentulah ia masuk ke dalamnya.
Nomor:102
Kedelapan: Dari Abu Abdillah, yaitu Hudzaifah bin al-Yaman al-Anshari yang terkenal sebagai penyimpan rahasia Rasullah صلی الله عليه وسلم, radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya bersembahyang beserta Nabi صلی الله عليه وسلم
pada suatu malam maka beliau membuka - dalam rakaat pertama - dengan
surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus,
kemudian berlalulah." Saya berkata: "Beliau bersembahyang dengan bacaan
tadi itu dalam satu rakaat, kemudian berlalu."
Selanjutnya
saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka
- dalam rakaat kedua - dengan surat an-Nisa'lalu membacanya,kemudian
membuka lagi - sebagai lanjutan-nya - surat ali Imran, kemudian
membacanya.
Beliau صلی الله عليه وسلم
membacanya itu dengan rapi sekali -tidak tergesa-gesa - jikalau melalui
ayat yang di dalamnya mengandung pentasbihan - memahasucikan -beliaupun
mengucapkan tasbih,jikalau melalui ayat yang mengandung suatu
permohonan, beliaupun memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan
berta'awwudz -mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak
baik, beliaupun berta'awwudz - mohon perlindungan.
Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم
ruku' dan di situ beliau mengucapkan: Subhana rabbtal 'azhim. Ruku'nya
adalah seumpama saja dengan berdirinya - yakni perihal lamanya hampir
persamaan belaka -selanjutnya beliau mengucapkan: Sami'allahu iiman
hamidah. Rabbana lakal hamd," lalu berdiri dengan berdiri yang lama
mendekati ruku'nya tadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan:
Subhana rabbial a'la, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya -
tentang lama waktunya." (Riwayat Muslim)
Nomor:103
Kesembilan: Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه, katanya: "Saya bersembahyang beserta Rasulullah صلی الله عليه وسلم pada suatu malam, maka beliau memperpanjangkan berdirinya, sehingga saya bersengaja untuk melakukan sesuatu yang tidak baik."
Ia ditanya: "Dan apakah hal yang tidak baik yang engkau sengajakan itu?"
Ibnu Mas'ud رضي الله عنهmenjawab: "Saya bersengaja hendak duduk saja dan meninggalkan beliau - tidak terus berma'mum padanya." (Muttafaq 'alaih)
Nomor:104
Kesepuluh: Dari Anas رضي الله عنهdari Rasulullah صلی الله عليه وسلم, sabdanya:
"Mengikuti
kepada seseorang mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta
amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu.
Kembalilah keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya."
(Muttafaq 'alaih)
Nomor:105
Kesebelas: Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Syurga itu lebih dekat pada seseorang di antara engkau
sekalian daripada ikat terumpahnya, nerakapun demikian pula." (Riwayat
Bukhari)
Penjelasan:
Maksud
Hadis di atas itu ialah bahwa untuk mencapai syurga atau neraka itu
mudah sekali. Jika seseorang ingin mendapatkan syurga tentulah wajib
mempunyai kesengajaan yang benar, melakukan ketaatan dan kebaktian
kepada Tuhan, melaksanakan semua perintah dan menjauht semua
laranganNya, tetapi jika ingin memasuki neraka - semoga kita dilindungi
Allah dari siksa neraka itu, tentulah dengan jalan mengikuti apa saja
yang menjadi kehendak hawanafsu, menuruti kemauan syaitan dan melakukan
apa saja yang berupa kemaksiatan dan kemungkaran.
Nomor: 106
Keduabelas: Dari Abu Firas yaitu Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, pelayan Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan ia termasuk pula dalam golongan ahlussuffah - yakni kaum fakir miskin - رضي الله عنهkatanya: "Saya bermalam beserta Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kemudian saya mendatangkan untuknya dengan air wudhu'nya serta hajatnya - maksudnya pakaian dan lain-lain. Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Memintalah padaku!" Saya berkata: "Saya meminta kepada Tuan untuk menjadi kawan Tuan di dalam syurga." Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda lagi: "Apakah tidak ada yang selain itu?" Saya menjawab:
"Sudah, itu sajalah." Beliau lalu bersabda: "Kalau begitu tolonglah aku -
untuk melaksanakan permintaanmu itu - dengan memaksa dirimu sendiri
untuk memperbanyak bersujud - maksudnya engkaupun harus pula berusaha
untuk terlaksananya permtntaan tersebut dengan jalan memperbanyak
menyembah Allah." (Riwayat Muslim)
Nomor:107
Ketigabelas: Dari Abu Abdillah, juga dikatakan dengan nama Abu Abdir Rahman yaitu Tsauban, hamba sahaya Rasulullah صلی الله عليه وسلم, katanya: "Saya mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Hendaklah
engkau memperbanyak bersujud, sebab sesungguhnya engkau tidaklah
bersujud kepada Allah sekali sujudan. melainkan dengannya itu Allah
mengangkatmu sederajat dan dengannya pula Allah menghapuskan satu
kesalahan dari dirimu." (Riwayat Muslim)
Nomor:108
Keempatbelas: Dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin Busr al-Aslami رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik kelakuannya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Nomor:109
Kelimabelas: Dari Anas رضي الله عنه, katanya:
"Pamanku, yaitu Anas bin an-Nadhr رضي الله عنه
tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah,
saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan lakukan untuk
memerangi kaum musyrikin. Jikalau Allah mempersaksikan saya -
menakdirkan saya ikut menyaksikan - dalam memerangi kaum musyrikin -
pada waktu yang akan datang, niscayalah Allah akan memperlihatkan apa
yang akan saya perbuat.
Ketika
pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas
- bin an-Nadhr - itu berkata: "Ya Allah, saya mohon keuzuran -
pengampunan - padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu - yang
dimaksudkan ialah kawan- kawannya karena meninggalkan tempat-tempat yang
sudah ditentukan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم
- juga saya berlepas diri - maksudnya tidak ikut campurtangan - padaMu
daripada apa yang dilakukan oleh mereka - yang dimaksudkan ialah kaum
musyrikin yang memerangi kaum Muslimin.
Selanjutnya
iapun majulah, lalu Sa'ad bin Mu'az menemuinya. Anas bin an-Nadhr
berkata: "Hai Sa'ad bin Mu'az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang
menguasai Ka'bah (Baitullah), sesungguhnya saya dapat menemukan bau
harum syurga itu dari tempat di dekat Uhud."
Sa'ad berkata: "Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas itu, ya Rasulullah."
Anas
- yang merawikan Hadis ini yakni Anas bin Malik kemanakan Anas bin
an-Nadhr - berkata; "Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin
an-Nadhr itu delapanpuluh buah lebih pukulan pedang ataupun tusukan
tombak ataupun lemparan panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum
musyrikin telah pula mencabik- cabiknya. Oleh sebab itu seorangpun
tidak dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara perempuannya saja,
karena mengenal jari-jarinya."
Anas
- perawi Hadis ini - berkata: "Kita sekalian mengira atau menyangka
bahwasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas bin an-Nadhr itu
atau orang-orang yang seperti dirinya, yaitu ayat -yang artinya:
"Di
antara kaum mu'minin itu ada beberapa orang yang menempati apa yang
dijanjikan olehnya kepada Allah," sampai seterusnya ayat tersebut.
(Muttafaq 'alaih)
Lafaz
Layuriannallah, diriwayatkan dengan dhammahnya ya' dan kasrahnya ra',
artinya: Niscayalah Allah akan memperlihatkan yang sedemikian itu -
apa-apa yang dilakukannya - kepada orang banyak. Diriwayatkan pula
dengan fathah keduanya - ya' dan ra'nya -dan maknanya sudah jelas -
yaitu: Niscayalah Allah akan melihat apa-apa yang dilakukan olehnya.
Jadi membacanya ialah: Layara-yannallah. Wallahu aiam.
Penjelasan:
Anas bin an-Nadhr رضي الله عنه mengatakan kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bahwa dalam peperangan yang pertama yakni perang Badar tidak ikut,
kemudian dalam peperangan kedua, yakni perang Uhud ikut menyertai
pasukan ummat Islam melawan kaum kafirin dan musyrikin. Kemudian ia
berkata di hadapan Rasulullah صلی الله عليه وسلم
sebagai janjinya, andaikata ia mengikuti, niscaya Allah akan
menampakkan apa yang hendak dilakukan olehnya atau Allah pasti
mengetahui apa yang hendak diperbuatnya.
Ia
mengatakan sebagaimana di atas itu setelah selesai perang Badar dan
belum lagi terjadi perang Uhud. Yang hendak diperbincangkan di sini
ialah mengenai kata-kata Anas tersebut berbunyi Maa ashna-'u, artinya:
Apa-apa yang akan saya lakukan. Mengapa ia tidak berkata saja: Aku akan
bertempur mati-matian sampai titik darah yang penghabisan, sebagaimana
yang biasa dikatakan oleh orang-orang di zaman kita sekarang ini. Nah,
inilah yang perlu kita bahas sekedarnya.
Al-lmam al-Qurthubi dalam mengupas kata-kata Anas رضي الله عنه yaitu Maa ashna-'u itu menjelaskan demikian:
Ucapan Sayidina Anas رضي الله عنه, juga sekalian para sahabat Rasulullah صلی الله عليه وسلم selalu mengandung makna yang dalam. Anas رضي الله عنه
misalnya, dalam menyatakan janjinya akan mengikuti peperangan bila
nanti terjadi peperangan lagi dengan hanya mengatakan: Maa ashna-'u, itu
mempunyai kandungan bermacam-macam, umpamanya:
(a)
Ia tidak memiliki sifat kesombongan dan ketakaburan dan oleh sebab itu
tidak mengatakan bahwa ia akan berjuang mati-matian sampai hilangnya
jiwa yang dimilikinya dan amat berharga itu. Orang yang sombong itu
umumnya tidak menepati janji yang diucapkan. Kadang-kadang baru melihat
musuh sudah lari terbirit-birit atau sebelum melihatnya saja sudah tidak
tampak hidungnya.
(b) Anas رضي الله عنهsengaja
memperkokohkan ucapannya sendiri dan benar-benar dipenuhi. Diri dan
jiwanya akan betul-betul dikurbankan untuk meluhurkan kalimat Allah
yakni agama Islam dengan jalan melawan musuh yang sengaja menyerbu
negara dan hendak melenyapkan agama yang diyakini kebenarannya itu.
(c)
Ia hendak berusaha keras memenangkan peperangan dan mencurahkan segala
daya dan kekuatannya tanpa ada ketakutan sedikitpun akan tibanya ajal,
sebab setiap manusia pasti mengalami kematian, hanya jatannya yang
berbeda-beda.
(d)
Ia takut kalau-kalau apa yang hendak dilakukan nanti itu belum memadai
apa yang diucapkan, sebab mengingat bahwa segala gerakan hati dapat saja
diubah-ubah oleh Allah Ta'ala. Mungkin hari ini putih,tetapi besoknya
sudah menjadi hitam. Itulah yang dikuatirkan olehnya, sehingga
semangatnya yang asalnya menyala-nyala, tiba-tiba mengendur tanpa
disadari.
Selanjutnya
setelah terjadi perang Uhud ia menunjukkan perjuangan yang sebenar-
benarnya, sampai-sampai terciumlah olehnya bau-bauan dari syurga dan
akhirnya ia gugur sebagai pahlawan syahid fi-sabilillah. Untuk
menegaskan janji Anas رضي الله عنهinilah Allah Ta'ala berfirman dalam al-Quran:
Artinya:
"Di
kalangan kaum mu'minin itu ada beberapa orang (seperti sahabat Anas)
yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah dan sungguh-sungguh
memenuhi janjinya itu. Diantara mereka ada yang menemui ajalnya -
sebagai pahlawan syahid - dan ada juga yang masih menanti- nantikan -
yakni ingin mendapatkan kematian syahid dan oleh sebab itu tidak mundur
setapakpun menghadapi musuh. Itulah orang-orang mu'min yang tidak
berubah pendiriannya sedikitpun." (al- Ahzab: 23)
Nomor:110
Keenambelas: Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Anshari al-Badri رضي الله عنه,
katanya: "Ketika ayat sedekah turun, maka kita semua mengangkat sesuatu
di atas punggung-punggung kita -untuk memperoleh upah dari hasil
mengangkatnya itu untuk disedekahkan. Kemudian datanglah seseorang lalu
bersedekah dengan sesuatu yang banyak benar jumlahnya. Orang-orang sama
berkata: "Orang itu adalah sengaja berpamer saja - memperlihatkan
amalannya kepada sesama manusia dan tidak karena Allah Ta'ala
melakukannya. Ada pula orang lain yang datang kemudian bersedekah dengan
barang sesha' - dari kurma. Orang-orang sama berkata: "Sebenarnya Allah
pastilah tidak memerlukan makanan sesha'nya orang ini." Selanjutnya
turun pulalah ayat - yang artinya:
"Orang-orang
yang mencela kaum mu'minin yang memberikan sedekah dengan sukarela dan
pula mencela orang-orang yang tidak mendapatkan melainkan menurut kadar
kekuatan dirinya," dan seterusnya ayat itu - yakni firmanNya: "Lalu
mereka memperolok- olokkan mereka. Allah akan memperolok-olokkan para
pencela itu dan mereka yang berbuat sedemikian itu akan memperoleh siksa
yang pedih." (at-Taubah: 79) (Muttafaq 'alaih)
Nuhamilu
dengan dhammahnya nun dan menggunakan ha' muhmalah, artinya ialah
setiap orang dari kita sekalian mengangkat di atas punggung
masing-masing dengan memperoleh upah dan upah itulah yang
disedekahkannya.
Nomor:111
Ketujuhbelas:
Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris al-
Khawlani dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala, bahwasanya Allah berfirman - ini adalah Hadis Qudsi:
"Hai
hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan pada diriku sendiri akan
menganiaya dan menganiaya itu Kujadikan haram di antara engkau sekalian.
Maka dari itu, janganlah engkau sekalian saling menganiaya.
Wahai
hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi
petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi
petunjuk itu.
Wahai
hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi makan.
Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu.
Wahai
hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi
pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian
itu.
Wahai
hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu berbuat kesalahan pada
malam dan siang hari dan Aku inilah yang mengampunkan segala dosa. Maka
mohon ampunlah padaKu, pasti engkau semua Kuampuni.
Wahai
hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu tidak dapat membahayakan
Aku. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan membahayakan Aku.
Lagi pula engkau semua itu tidak dapat memberikan kemanfaatan padaKu.
Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan memberikan kemanfaatan itu
padaKu.
Wahai
hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga
yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin,
sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling taqwa dari antara
engkau semua, hal itu tidak akan menambah keagungan sedikitpun pada
kerajaanKu.
Wahai
hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga
yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin,
sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling curang dari antara
engkau semua, hal itu tidak akan dapat mengurangi keagungan sedikitpun
pada kerajaanKu.
Wahai
hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga
yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin,
sama berdiri di suatu tempat yang tinggi di atas bumi, lalu tiap
seseorang memintasesuatu padaKu dan tiap-tiap satu Kuberi menurut
permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang
menjadi milikKu, melainkan hanya seperti jarum bila dimasukkan ke dalam
laut - jadi berkurangnya hanyalah seperti air yang melekat pada jarum
tadi.
Wahai
hamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri. Aku
menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa
mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa
yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali pada
dirinya sendiri."
Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceriterakan Hadis ini, ia duduk di atas kedua lututnya." (Riwayat Muslim)
Kami
juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan ia
berkata: "Tidak sebuahpun Hadis bagi ahli Syam yang lebih mulia dari
Hadis ini."
Penjelasan:
Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم
dan berasal dari Allah semacam Hadis di atas ini juga Hadis no. 11 dan
no. 95 disebut Hadis Qudsi (suci). Bedanya dengan al-Quran ialah kalau
al-Quran merupakan mu'jizat sedang Hadis Qudsi tidak. Lagi pula hanya
melulu membaca saja pada al-Quran itu sudah merupakan ibadat. Yang
penting kita perhatikan ialah:
(a)
Menganiaya itu adalah benar-benar besar dosanya dan doanya orang yang
dianiaya itu tidak akan ditolak oleh Allah yakni pasti dikabulkan
sebagaimana sabda Nabi صلی الله عليه وسلم:
"Takutlah
pada doanya orang yang dianiaya, sekalipun ia itu kaf'ir karena
sesungguhnya saja tidak ada tabir yang menutup antara doa orang itu
dengan Allah."
(b)
Semua dosa itu dapat diampuni oleh Allah asal kita mohon ampun serta
bertaubat kecuali syirik (menyekutukan Allah), sebagaimana dalam
al-Quran disebutkan:
"Sesungguhnya
Allah tidak suka mengampuni katau Dia disekutukan dengan lainNya dan
Dia suka mengampuni yang selain itu pada orang yang dikehendaki
olehNya."
(c)
Kalau kita taat pada Allah, melakukan semua perintahNya, ini bukan
berarti bahwa Allah butuh kita taati. Kita taat atau tidak bagi Allah
tetap saja. Maka bukannya kalau kita taat, Allah tambah mulia atau kalau
kita ingkar lalu Allah kurang kemuliaanNya. Itu tidak sama sekali.
Hanya saja Allah menyediakan tempat kesenangan (syurga) bagi orang yang
taat dan tempat siksa (neraka) bagi orang yang ingkar.
(d) Orang yang amat taqwa yang dimaksudkan dalam Hadis ini ialah Nabi Muhammad صلی الله عليه وسلم dan yang paling curang itu ialah syaitan (setan) sebab syaitan itu dahulunya bernama Izazil dan termasuk dalam golongan jin.
(e)
Begitu banyaknya air laut, kalau isinya hanya dikurangi oleh jarum yang
melekat di situ, maka kekurangan itu tidak berarti samasekali.
Begitulah perumpamaannya andaikata Allah mengabulkan semua permohonan
makhlukNya.