Nomor: 678
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
berjalan melalui seorang lelaki dari golongan kaum Anshar dan ia sedang
menasihati saudaranya tentang hal sifat malu - yakni malu mengerjakan
kejahatan. Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Biarkanlah ia, sebab sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan." (Muttafaq 'alaih)
Penjelasan:
Malu
itu ada yang baik dan ada yang jelek. Malu menjalani sesuatu kemunkaran
dan kemaksiatan atau umumnya larangan agama atau hal-hal yang syubhat
adalah terpuji dan sangat baik. Tetapi malu menjalankan ketaatan kepada
Allah, misalnya malu bersembahyang karena baru saja menyadari kebenaran
beragama, malu pergi ke masjid, malu kalau tidak suka diajak
berdansa-dansi, malu kalau menolak berjabatan tangan dengan wanita (bagi
seorang lelaki), semuanya itu adalah tercela dan tidak ada kebaikannya
samasekali.
Dalam
hal ini ada sebuah Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari yang diterima
dan' Abu Mas'ud yaitu Uqbah al-Anshari, mengatakan bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya
di antara hal-hal yang ditemui (didapatkan) dari ucapan kenubuwatan
yang pertama ialah: Apabila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa saja
yang kamu kehendaki."
Adapun
Hadis di atas itu mengandung pengertian sebagai ancaman atau untuk
menakut-nakuti pada seseorang yang hendak berbuat semau-maunya. Jadr
maksudnya ialah: "Kalau kamu tidak malu kepada Allah dalam melakukan
kemunkaran dan kemaksiatan itu, terserahlah, kamu boleh melakukan
apa-apa yang kamu inginkan dan sesuka hatimulah. Tetapi ingatlah bahwa
setiap sesuatu itu ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat."
Ada
pula sebagian alim-ulama yang berpendapat bahwa maksud Hadis di atas
itu adalah untuk menunjukkan kebolehan sesuatu kelakuan. Jelasnya:
"Kalau kamu hendak melakukan sesuatu, sekiranya kamu tidak malu kepada
Allah dan para manusia, sebab memang bukan larangan agama, baik sajalah
kamu lakukan. Tetapi sekalipun agama membolehkan, kalau kamu malu, tidak
kamu lakukanpun baik juga jikalau hal itu termasuk sesuatuyawaz (yakni
bukan hal yang wajib atau sunnah). Jadi baik dilakukan atau ditinggalkan
sama saja bolehnya."
Nomor: 679
Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Sifat malu itu baik seluruh akibatnya." Atau beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Malu itu semuanya baik akibatnya."
Yang
dimaksud itu ialah malu mengerjakan kejahatan atau hal-hal yang tidak
sopan menurut pandangan umum. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka
amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama.
Nomor: 680
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Keimanan itu ada tujuhpuluh lebih - tiga sampai sembilan
-atau keimanan itu cabangnya ada enampuluh lebih - tiga sampai sembilan.
Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah- rendahnya
ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, lumpur,
abu kotoran dan Iain-Iain sebagainya -dari jalanan. Sifat malu adalah
suatu cabang dari keimanan itu." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 681
Dari Abu Said al-Khudri رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat
persembunyiannya - yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam
biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya. la amat sangat malu
kepada suaminya itu. Jikalau beliau صلی الله عليه وسلم melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya." (Muttafaq 'alaih)
Para
alim-ulama berkata: "Hakikat sifat malu itu ialah suatu budipekerti
yang menyebabkan seseorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan
menyebabkan ia tidak mau lengah untuk menunaikan haknya seseorang yang
mempunyai hak." Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al-Junaid
rahimahullah, katanya: "Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai
macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu
tumbuhlah di antara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan
yang dinamakan sifat malu."
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar