Dari Anas رضي الله عنه, berkata: "Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma setelah wafatnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم: "Marilah berangkat bersama kita ke tempat Ummu Aiman [35] agar kita dapat berziarah padanya, sebagaimana Rasulullah صلی الله عليه وسلم
juga menziarahinya. Setelah keduanya sampai di tempatnya, Ummu Aiman
menangis, lalu keduanya bertanya: "Apakah yang menyebabkan engkau
menangis? Tidakkah engkau ketahui bahawa apa yang ada di sisi Allah itu
lebih baik untuk Rasulullah صلی الله عليه وسلم?"
Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya bukannya menangis kerana
saya tidak mengerti bahawa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik
untuk Rasulullah صلی الله عليه وسلم itu, tetapi saya menangis ini ialah kerana sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus dari langit."
Jawapan
Ummu Aiman menyebabkan tergeraknya hati kedua orang tersebut untuk
menangis lalu kedua orang itu pun mulai pula menangis bersama Ummu
Aiman." (Riwayat Muslim)
[35]Ummu Aiman adalah perawat serta pengasuh Rasulullah صلی الله عليه وسلم di waktu kecilnya. Ia adalah seorang hambasahaya, lalu dimerdekakan oleh beliau صلی الله عليه وسلم setelah beliau صلی الله عليه وسلم dewasa. Suaminya bernama Zaid bin Haritsah. Amat besar penghormatan Nabi صلی الله عليه وسلم terhadap Ummu Aiman itu serta sangat dimuliakan, bahkan beliau صلی الله عليه وسلم pernah bersabda: "Ummu Aiman ummi" ertinya: "Ummu Aiman itu adalah ibuku."
Nomor: 359
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم
bahawasanya ada seorang lelaki berziarah kepada seorang saudaranya di
suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk
melindunginya di sepanjang jalan - yang dilaluinya. Setelah orang itu
melalui jalan itu, berkatalah malaikat kepadanya: "Ke mana engkau
menghendaki?" Orang itu menjawab: "Saya hendak ke tempat seorang
saudaraku di desa ini." Malaikat bertanya lagi: "Adakah suatu kenikmatan
yang hendak kau peroleh dari saudaramu itu?" Ia menjawab: "Tidak, hanya
saja saya mencintainya kerana Allah." Malaikat lalu berkata:
"Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah untuk menemuimu - guna
memberitahukan - bahawa sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana
engkau mencintai saudaramu itu karena Allah." (Riwayat Muslim)
Nomor: 360
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa
yang meninjau orang sakit atau berziarah kepada saudaranya kerana
Allah, maka berserulah seseorang yang mengundang-undang: "Engkau
melakukan kebaikan dan baik pulalah perjalananmu, serta engkau dapat
menduduki tempat dalam syurga."
Diriwayatkan
oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan dan
dalam sebagian naskah disebutkan sebagai Hadis gharib.
Nomor: 361
Dari Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه bahawasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Hanyasanya
perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai pembawa
minyak misik - yang baunya harum - dan peniup perapian - pandai besi.
Pembawa minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau
engkau dapat membelinya, atau - setidak-tidaknya - engkau dapat
memperoleh mencium - bau yang harum daripadanya. Adapun peniup
perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan pakaianmu atau engkau akan
memperoleh bau yang busuk daripadanya." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 362
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم
sabdanya: "Seseorang wanita itu dikawini kerana empat perkara, iaitu
kerana ada hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikannya dan
kerana teguh agamanya. Maka dari itu dapatkanlah - yakni usahakanlah
untuk memperoleh - yang mempunyai keteguhan agama, tentu kedua tanganmu
merasa puas - yakni hatimu menjadi tenteram." (Muttafaq 'alaih)
Adapun
maknanya Hadis di atas itu ialah bahwasanya para manusia itu dalam
ghalibnya menginginkan wanita itu kerana adanya empat perkara di atas
itu, tetapi engkau sendiri hendaklah menginginkan lebih-lebih yang
beragama teguh. Wanita sedemikian itulah yang harus didapatkan dan
berlumbalah untuk mengawininya.
Nomor: 363
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda Jibril a.s.: "Apakah sebabnya Tuan tidak suka berziarah pada
kami yang lebih banyak lagi - lebih sering - daripada yang Tuan
berziarah sekarang ini?" Kemudian turunlah ayat - yang ertinya: - Dan
kami tidak turun melainkan dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa
yang ada di hadapan serta di belakang kita [36] dan apa saja yang ada di antara yang tersebut itu." (Maryam: 64) (Riwayat Imam Bukhari)
[36]Maksudnya
ialah bahawa bagi Allah itu adalah semua yang ada di muka dan di
belakang kita serta apa pun yang ada di antara keduanya itu, baik
mengenai waktu dan tempat. Oleh sebab itu kita semua ini tidak dapat
berpindah dari satu keadaan atau tempat kepada keadaan atau tempat yang
lain, kecuali dengan perintah dan kehendak Allah sendiri.
Nomor: 364
Dari Abu Said al-Khudri رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم,
sabdanya: "Janganlah engkau bersahabat, melainkan orang yang mu'min dan
janganlah makan makananmu itu kecuali orang yang bertaqwa."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad yang
tidak mengapa - untuk dijadikan pegangan.
Nomor: 365
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahawasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Seseorang itu adalah menurut agama kekasihnya. Maka hendaklah seseorang dari engkau semua itu melihat ュ meneliti benar-benar - orang yang dijadikan kekasihnya itu."
Diriwayatkan
oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad shahih dan Imam
Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Nomor: 366
Dari Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه bahawasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Seseorang itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam suatu riwayat lain disebutkan: Abu Musa رضي الله عنه berkata: "Nabi صلی الله عليه وسلم ditanya: "Ada seseorang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia tidak pernah menemui mereka itu, bagaimanakah?" Beliau صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya."
Nomor: 367
Dari Anas رضي الله عنه bahawasanya ada seorang A'rab - orang Arab pedalaman - berkata kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم: "Bilakah datangnya hari kiamat?" Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda kepadanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan untuk
menemuinya?" A'rab itu menjawab: "Kecintaanku kepada Allah dan
RasulNya." Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Engkau akan menyertai orang yang engkau cintai." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaz Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim lainnya, disebutkan demikian:
A'rab
berkata: "Saya tidak menyiapkan sesuatupun untuk menemui hari kiamat
itu, baik yang berupa banyaknya puasa, shalat atau sedekah, tetapi saya
ini adalah mencintai Allah dan RasulNya."
Nomor: 368
Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم
lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan mengenai
seseorang yang mencintai sesuatu kaum, tetapi tidak pernah menemui kaum
itu?" [37] Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)
[37]Dalam
riwayat Imam Ibnu Hibban ada tambahannya sesudah kata-kata "Walam
yalhaq bihim", sedang tambahannya itu berbunyi: Ertinya: "Dan orang itu
tidak dapat mengamalkan sebagaimana yang diamalkan oleh kaum yang
dicintainya itu."
Nomor: 369
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم
sabdanya: "Para manusia ini adalah bagaikan benda logam, sebagaimana
juga logam emas dan perak. Orang-orang pilihan di antara mereka di zaman
Jahiliyah adalah orang-orang pilihan pula di zaman Islam, jikalau
mereka menjadi pandai - dalam hal agama. Ruh-ruh itu adalah sekumpulan
tentera yang berlain-lainan, maka mana yang dikenal dari golongan
ruh-ruh tadi tentulah dapat menjadi rukun damai, sedang mana yang tidak
dikenalinya dari golongan ruh-ruh itu tentulah berselisihan - maksudnya
ruh baik berkumpulnya ialah dengan ruh baik, sedang yang buruk dengan
yang buruk." (Riwayat Muslim)
Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi صلی الله عليه وسلم Al-Arwah dan seterusnya itu dari riwayat Aisyah رضي الله عنها.
Penjelasan:
Dalam
menafsiri pengertian perihal ruh itu ada yang saling kenal-mengenal
yakni 'Ta'aruf dan ada yang tidak saling kenal-mengenal yakni Tanakur,
maka Imam Ibnu Abdissalam berkata sebagai berikut:
"Hal
itu yakni kenal atau tidak kenal, maksudnya adalah mengenai keadaan
sifat. Artinya andaikata anda mengetahui seseorang yang berlainan
sifatnya dengan anda, misalnya anda seorang yang berbakti kepada Allah
dan yang dikenal itu orang yang tidak berbakti atau mengaku ketiadaan
Allah, sekalipun kenal orangnya, tetapi tidak saling kenal- mengenal
jiwa, ruh ataupun faham yang dianutnya. Sebaliknya jika orang itu sama
dengan anda perihal keadaan sifatnya, sama-sama berbaktinya kepada
Allah, sama-sama berjuang untuk meluhurkan kalimat Allah, sama-sama
membenci kepada kemungkaran dan kemaksiatan, maka selain kenal orangnya,
juga sesuai jiwanya, sesuai ruhnya dan sejalan dalam faham yang
dianutnya. Oleh sebab itu dalam sebuah Hadis lain disebutkan bahawa
seseorang yang merasa jiwanya itu masih lari atau enggan mengikuti
ajakan orang yang mulia dan utama amalannya, pula bagus kelakuannya,
hendaknya segera mencari sebab- sebabnya, sekalipun ia sudah mengaku
sebagai manusia muslim. Selanjutnya setelah penyakitnya ditemukan,
hendaknya secepatnya diubati dan dibuang apa yang menyebabkan ia sakit
sedemikian. Cara inilah yang sebaik-baiknya untuk menyelamatkan diri
dari sifat yang buruk, sehingga ruhnya dan jiwanya dapat saling
berkenalan dengan golongan orang- orang yang baik pula ruh dan jiwanya."
Nomor: 370
Dari
Usair bin Amr, ada yang mengatakan bahawa ia adalah bin Jabir - dengan
dhammahnya hamzah dan fathahnya sin muhmalah, katanya: "Umar bin
Alkhaththab ketika didatangi oleh sepasukan pembantu - dalam peperangan -
dari golongan penduduk Yaman, lalu ia bertanya kepada mereka: "Adakah
di antaramu semua seorang yang bernama Uwais bin 'Amir?" Akhirnya
sampailah Uwais itu ada di mukanya, lalu Umar bertanya: "Adakah anda
bernama Uwais." Uwais menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Benarkah dari
keturunan kabilah Murad dari lingkungan suku Qaran?" Ia menjawab: "Ya."
Ia bertanya pula: "Adakah anda mempunyai penyakit supak, kemudian anda
sembuh daripadanya, kecuali hanya di suatu tempat sebesar wang dirham?"
Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Adakah anda mempunyai seorang
ibu?" Ia menjawab: "Ya." Umar lalu berkata: "Saya pernah mendengar
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Akan
datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia
mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari Penyakitnya itu kecuali di
suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga mempunyai seorang ibu yang ia
amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas
nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu - dengan sebab
amat berbaktinya terhadap ibunya itu. Maka jikalau engkau kuasa meminta
padanya agar ia memintakan pengampunan - kepada Allah - untukmu, maka
lakukanlah itu!" Oleh sebab itu, mohonkanlah pengampunan kepada Allah -
untukku. Uwais lalu memohonkan pengampunan untuk Umar. Selanjutnya Umar
bertanya lagi: "Ke manakah anda hendak pergi?" Ia menjawab: "Ke Kufah."
Umar berkata: "Sukakah anda, sekiranya saya menulis - sepucuk surat -
kepada gabenor Kufah - agar anda dapat sambutan dan pertolongan yang
diperlukan." Ia menjawab: "Saya lebih senang menjadi golongan manusia
yang fakir-miskin."
Setelah
tiba tahun mukanya, ada seorang dari golongan bangsawan Kufah berhaji,
lalu kebetulan ia menemui Umar, kemudian Umar menanyakan padanya perihal
Uwais. Orang itu menjawab: Sewaktu saya tinggalkan, ia dalam keadaan
buruk rumahnya lagi sedikit barangnya - maksudnya sangat menderita."
Umar lalu berkata: "Saya pernah mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Akan
datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia
mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di
suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga mempunyai seorang ibu yang ia
amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas
nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu. Maka jikalau
engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan pengampunan - kepada
Allah untukmu, maka lakukan itu!" Orang bangsawan itu lalu mendatangi
Uwais dan berkata: "Mohonkanlah pengampunan - kepada Allah -untukku.
Uwais berkata: "Anda masih baru saja waktunya melakukan bepergian yang
baik - yakni ibadat haji, maka sepatutnya memohonkanlah pengampunan
untukku." Uwais lalu melanjutkan katanya: "Adakah anda bertemu dengan
Umar?" Ia menjawab: "Ya". Uwais lalu memohonkan pengampunan untuknya.
Orang-orang banyak lalu mengerti siapa sebenarnya Uwais itu, mereka
mendatanginya, kemudian Uwais berangkat - keluar dari Kufah menurut
kehendaknya sendiri." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: "Dari Usair bin Jabir bahawasanya ahli Kufah sama bertemu kepada Umar رضي الله عنه
dan di antara mereka ada seorang lelaki yang menghina-hinakan Uwais.
Umar lalu bertanya: "Apakah di situ ada seorang dari keturunan Qaran?"
Orang yang dimaksudkan itu lalu datang padanya. Umar kemudian berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
telah bersabda: "Sesungguhnya ada seorang lelaki dari Yaman, akan
datang padamu semua. Ia bernama Uwais. Dia tidak meninggalkan sesuatu di
Yaman itu melainkan seorang ibu. Ia mempunyai penyakit supak, lalu
berdoa kepada Allah Ta'ala, lalu Allah melenyapkan penyakitnya tadi,
kecuali di suatu tempat sebesar wang dinar atau dirham. Maka barangsiapa
di antara engkau semua bertemu dengannya, hendaklah meminta padanya
agar ia memohonkan pengampunan - kepada Allah - untuknya."
Juga disebutkan dalam riwayat Imam Muslim lagi dari Umar, katanya: "Saya mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya
sebaik-baiknya kaum tabi'in ialah seorang lelaki bernama Uwais. Ia
mempunyai seorang ibu dan pada tubuhnya ada putih-putih - karena
penyakit supak, maka suruhlah ia supaya memohonkan pengampunan untuk
semua."
Sabda Nabi صلی الله عليه وسلم
Ghabraan-un nas, dengan fathahnya ghain mu'jamah,saknahnya ba' serta
mad (dibaca panjang ra'nya). Ertinya golongan manusia yang fakir-miskin
dan rakyat jelata atau rendahan dan tidak diketahui pula dari lingkungan
mana sebenarnya orang itu, sedang Al-Amdad adalah jamaknya Madad, yaitu
para penolong dan pembantu yang memberikan pertolongan serta bantuan
kepada kaum Muslimin dalam berjihad atau perjuangan menegakkan agama
Allah.
Nomor: 371
Dari Umar bin Alkhaththab رضي الله عنه, katanya: "Saya meminta izin kepada Nabi صلی الله عليه وسلم
untuk menunaikan umrah, lalu beliau mengizinkan dan bersabda: "Jangan
melupakan kita, hai saudaraku, untuk mendoakan kita." Beliau صلی الله عليه وسلم
telah mengucapkan suatu kalimat - meminta ikut disertakan dalam doa -
yang saya tidak senang memperoleh seisi dunia ini sebagai gantinya" -
maksudnya bahawa kalimat yang disabdakan oleh beliau صلی الله عليه وسلم bagi Umar رضي الله عنه amat besar nilainya yakni melebihi dari nilai dunia dan seisinya.
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
Nomor: 372
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم berziarah ke Quba' [38] sambil berkendaraan serta berjalan, kemudian beliau bersembahyang dua rakaat." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Nabi صلی الله عليه وسلم mendatangi masjid Quba' setiap hari Sabtu sambil berkenderaan dan berjalan dan Ibnu Umar juga melakukan seperti itu."
[38]
Quba' adalah sebuah desa yang jaraknya dari Madinah ada sefarsakh atau
kira-kira 5 km. Di situ ada masjidnya yang terkenal, yakni masjid yang
didirikan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم yang pertama kali, sedang yang kedua ialah masjid Nabawi di Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar