Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم
sabdanya: "Bukannya yang dinamakan kaya itu karena banyaknya harta,
tetapi yang dinamakan kaya - yang sebenarnya - ialah kayanya jiwa."
(Muttafaq 'alaih)
Nomor: 520
Dari Abdullah bin 'Amr radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sungguh
berbahagialah orang yang masuk Agama Islam dan diberi rezeki cukup
serta dikaruniai sifat qana'ah oleh Allah dengan apa-apa yang
direzekikan kepadanya itu." (Riwayat Imam Muslim)
Nomor: 521
Dari Hakim bin Hizam رضي الله عنه,katanya: "Saya meminta kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
lalu beliau memberikan sesuatu padaku, lalu saya meminta lagi pada
beliau, kemudian beliaupun memberikan pula sesuatu padaku, selanjutnya
beliau bersabda:
"Hai
Hakim, sesungguhnya harta ini adalah sebagai benda yang kehijau-hijauan
- yakni enak dirasakan dan nyaman dipandang juga manis. Maka
barangsiapa yang mengambilnya itu dengan jiwa kedermawanan - dari orang
yang memberikannya serta memintanya itu dengan tidak memaksa, tentulah
harta itu memperoleh berkah Tuhan, tetapi barangsiapa yang mengambilnya
itu dengan jiwa kelobaan - atau ketamakan, maka tidak memperoleh berkah
Tuhan dalam harta tadi. Ia adalah sebagai seseorang yang makan, namun
tidak kenyang-kenyang. Tangan yang bagian atas - yang memberi - adalah
lebih mulia daripada yang bagian bawah - yang diberi."
Hakim
lalu berkata: "Ya Rasulullah, demi Zat yang mengutus Tuan dengan
membawa kebenaran, saya tidak akan suka lagi menerima sesuatu dari
seseorangpun sepeninggal Tuan nanti, sehingga saya akan berpisah dengan
dunia - yakni sampai mati."
Abu Bakar رضي الله عنه
pernah mengundang Hakim karena hendak memberikan sesuatu padanya,
tetapi Hakim menolak untuk menerima sesuatupun dari pemberian itu.
Seterusnya Umar رضي الله عنه
pernah pula memanggilnya untuk memberikan sesuatu pada Hakim itu,
tetapi ia juga enggan menerima pemberian tadi. Abu Bakar dan Umar
radhiallahu 'anhuma itu memanggil di kala keduanya menjabat sebagai
khalifah secara bergantian. Umar lalu berkata: "Hai sekalian kaum
Muslimin, saya mempersaksikan kepadamu semua atas diri Hakim ini,
bahwasanya saya menawarkan padanya akan haknya yang saya wajib
membagikan untuknya dari harta rampasan, tetapi ia enggan mengambil
haknya itu.
Hakim memang tidak pernah menerima sesuatu pemberian dari seseorangpun setelah wafatnya Nabi صلی الله عليه وسلم, sehingga ia meninggal dunia. (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 522
Dari Abu Burdah dari Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه, katanya: "Kita semua keluar bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم dalam melakukan sesuatu peperangan. Kita semua ada enam orang banyaknya - yakni yang menyertai Nabi صلی الله عليه وسلم
itu, di antara kita ada seekor unta yang kita gunakan untuk ganti-
berganti menaikinya. Maka berlobang-lobanglah kaki-kaki kita, juga
kakikupun berlobang-lobang pula dan jatuhlah kuku-kukuku. Oleh sebab itu
kita lalu membalutkan beberapa helai kain pada kaki- kaki kita itu dan
dengan demikian peperangan itu dinamakan perang Dzatu riqa' - mempunyai
beberapa balutan kain, karena kita membalutkan beberapa helai kain pada
kaki-kaki kita tadi."
Abu
Burdah berkata: "Abu Musa menceriterakan Hadis ini, kemudian ia merasa
tidak senang dalam menguraikannya itu dan ia mengatakan: "Apa yang dapat
saya lakukan dengan menyebut- nyebutkannya itu?" Abu Burdah melanjutkan
katanya: "Seolah-olah Abu Musa itu tidak senang kalau menyebutkan
sesuatu amalannya, lalu disiar-siarkannya." (Muttafaq 'alaih)
Maksudnya:
Oleh sebab adanya bala' sampai kaki-kaki menjadi rusak dan kuku-kuku
lepas itu adalah semata-mata urusan antara manusia dengan Tuhan, maka
menurut anggapan Abu Musa رضي الله عنه tidak perlu diterang-terangkan, supaya tidak dianggap sebagai memamerkan jasa atau amalan."
Nomor: 523
Dari 'Amr bin Taghlib - dengan fathahnya ta' mutsannat di atas dan sukunnya ghain mu'jamah dan kasrahnya fam - رضي الله عنه, bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم didatangi - memperoleh - harta atau rampasan, lalu beliau صلی الله عليه وسلم
membagikan itu. Ada beberapa orang yang beliau beri dan ada pula
beberapa orang yang beliau tinggalkan - yakni tidak diberi bagian.
Kemudian sampailah suatu berita kepada beliau bahwa orang-orang yang
tidak diberi itu sama mencela cara beliau membagikan tadi. Beliau صلی الله عليه وسلم lalu bertahmid kepada Allah lalu memujiNya, kemudian bersabda:
"Amma
ba'du." Sesungguhnya saya niscayalah memberikan bagian kepada golongan -
beberapa orang, karena saya mengetahui keluh kesah dalam hati mereka
itu serta sesambatan mereka yang amat sangat, sedang segolongan lain
saya serahkan kepada Allah, karena Allah telah memberikan kekayaan
bathin dan kebaikan dalam hati mereka ini, di antara mereka ini adalah
'Amr bin Taghlib."
'Amr bin Taghlib berkata: "Demi Allah, saya - amat gembira mendengar pujian beliau صلی الله عليه وسلم itu pada saya, sehingga karena gembiranya, maka saya - tidak suka andaikata kalimat Rasulullah صلی الله عليه وسلم
yang ditujukan kepada saya itu ditukar dengan ternak-ternak merah -
sebagai kiasan sebaik- baik harta bagi bangsa Arab." (Riwayat Bukhari)
Nomor: 524
Dari Hakim bin Hizam رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tangan
yang bagian atas - yang memberi - adalah lebih mulia daripada tangan
yang bagian bawah -yang diberi. Dan dahulukanlah dalam pemberian itu
kepada orang-orang yang menjadi tanggunganmu - yakni yang wajib
dinafkahi. Sebaik-baik sedekah ialah yang diberikan di luar kebutuhan -
yakni keadaan diri sendiri dan keluarga sudah dicukupi. Barangsiapa yang
enggan meminta, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya dan
barangsiapa tidak membutuhkan pemberian manusia, maka Allah akan
memberikan kekayaan padanya." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Bukhari, sedang lafaznya Imam Muslim adalah lebih ringkas lagi.
Nomor: 525
Dari Abu Abdir Rahman, yaitu Mu'awiyah bin Abu Sufyan yaitu Shakhr bin Harb radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Janganlah engkau semua mempersangatkan dalam meminta sesuatu
sebab demi Allah, tidaklah seseorang dari engkau semua itu meminta
sesuatu, kemudian karena permintaannya itu lalu dapat mengeluarkan
sesuatu pemberian daripadaku untuknya, sedangkan saya tidak senang
dengan cara memintanya,selanjutnya lalu diberkahi untuk orang tadi dalam
apa-apa yang saya berikan." (Riwayat Muslim)
Maksudnya
bahwa rezeki yang berasal dari meminta, apabila rezeki itu menjadi
bertambah banyak dan kekal karena dibuat berusaha umpamanya, maka yang
diminta dengan baik yakni tidak seolah-olah memaksa adalah lebih baik
dan lebih banyak berkahnya dari yang diminta dengan nada yang
seolah-olah memaksa.
Nomor: 526
Dari Abu Abdir Rahman, yaitu 'Auf bin Malik al-Asyja'i رضي الله عنه, katanya: "Kita semua ada di sisi Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan kita ada sembilan, delapan atau tujuh orang, kemudian beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Tidakkah engkau semua berbai'at kepada Rasulullah?" Padahal
kita semua baru beberapa hari saja melakukan pembai'atan pula pada
beliau itu, oleh sebab itu kita berkata: "Kita semua telah membai'at
Tuan, ya Rasulullah." Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda lagi: "Tidakkah engkau semua berbai'at kepada Rasulullah?"
Kita lalu membeberkan tangan-tangan kita dan kita berkata: "Kita semua
dulu sudah berbai'at kepada Tuan, ya Rasulullah dan sekarang kita
berbai'at lagi dalam hal apakah?" Beliau صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Hendaklah engkau semua menyembah kepada Allah yang Maha
Esa dan jangan menyekutukan sesuatu denganNya, tetapi tetaplah
mengerjakan shalat lima waktu dan sampai engkau semua mendengarkan serta
melakukan ketaatan," lalu beliau memperlahankan suaranya dan bersabda
dengan berbisik: "Dan jangan meminta sesuatu apapun dari orang-orang."
Maka
sungguh saya pernah melihat ada orang yang termasuk golongan
orang-orang di atas itu, ketika cemetinya jatuh, ia tidak meminta
seseorang supaya diambilkan cemetinya tadi." (Riwayat Muslim)
Nomor: 527
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tidak
henti-hentinya permintaan itu menghinggapi seseorang di antara engkau
semua - yakni orang yang senantiasa mempunyai tabiat suka meminta-minta
itu tidak akan berhenti, sehingga ia menemui Allah Ta'ala - yaitu pada
hari kiamat nanti - sedang di wajahnya itu tidak terdapat sepotong
dagingpun - jadi dalam keadaan sangat hina-dina." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 528
Dari Ibnu Umar رضي الله عنه pula bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda, sedang di kala itu beliau berada di atas mimbar dan
menyebut-nyebutkan perihal sedekah dan menahan diri dari meminta:
"Tangan
yang bagian atas adalah lebih baik daripada tangan yang bagian bawah.
Tangan yang bagian atas itu adalah yang menafkahkan - yakni yang
memberikan sedekah, sedang tangan yang bagian bawah adalah yang
meminta." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 529
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa
yang meminta-minta kepada orang-orang dengan maksud supaya menjadi
banyak apa yang dimilikinya - jadi sudah cukup tetapi terus saja
meminta-minta, maka sebenarnyalah orang itu meminta bara api. Maka dari
itu baiklah ia memilih hendak mempersedikitkan atau memperbanyakkan -
siksanya." (Riwayat Muslim)
Penjelasan:
Hadis
di atas dapat diartikan bahwa orang sebagaimana yang tersebut itu yakni
yang meminta-minta lebih dari keperluannya atau untuk mencari yang
sebanyak-banyaknya akan disiksa dalam neraka dan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم
dikiaskan sebagai orang-orang yang meminta bara api. Tetapi dapat pula
diartikan dengan makna yang sebenarnya menurut lahiriyah sabda beliau صلی الله عليه وسلم,
yaitu bahwa bara api akan dimasukkan dalam seterika dan kepada orang
sebagaimana di atas itu akan diseterikakan pada punggung dan lambungnya,
seperti juga keadaan orang yang sudah berkewajiban zakat, namun enggan
mengeluarkan atau menunaikan kewajiban zakatnya.
Demikianlah yang diuraikan oleh al-Qadhi'lyadh dalam menafsiri Hadis di atas.
Nomor: 530
Dari Samurah bin Jundub رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya
permintaan adalah suatu cakaran yang seseorang itu mencakarkan sendiri
ke arah mukanya, kecuali jikalau seseorang itu meminta kepada sultan -
penguasa negara* - atau ia meminta untuk sesuatu keperluan yang tidak
boleh tidak ia harus melakukannya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Nomor: 531
Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Barangsiapa yang dihinggapi oleh kemelaratan, lalu
diturunkannya kepada manusia - yakni meminta tolong kepada sesama
manusia agar dihilangkan kemelaratannya itu, maka tentu tidak akan
tertutuplah kemelaratannya tadi. Tetapi barangsiapa menurunkannya kepada
Allah - yakni mohon kepadaNya agar dihilangkan kemelaratannya, maka
bersegeralah Allah akan memberinya rezeki yang kontan - cepat
diberikannya - atau rezeki yang dilambatkan memberikannya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Meminta
kepada Sultan itupun tidak boleh sembarang minta, tetapi yang ada
sangkut pautnya dengan soal-soal keagamaan, misalnya meminta zakat yang
diwajibkan oleh Allah kepadanya atau seperlima bagian dari hasil
rampasan peperangan atau memang karena untuk kepentingan ummat dan
masyarakat.
Nomor: 532
Dari Tsauban رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Siapakah
yang memberikan jaminan kepada saya bahwa ia tidak akan meminta apapun
dari para manusia dan saya memberikan jaminan padanya untuk memperoleh
syurga?" Saya berkata: "Saya."
Maka Tsauban sejak saat itu tidak pernah meminta sesuatu apapun kepada siapa saja.
Diriwayatkan oleh Imam Dawud dengan isnad shahih.
Nomor: 533
Dari Abu Bisyr yaitu Qabishah bin al-Mukhariq رضي الله عنه, katanya: "Saya mempunyai beban sesuatu tanggungan harta - hamalah, lalu saya datang kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم untuk meminta sesuatu padanya guna melunasi tanggungan itu. Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Berdiamlah di sini dulu sampai ada harta sedekah - zakat -
yang datang pada kita, maka dengan harta itu kita akan menyuruh guna
diberikan padamu," selanjutnya beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Hai
Qabishah, sesungguhnya permintaan itu tidak boleh dilakukan kecuali
untuk salah satu dari tiga macam orang ini, yaitu: Seseorang yang
mempunyai beban sesuatu tanggungan harta -hamalah, maka bolehlah ia
meminta sehingga memperoleh sejumlah harta yang diperlukan tadi,
kemudian menahandiri - jangan meminta-minta lagi. Juga seseorang yang
mendapatkan sesuatu bencana, sehingga menyebabkan kemusnahan hartanya -
lalu menjadi miskin, maka bolehlah ia meminta, sehingga dapatlah ia
memperoleh sesuatu untuk menutupi keperluan hidupnya," atau sabda
beliau: "Sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Demikian pula
seseorang yang dihinggapi oleh kemelaratan, sehingga ada tiga orang dari
golongan orang-orang yang berakal di kalangan kaumnya mengatakan:
"Benar- benar si Fulan itu telah dihinggapi oleh kemelaratan," maka
orang semacam itu bolehlah meminta sehingga dapatlah ia memperoleh
sesuatu untuk menutupi keperluan hidupnya," atau sabda beliau: "Sesuatu
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya." Adapun selain tiga macam orang
tersebut di atas, maka permintaannya itu, hai Qabishah adalah merupakan
suatu perbuatan dosa yang dimakan oleh orang yang memintanya tadi dengan
memperoleh dosa." (Riwayat Muslim)
Alhamalah
dengan fathahnya ha' ialah apabila terjadi sesuatu pertempuran ataupun
pertengkaran Iain-Iain antara dua golongan, kemudian ada orang yang
bermaksud hendak mendamaikan antara mereka itu dengan cara memberikan
harta yang menjadi tanggungannya dan mewajibkan pengeluarannya itu atas
dirinya sendiri. Tanggungan harta semacam inilah yang dinamakan hamalah.
Aljaihah ialah sesuatu bencana yang mengenai harta seseorang -sehingga
ia menjadi miskin. Alqiwam dengan kasrahnya qaf atau dengan fathahnya
ialah sesuatu yang dengannya itulah urusan seseorang dapat berdiri
dengan baik, ini adalah berupa harta ataupun lain-lainnya. Assidad
dengan kasrahnya sin ialah sesuatu yang dapat menutupi kebutuhan orang
yang mempunyai keperluan dan dapat pula mencukupinya. Alfaqah ialah
kekafiran. Alhija ialah akal.
Nomor: 534
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Bukannya
orang miskin itu orang yang berkeliling mendatangi orang banyak -
keluar masuk dari rumah ke rumah - lalu ditolak ketika meminta sebiji
atau dua biji kurma atau ketika meminta sesuap atau dua suap makanan,
tetapi orang miskin yang sebenarnya ialah orang yang tidak mempunyai
kekayaan untuk mencukupi kebutuhannya, tidak pula diketahui
kemiskinannya, sebab andaikata diketahui tentu ia akan diberi sedekah
bahkan tidak pula ia suka berdiri lalu meminta-minta sesuatu kepada
orang-orang." (Muttafaq 'alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar