Dari Abu Abdirrahman yaitu Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, katanya: Saya bertanya kepada Nabi صلی الله عليه وسلم:
"Manakah amalan yang lebih tercinta disisi Allah?" Beliau menjawab:
"Yaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?"
Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula:
"Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah."
(Muttafaq 'alaih)
Nomor: 313
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tidak
cukuplah seseorang anak terhadap orangtuanya - sebagaimana imbangan
jasa,kecuali apabila anak itu menemui orangtuanya sebagai hambasahaya,
lalu membelinya kemudian memerdekakannya." (Riwayat Muslim)
Nomor: 314
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan
tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah menghubungi - mempereratkan - kekeluargaannya dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau
- jikalau tidak dapat - berdiam sajalah." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 315
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه
pula, katanya: "Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala
menciptakan seluruh makhluk, kemudian setelah selesai dari semuanya itu
lalu rahim - kekeluargaan - itu berdiri terus berkata: "Ini adalah
tempat orang yang bermohon kepadaMu - Tuhan - daripada perpisahan."
Allah berfirman: "Ya, apakah engkau rela jikalau Aku perhubungkan orang
yang menghubungimu - kekeluargaan - dan Aku memutuskan orang yang
memutuskanmu?" Rahim menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Jadi keadaan
yang sedemikian itu tetap untukmu - yang meng hubungi atau yang
memutuskan."
Selanjutnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Bacalah
jikalau engkau semua menghendaki - firman Allah yang artinya: "Apakah
barangkali andaikata engkau semua berkuasa, engkau semua akan membuat
kerusakan di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaan? Orang-orang yang
sedemikian itulah yang dilaknat oleh Allah, kemudian ditulikan
pendengarannya oleh Allah serta dibutakan penglihatannya." - Surah
Muhammad: 22-23. (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan demikian: "Kemudian Allah Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa
yang menghubungimu - kekeluargaan - maka Aku menghubungkannya dan
barangsiapa memutuskan kamu, maka Aku juga memutuskannya."
Nomor: 316
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم
lalu berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk
saya persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama
untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia
bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu." Orang itu
sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab lagi:
"Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa lagi." Beliau
menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ya
Rasulullah. Siapakah orang yang lebih berhak untuk dipersahabati -
dihubungi - secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu, lalu ibumu,
lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang yang terdekat denganmu, yang
terdekat sekali denganmu."
Ashshahabah
artinya persahabatannya. Sabdanya tsumma abaka, demikian ini
dimanshubkan dengan fi'il yang dibuang, jelasnya birra abaka yakni
berbaktilah kepada ayahmu. Dalam riwayat lain disebutkan tsumma abuka
dan ini jelas artinya.
Nomor: 317
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم
sabdanya: "Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada tanahlah
hidungnya, sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya - maksudnya
memperoleh kehinaan besarlah - orang yang sempat menemui kedua
orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya, tetapi
orang tadi tidak dapat masuk syurga - sebab tidak berbakti kepada
orangtuanya." (Riwayat Muslim)
Nomor: 318
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه
pula bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah,
sesungguhnya saya itu mempunyai beberapa orang kerabat, mereka saya
hubungi - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaannya, tetapi mereka
memutuskannya, saya berbuat baik kepada mereka itu, tetapi mereka
berbuat buruk pada saya, saya bersikap sabar kepada mereka itu, tetapi
mereka menganggap bodoh mengenai sikap saya itu." Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Jikalau benar sebagaimana yang engkau katakan itu, maka
seolah-olah mereka itu engkau beri makanan abu panas -yakni mereka
mendapat dosa yang besar sekali. Dan engkau senantiasa disertai penolong
dari Allah dalam menghadapi mereka itu selama engkau benar dalam
keadaan yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim)
Tusiffuhum dengan dhammahnya ta' dan kasrahnya sin muhmalah serta syaddahnya fa'.
Almallu
dengan fathahnya mim dan syaddahnya lam yaitu abu panas. Jadi maksudnya
seolah-olah engkau memberi makanan abu panas kepada mereka itu. Ini
adalah kata perumpamaan bahwa kaum kerabat yang bersikap seperti di atas
itu tentu mendapatkan dosa sebagaimana seorang yang makan abu panas
mendapatkan sakit karena makan itu. Terhadap orang yang berbuat baik ini
tidak ada dosanya samasekali, tetapi orang-orang yang tidak membalas
dengan sikap baik itulah yang mendapatkan dosa besar karena mereka
melalaikan hak saudaranya dan memberikan kesakitan - hati dan perasaan -
padanya.
Wallahu a'lam.
Nomor: 319
Dari Anas رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Barangsiapa yang ingin supaya diluaskan rezekinya dan
diakhirkan ajalnya, maka hendaklah mempereratkan ikatan
kekeluargaannya." (Muttafaq 'alaih) Makna Yunsa-alahu fi atsarihi yaitu
diakhirkan ajalnya yakni diperpanjangkan usianya.
Nomor: 320
Dari Anas رضي الله عنه
pula, katanya: "Abu Thalhah adalah seorang dari golongan kaum Anshar di
Madinah yang banyak hartanya, terdiri dari kebun kurma. Di antara
harta- hartanya itu yang paling dicintai olehnya ialah kebun kurma
Bairuha'. Kebun ini letaknya menghadap masjid - Nabawi di Madinah.
Rasulullah صلی الله عليه وسلم
suka memasukinya dan minum dari airnya yang nyaman. Ketika ayat ini
turun, yang artinya: "Engkau semua tidak akan memperoleh kebajikan
sehingga engkau semua suka menafkahkan dari sesuatu yang engkau semua
cintai," maka Abu Thalhah berdiri menuju ke tempat Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
(ali-lmran: 92) - artinya sebagaimana di atas. Padahal hartaku yang
paling saya cintai ialah kebun kurma Bairuha', maka sesungguhnya kebunku
itu saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah Ta'ala. Saya
mengharapkan kebajikan serta sebagai simpanan - di akhirat - di sisi
Allah. Maka dari itu gunakanlah kebun itu ya Rasulullah, sebagaimana
yang Allah memberitahukan kepada Tuan. Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Aduh, yang sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak
keuntungannya - berlipat ganda pahalanya bagi yang bersedekah, yang
sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak keuntungannya."Saya
telah mendengar apa yang engkau ucapkan dan sesungguhnya saya
berpendapat supaya kebun itu engkau berikan kepada kaum keluargamu -
sebagai sedekah."
Abu
Thalhah berkata: "Saya akan melaksanakan itu, ya Rasulullah."
Selanjutnya Abu Thalhah membagi-bagikan kebun Bairuha' itu kepada
keluarga serta anak-anak pamannya." (Muttafaq 'alaih)
Perihal
lafaz-lafaznya sudah dijelaskan di muka dalam bab "infak dari apa-apa
yang dicintai" - harap diperiksa dalam Hadis no. 298.
Nomor: 321
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ada seorang lelaki menghadap Nabi صلی الله عليه وسلم
lalu berkata: "Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut berhijrah serta
berjihad yang saya tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala."
Beliau bertanya: "Apakah salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih
ada yang hidup?" Orang itu menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih hidup."
Beliau bersabda: "Apakah maksudmu hendak mencari pahala dari Allah
Ta'ala?" Ia menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu kembali
sajalah ke tempat kedua orangtuamu, lalu berbuat baiklah dalam mengawani
keduanya itu."(Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim lainnya disebutkan pula demikian:
"Ada seorang lelaki datang kepada Nabi صلی الله عليه وسلم
lalu memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad, lalu beliau
bersabda: "Adakah kedua orangtuamu masih hidup?" Ia menjawab: "Ya." Lalu
beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Kalau begitu, berjihadlah dalam kedua orangtuamu itu - dengan berbuat baik dan memuliakan keduanya itu."
Nomor: 322
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:
"Bukannya
orang yang menghubungi - mempererat kekeluargaan - itu dengan orang
yang mencukupi - yakni yang sama-sama menghubunginya, tetapi orang yang
menghubungi itu ialah orang yang apabila keluarganya itu memutuskan
ikatan kekeluargaannya, lalu ia suka menghubunginya - menyambungnya
kembali." (Riwayat Bukhari)
Nomor: 323
Dari Aisyah رضي الله عنها dari Nabi صلی الله عليه وسلم,
sabdanya: "Rahim - kekeluargaan - itu tergantung pada 'Arasy sambil
berkata: "Barangsiapa yang menghubungi aku - mempererat kekeluargaan,
maka Allah menghubunginya dan barangsiapa memutuskan aku, maka Allah
memutuskannya." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 324
Dari Ummul mu'minin iaitu Maimunah binti al-Harits رضي الله عنها, bahawasanya dia memerdekakan seorang hamba sahayanya - perempuan - dan tidak meminta izin lebih dulu kepada Nabi صلی الله عليه وسلم
Ketika datang hari gilirannya yang waktu itu beliau berputar untuknya,
maka Maimunah berkata: "Adakah Tuan mengetahui, ya Rasulullah, bahwa
saya telah memerdekakan hamba-sahayaku?" Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Adakah itu sudah engkau kerjakan." Ia menjawab: "Ya, sudah."
Beliau bersabda: "Alangkah baiknya kalau hamba sahaya itu engkau
berikan saja kepada pamanmu dari jurusan ibu, kerana yang sedemikian itu
adalah lebih besar pahalanya untukmu." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 325
Dari
Asma' binti Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibuku
datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah
صلی الله عليه وسلم - Iaitu di saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara Nabi صلی الله عليه وسلم dan kaum musyrikin.
Kemudian saya meminta fatwa kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
saya berkata: "Ibuku datang padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah
boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia musyrik?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Ya, hubungilah ibumu." (Muttafaq 'alaih)
Ucapan
Asma': Raghibah ertinya ialah ingin sekali meminta sesuatu yang ada
padaku. Ada yang mengatakan bahwa yang dating itu benar-benar ibunya
sendiri dari nasabnya, tetapi ada puia yang mengatakan bahwa itu adalah
ibunya dari susuan yakni yang pernah menyusuinya waktu kecil. Yang
shahih ialah pendapat yang pertama yakni ibunya sendiri.
Nomor: 326
Dari Zainab as-Tsaqafiyah iaitu isteri Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu wa'anha, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Bersedekahlah engkau semua, hai kaum wanita dari
perhiasan-perhiasanmu." Zainab berkata: "Saya lalu kembali ke tempat
Abdullah bin Mas'ud, lalu saya berkata: "Sesungguhnya engkau ini seorang
lelaki yang ringan tangannya - maksudnya dalam keadaan kurang harta,
dan sesungguhnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم
telah memerintahkan kita untuk memberikan sedekah. Maka datanglah
engkau kepada beliau dan tanyakanlah, jikalau sekiranya yang sedemikian
itu mencukupi daripadaku, maka akan saya berikan saja padamu maksudnya
ialah jikalau hartaku sendiri ini boleh diberikan kepada sesama
keluarga, tentu lebih baik untuk kepentingan keluarga saja. Tetapi
jikalau tidak mencukupi yang sedemikian itu - yakni tidak boleh kepada
keluarga sendiri, maka akan saya berikan kepada orang lain."
Abdullah - suaminya - berkata: "Bahkan engkau saja yang datang pada beliau."
Kemudian saya - Zainab - berangkat, tiba-tiba ada seorang wanita dari kaum Anshar yang sudah ada di pintu Rasulullah صلی الله عليه وسلم, sedang keperluanku sama benar dengan keperluannya.
Rasulullah صلی الله عليه وسلم
itu besar sekali kewibawaan yang ada padanya. Kemudian Bilal keluar
menemui kita, lalu kita berkata: "Datanglah kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
kemudian beritahukanlah bahawasanya ada dua orang wanita sedang menanti
di pintu untuk bertanya kepada Tuan: "Apakah sedekah itu mencukupi,
jikalau diberikan saja kepada suami- suaminya serta anak-anak yatim yang
ada dalam tanggungannya? Tetapi janganlah diberitahukan siapa kita yang
datang ini!" Bilal lalu masuk kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kemudian menanyakan soal di atas itu. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bertanya: "Siapakah kedua orang itu?" Bilal menjawab: "Seorang wanita dari kaum Anshar dan yang seorang Zainab." Rasulullah صلی الله عليه وسلم bertanya: "Zainab yang mana - sebab nama Zainab banyak." Bilal menjawab: "Zainab isteri Abdullah." Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Kedua
wanita itu mendapatkan dua pahala -jikalau diberikan kepada keluarganya
sendiri, yaitu pahala karena kekeluargaan dan pahala sedekahnya."
(Muttafaq 'alaih)
Nomor: 327
Dari Abu Sufyan yaitu Shakhr bin Harb رضي الله عنه
dalam Hadisnya yang panjang perihal kisahnya Hercules, bahawasanya
Hercules berkata kepada Abu Sufyan: "Dia menyuruh apakah kepadamu
semua?" - yang dimaksudkan ialah Nabi صلی الله عليه وسلم
Abu Sufyan menjawab: Saya lalu berkata: "Nabi itu mengucapkan demikian:
"Sembahlah Allah yang Maha Esa dan jangan menyekutukan sesuatu
denganNya.Juga tinggalkanlah apa-apa yang diucapkan oleh nenek moyangmu -
tentang i'tikad yang salah-salah.Dia menyuruh pula kepada kita supaya
kita melakukan shalat, berkata benar, menahan diri dari menjalankan
keharaman serta mempererat kekeluargaan."(Muttafaq 'alaih)
Nomor: 328
Dari Abu Zar رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Engkau semua akan membebaskan suatu tanah yang di situ
digunakan sebutan qirath - untuk mata wangnya." Dalam sebuah riwayat
lagi disebutkan: "Engkau semua akan membebaskan Mesir, yaitu tanah yang
di situ digunakanlah nama qirath, maka berwasiatlah kepada penduduk di
situ dengan baik-baik, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak
kehormatan serta kekeluargaan."
Dalam
riwayat lain disebutkan: "Jikalau engkau telah membebaskannya, maka
berbuat baiklah kepada penduduknya, sebab sesungguhnya mereka itu
mempunyai hak kehormatan dan kekeluargaan," atau dalam riwayat lain
disebutkan: "Mereka mempunyai hak kehormatan dan periparan - dari kata
ipar." (Riwayat Muslim)
Para
ulama berkata: "Rahim yang dimiliki oleh penduduk Mesir ialah karena
Hajar, ibunya Nabi Ismail adalah dari bangsa mereka sedang "shihr" atau
ipar ialah karena Mariah, ibunya Ibrahim, putera Rasulullah صلی الله عليه وسلم juga dari bangsa Mesir itu.
Nomor: 329
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه
katanya: "Ketika ayat ini turun iaitu yang ertinya: Dan berilah
peringatan kepada kaum keluarga-mu yang dekat-dekat - as-Syu'ara' 214,
lalu Rasulullah صلی الله عليه وسلم
mengundang kaum Quraisy, kemudian merekapun berkumpullah, undangan itu
ada yang secara umum dan ada lagi yang khusus, lalu beliau bersabda:
"Hai Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai
Bani Murrah bin Ka'ab, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani
Abdu Syams, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Manaf,
selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Hasyim, selamatkanlah
dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdul Muththalib, selamatkanlah
dirimu semua dari neraka. Hai Fathimah - puteri Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
selamatkanlah dirimu dari neraka, karena sesungguhnya saya tidak dapat
memiliki sesuatu untukmu semua dari Allah - maksudnya saya tidak dapat
menolak siksa yang akan diberikan oleh Allah padamu, jikalau engkau
tidak berusaha menyelamatkan diri sendiri dari neraka. Hanya saja engkau
semua itu mempunyai hubungan kekeluargaan belaka - tetapi ini jangan
diandal-andalkan untuk dapat selamat di akhirat. Saya akan membasahinya
dengan airnya." (Riwayat Muslim)
Sabdanya
Rasulullah: Bibalaliha, itu dengan fathahnya ba' kedua dan boleh pula
dengan dikasrahkan. Albalal artinya air. Makna Hadis: Saya akan
membasahinya dengan airnya ialah saya akan menghubungi kekeluargaan itu.
Beliau صلی الله عليه وسلم
menyerupakan terputusnya kekeluargaan itu sebagai sesuatu yang panas
yang dapat dipadamkan dengan air dan yang panas ini dapat didinginkan
dengan mempereratkan kekeluargaan itu.
Nomor: 330
Dari Abu Abdillah, iaitu 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda secara terang-terangan tidak dirahsiakan lagi, iaitu:
"Sesungguhnya keluarga Abu Fulan itu bukannya kekasihku. Hanyasanya
kekasihku ialah Allah dan kaum mu'minin yang shalih. Tetapi mereka itu
ada hubungan kekeluargaan denganku yang saya akan membasahi dengan
airnya - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaan dengan mereka."
Muttafaq 'alaih, sedang lafaznya adalah dari Imam Bukhari.
Nomor: 331
Dari Abu Ayyub, iaitu Khalid bin Zaidal-Anshari رضي الله عنه
bahawa ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepada saya suatu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga."
Kemudian Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Engkau supaya menyembah kepada Allah dan janganlah engkau
menyekutukan sesuatu denganNya, juga supaya engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mempererat ikatan kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 332
Dari Salman bin 'Amir رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:
"Jikalau
seseorang dari engkau semua itu berbuka, maka berbukalah atas kurma,
sebab sesungguhnya kurma itu ada berkahnya, tetapi jikalau tidak
menemukan kurma, maka hendaklah berbuka atas air, sebab sesungguhnya air
itu suci."
Selanjutnya beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Bersedekah
kepada orang miskin adalah memperoleh satu pahala sedekah saja, tetapi
kepada - orang miskin - yang masih ada hubungan kekeluargaan, maka
memperoleh dua kali, iaitu pahala sedekah dan pahala mempereratkan
kekeluargaan." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Nomor: 333
Dari
Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Di bawah saya ada seorang
wanita - maksudnya: Saya mempunyai seorang isteri - dan saya
mencintainya, sedangkan Umar - ayahnya membencinya, lalu Umar berkata
kepadaku: "Ceraikanlah isterimu itu!" sedang saya enggan melakukannya.
Umar lalu mendatangi Nabi صلی الله عليه وسلم kemudian menyebutkan keadaan yang sedemikian itu, maka Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Ceraikanlah wanita itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu
Dawud dan Termidzi dan Imam Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis
hasan shahih.
Nomor: 334
Dari Abuddarda' رضي الله عنه
bahwasanya ada seorang lelaki datang kepadanya: "Sesungguhnya saya
mempunyai seorang isteri dan sesungguhnya ibuku menyuruh kepadaku supaya
aku menceraikannya." Kemudian Abuddarda' berkata: "Saya mendengar
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Orangtua
adalah pintu yang paling tengah di antara pintu-pintu syurga." Maka
jikalau engkau suka, buanglah pintu itu - tidak perlu mengikuti
perintahnya atau tidak berbakti padanya, tetapi ini adalah dosa besar,
atau jagalah pintu tadi - dengan mengikuti perintah dan berbakti dan ini
besar pahalanya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahawa ini adalah Hadis shahih.
Nomor: 335
Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:
"Bibi adalah sebagai gantinya ibu."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.
Dalam
bab ini terdapatlah beberapa Hadis yang masyhur-masyhur dalam kitab
Hadis yang shahih. Di antaranya adalah Hadis orang-orang yang tertahan
dalam gua - lihat Hadis no. 12 - dan Hadis Juraij - lihat Hadis no. 260.
Keduanya sudah disebutkan lebih dulu. Masih banyak lagi Hadis-hadis
yang masyhur dalam kitab shahih, tetapi saya hilangkan untuk
meringkaskannya.
Di antara Hadis-hadis itu yang terpenting ialah Hadisnya 'Amr bin'Abasah رضي الله عنه,sebuah
Hadis panjang yang mengandung beberapa huraian yang banyak sekali
darihal kaedah- kaedah Islam dan adab-adabnya. Hadis itu akan saya
uraikan dengan selengkapnya Insya Allah dalam bab Raja' (Mengharapkan),
Di dalam Hadis itu disebutkan di antaranya:
"Saya - yakni 'Amr bin 'Abasah - masuk kepada Nabi صلی الله عليه وسلم
di Makkah - yakni pada waktu permulaan nubuwat atau diangkatnya sebagai
Nabi, lalu saya berkata padanya: "Siapakah Tuan itu?" Beliau menjawab:
"Nabi." Saya bertanya: "Apakah Nabi itu?" Beliau menjawab: "Saya diutus
oleh Allah." Saya bertanya lagi: "Dengan apakah Tuan diutus oleh Allah?"
Beliau menjawab: "Allah mengutus saya dengan perintah mempereratkan
ikatan kekeluargaan, mematahkan semua berhala dan supaya Allah itu di
Maha Esakan, iaitu tidak ada sesuatu apapun yang dipersekutukan
denganNya," dan ia menyebutkan kelengkapan Hadis itu selanjutnya.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Wa bihil'aunu walquwwah (Dengan Allah kita dapat memperoleh pertolongan dan kekuatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar