Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau صلی الله عليه وسلم
bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah
menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi - yang sangat luar biasa
tekunnya.
Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai
dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan -
memberi pahala - sehingga engkau semua bosan - melaksanakan amalan itu.
Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah
apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni tidak
perlu banyak-banyak asalkan langsung terus." (Muttafaq 'alaih)
Mah
adalah kata untuk melarang dan mencegah. Maknanya La yamallullahu,
ialah Allah tidak bosan, maksudnya bahwa Allah tidak akan memutuskan
pahalanya padamu semua atau balasan pada amalan-amalanmu itu ataupun
memperlakukan engkau semua sebagai perlakuan orang yang sudah bosan.
Hatta tamallu artinya sehingga engkau semua yang bosan lebih dulu, lalu
amalan itu ditinggalkan.
Oleh
sebab itu seyogyanya engkau semua mengambil amalan itu sekuat tenagamu
saja yang sekiranya akan tetap langsung dan kekal melakukannya agar
supaya pahalanya serta keutamaannya tetap atas dirimu semua.
Nomor: 143
Dari Anas رضي الله عنه, katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi صلی الله عليه وسلم menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi صلی الله عليه وسلم Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. صلی الله عليه وسلم itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini - maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan - dari Nabi صلی الله عليه وسلم sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian."
Seorang
dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bersembahyang
semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka
saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang
seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka
sayapun tidak akan kawin selama-lamanya."
Rasulullah صلی الله عليه وسلم
kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang
mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini
adalah orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan
tertakut kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun
bersembahyang tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para
wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia
bukanlah termasuk dalam golonganku." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 144
Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Binasalah orang-orang yang memperdalam-dalamkan." Beliau صلی الله عليه وسلم menyabdakan ini sampai tiga kali banyaknya." (Riwayat Muslim)
Almutanathtbi'un yaitu orang-orang yang memperdalam-dalamkan serta memperkeraskan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
Nomor: 145
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم
sabdanya: "Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh
seseorang melainkan agama itu akan mengalahkannya - yakni orang yang
memperkeras-keraskan itu sendiri yang nantinya akan merasa tidak kuat
meneruskannya. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah
yang sederhanasaja-jikalau tidak kuasa melakukan yang
sesempurna-sempurnanya, bergembiralah - untuk memperoleh pahala,
sekalipun sedikit, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu
amalan itu, baikdi waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian
waktu malam." (Riwayat Bukhari)
Dalam
riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan: "Berlaku luruslah, lakukanlah
yang sederhana, pergilah di waktu pagi, juga di waktu sore serta
sebagian di waktu malam.
Berbuatlah sederhana,tentu engkau semua akan sampai pula ュ pada tujuannya."
Addin
itu dirafa'kan karena merupakan maf'ulnya fi'il yang tidak disebutkan
fa'ilnya. Ada pula yang mengatakan bahwa itu harus dinashabkan.
Ada
yang meriwayatkan dengan lafaz Lan yusyaddad dina ahadun, artinya tidak
seorangpun yang hendak memperkeraskan agama tersebut.
Sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم
Illa ghalalabahu, artinya melainkan agama itu mengalahkannya, yakni
bahwa agama tadi mengalahkan orang itu dan dengan sendirinya orang yang
memperkeras-keraskan sendiri itu akhirnya akan lemah untuk menghadapi
agama tersebut, sebab banyak jalan yang perlu ditempuhnya.
Ghadwah
ialah bepergian pada pagi hari dan Rawhah pada sore hari, sedang
Adduljah ialah pada akhir malam. Ini semua adalah sebagai kata kiasan
atau perumpamaan. Maksudnya ialah: Hendaklah engkau semua memohonkan
pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada Allah 'Azzawajalla itu
dengan melakukan berbagai amalan di waktu engkau semua dalam keadaan
bersemangat, serta hati dalam keadaan lapang, sehingga dengan demikian
engkau semua akan merasa lezat melakukan ibadah tadi dan tidak akan
merasa bosan, juga dengan itu apa yang dimaksudkan sudah pula tercapai.
Ini adalah sebagaimana seseorang yang pandai bepergian, ia tentu
berangkat dalam keadaan semacam di atas itu dan ia beristirahat, baik
dirinya maupun kendaraannya dalam waktu sudah lelah ataupun hati kurang
enak. Dengan demikian dapat pula ia mencapai tujuannya tanpa kelelahan
samasekali. Wallahu a'lam.
Nomor: 146
Dari Anas رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم masuk ke dalam masjid, tiba-tiba tampak di situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang. [12] Beliau صلی الله عليه وسلم
bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab: "Ini adalah
kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas - lelah bersembahyang, ia
menggantung di situ." Nabi صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Lepaskan sajalah. Baiklah seseorang itu melakukan
shalat di waktu ia sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa
malas, baiklah ia tidur saja." (Muttafaq 'alaih)
[12]Dua
tiang yang dimaksudkan di sini ialah dari beberapa tiang yang ada di
masjid. Tujuan utama dalam Hadis ini ialah anjuran yang penting sekali
untuk diperhatikan, yakni hendaknya kita melaksanakan agama Islam ini
Nomor: 147
Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Jikalau
seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bersembahyang, maka
baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab
sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau bersembahyang
sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai
memohonkan pengampunan - kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki
dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 148
Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya pernah bersembahyang dengan Nabi صلی الله عليه وسلم beberapa shalatan, maka keadaan shalat beliau صلی الله عليه وسلم itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang pula." (Riwayat Muslim)
Ucapan qashdan maksudnya antara panjang dan pendek, yakni sederhana
Nomor: 149
Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم
mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' -maksudnya keduanya
disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu
ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' - isteri
Abuddarda' - mengenakan pakaian yang serba kusut - yakni tidak berhias
samasekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan
sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu
sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan - maksudnya: Sudah
meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain."
Dalam
riwayat Addaraquthni lafaz Fiddunyaa, diganti dengan lafaz Fi nisaid
dunyaa, artinya tidak ada hajatnya lagi pada kaum wanita di dunia ini.
Sementara itu dalam riwayat Ibnu Khuzaimah ditambah pula dengan
kata-kata Yashuumun nahaar wa yaquumullail, artinya: Ia berpuasa pada
siang harinya dan terus bersembah - yang pada malam harinya."
Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman:
"Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan."
Abuddarda' lalu makan.
Setelah
malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya:
"Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman
berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba Akhir malam, Salman lalu
berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus
bersembahyang. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk
Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak
atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada
setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing." jangan melampaui
batas, khususnya dalam peribadatan, seperti shalat, puasa dan lain-lain
yang termasuk sunnah hukumnya. Jadi kita dilarang mempersangatkan diri
sendiri, sehingga membuat kita lelah dan akhirnya malas. Juga terdapat
suatu anjuran lain, yakni hendaklah dalam mengerjakannya itu dengan
penuh semangat dan bukan seenaknya saja.
Abuddarda' - paginya - mendatangi Nabi صلی الله عليه وسلم kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Salman benar ucapannya." (Riwayat Bukhari)
Penjelasan:
Dengan
berdasarkan Hadis di atas, maka syariat Agama Islam memerintahkan
kepada kaum Musiimin agar antara seorang dengan yang lainnya bersikap
sebagaimana orang-orang yang bersaudara dan semata-mata bukan karena ini
atau itu, tetapi hanya untuk mengharapkan keridhaan Tuhan, juga
memerintahkan agar saling kunjung-mengunjungi karena Allah, demikian
pula bermalam di rumah saudara seagamanya karena Allah pula.
Di
samping itu syariat membolehkan seseorang lelaki bercakap-cakap dengan
wanita lain yang bukan mahramnya yakni ajnabiyah, bilamana betul-betul
ada keperluan yang penting untuk berbuat sedemikian itu.
Selain
itu dalam Hadis itu pula terdapat anjuran yang sungguh-sungguh agar
antara seorang muslim dengan muslim lainnya, hendaknya gemar
nasihat-menasihati dengan cara yang baik, mengingatkan siapa yang lupa
dan lalai melaksanakan perintah Allah dan ada pula anjuran untuk gemar
mengerjakan shalat malam (shalatuilail) dan lain-lain lagi.
Nomor: 150
Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم
diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, niscayalah saya akan
berpuasa pada pagi hari dan berdiri bersembahyang di waktu malam -
maksudnya setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bersembahyang
sunnah, selama hidupku." Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Apakah engkau yang berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya:
"Sungguh
saya berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi, ya Rasulullah."
Beliau.bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka
dari itu berpuasalah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah -
bersembahyang malam. Dalam sebulan itu berpuasalah tiga hari, sebab
sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi
tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun penuh." Saya berkata:
"Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم,
bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari."
Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu."
Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula.
Yang sedemikian itu adalah puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah
sesedang-sedangnya berpuasa." Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang
sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa." Saya berkata pula:
"Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Rasulullah صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama daripada puasa - seperti
Nabi Dawud a.s. itu." Sebenamya andaikata saya menerima saja tiga hari
yang disabdakan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم -pertama kali - itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."
Dalam riwayat lain disebutkan demikian:
Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa
pada siang hari dan bersembahyang sunnah setiap malamnya?" Saya
menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan
mengerjakan seperti itu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan
bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu,
kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, isterimu juga ada hak atasmu,
untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenamya sudah cukuplah jikalau untuk
setiap bulan itu engkau berpuasa sebanyak tiga hari saja, sebab
sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi pahala dengan sepuluh kali
lipatnya. Jadi berpuasa tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan
berpuasa setahun penuh." Saya - maksudnya Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash -
mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya
berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya masih mempunyai kekuatan
untuk lebih dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabiullah
Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu - yakni sehari berpuasa
dan sehari berbuka." Saya bertanya: "Bagaimanakah berpuasanya Dawud
a.s.?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Ia berpuasa setengah tahun."
Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم" Dalam riwayat lain lagi disebutkan:
Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa
setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap malam?"
Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki
dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan
belaka." Beliau صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud a.s.,
sebab sesungguhnya ia adalah setaat- taat manusia perihal ibadatnya.
Selain itu khatamkanlah bacaan al-Quran itu sekali dalam setiap bulan."
Saya berkata: "Ya Nabiullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama
dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari."
Saya berkata: "Ya Nabiullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih
utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali dalam setiap sepuluh
hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah,saya masih kuat beramal yang lebih
utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam
seminggu dan jangan ditambah lagi - beratnya amalan tadi - lebih dari
itu." jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan
itu atas diriku. Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau
tidak tahu, barangkali engkau akan diberi usia yang panjang." Maka
jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiullah صلی الله عليه وسلم
Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu."
Juga
dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seseorang yang
berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau صلی الله عليه وسلم sampai tiga kali.
Selain
itu dalam riwayat lain disebutkan demikian: "Puasa yang amat tercinta
di sisi Allah adalah puasanya Nabi Dawud, sedang shalat yang amat
tercinta di sisi Allah juga shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur separuh
malam, lalu bangun - untuk bersembahyang malam - sepertiga malam,
kemudian tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa sehari dan berbuka
sehari. Ia tidak akan lari jikalau menemui - berhadapan dengan musuhnya.
Ada
pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku
mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik.
Ayah membuat janji dengan menantunya - wanita itu - yakni isteri
anaknya, untuk menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah
ditanya, isterinya itu berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia
tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir
kita - maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi isterinya -
sejak kita datang padanya."
Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi صلی الله عليه وسلم, lalu beliau bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah saya dengan lelaki itu."
Saya menemui Nabi صلی الله عليه وسلم sesudah diadukan oleh ayahku itu, beliau صلی الله عليه وسلم bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap hari." Beliau صلی الله عليه وسلم
bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau mengkhatamkan al-Quran?" Saya
menjawab: "Setiap malam saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu
menyebutkan sebagaimana ceritera yang sebelumnya. Ia menghabiskan
sebagian bacaan al-Quran itu atas isterinya sebanyak sepertujuh bagian,
yang dibacanya itu dirampungkannya di waktu siang agar lebih ringan
untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya. Jikalau ia hendak
memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah
jumlah hari berbukanya itu kemudian berpuasa sebanyak hari di atas itu
pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau
meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi صلی الله عليه وسلم
Semua
riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari dan
shahih Muslim dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu kedua
kitab shahih itu - yakni Bukhari dan Muslim saja.
Nomor: 151
Dari Abu Rib'i yaitu Hanzhalah bin Arrabi' al-Usayyidi al-Katib, salah seorang diantara jurutulisnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم.katanya:
"Abu Bakar bertemu denganku, lalu ia berkata: Bagaimanakah keadaanmu
hai Hanzhalah." Saya menjawab: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri
kalau sampai menjadi seorang munafik." Abu Bakar berkata lagi:
"Subhanallah - sebagai tanda keheranan, apakah yang kau ucapkan itu?"
Saya menjawab: "Semula kita berada di sisi Rasulullah صلی الله عليه وسلم
Beliau mengingat-ingatkan kepada kita perihal syurga dan neraka,
seolah-olah keduanya itu benar-benar dapat dilihat-tampak di mata.
Tetapi setelah kita keluar dari sisi Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
kita masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak dan
mengurus berbagai harta - untuk kehidupan kita di dunia ini, sehingga
dengan demikian, banyak yang kita lupakan - tentang hal syurga dan
neraka tadi." Abu Bakar lalu berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kami
sendiripun pernah mengalami seperti yang kau alami itu." Selanjutnya
saya dan Abu Bakar berangkat bersama sampai masuk ke tempat Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu saya berkata: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik, ya Rasulullah." Rasulullah صلی الله عليه وسلم
lalu bertanya: "Mengapa demikian?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah kita
semula ada di sisi Tuan dan Tuan mengingat-ingatkan kepada kita perihal
neraka dan syurga seolah-olah keduanya itu dapat dilihat oleh mata.
Tetapi setelah kita keluar dari sisi Tuan, kitapun masih juga
bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak serta mengurus pula
berbagai harta, sehingga karena itu, banyak yang kita lupakan tentang
keduanya tadi." Setelah itu Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada didalam genggaman kekuasaanNya,
jikalau engkau semua tetap sebagaimana hal keadaanmu di sisiku dan juga
senantiasa berzikir - ingat kepada Allah, niscayalah malaikat-malaikat
itu menjabat tanganmu semua, baik ketika engkau ada di hamparanmu -
sedang tidur, juga ketika ada di jalananmu - sedang berjalan-jalan.
Tetapi, hai Hanzhalah, sesaat dan sesaat - maksudnya sesaat untuk
melakukan peribadatan kepada Allah dan sesaat lagi untuk mengurus segala
sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya, mencari
sandang pangan dan lain-lain." Ini disabdakan beliau صلی الله عليه وسلم tiga kali. (Riwayat Muslim)
Nomor: 152
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Nabi صلی الله عليه وسلم
berkhutbah, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri lalu beliau
bertanya kepadanya - tentang nama dan perlunya berdiri. "Orang-orang -
para sahabat - sama berkata: "Dia adalah Abu Israil bernazar hendak
berdiri di terik matahari, tidak akan duduk-duduk, tidak akan bernaung,
tidak akan berbicara dan tetap akan berpuasa." Nabi صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Perintahkan padanya, supaya ia suka berbicara,
bernaung, duduk-duduk dan juga supaya ia meneruskan puasanya." (Riwayat
Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar