Sabtu, 29 Februari 2020

Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 14: Berlaku Sedang Dalam Beribadat





Nomor: 142

Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau صلی الله عليه وسلم bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi - yang sangat luar biasa tekunnya.

Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan - memberi pahala - sehingga engkau semua bosan - melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus." (Muttafaq 'alaih)

Mah adalah kata untuk melarang dan mencegah. Maknanya La yamallullahu, ialah Allah tidak bosan, maksudnya bahwa Allah tidak akan memutuskan pahalanya padamu semua atau balasan pada amalan-amalanmu itu ataupun memperlakukan engkau semua sebagai perlakuan orang yang sudah bosan. Hatta tamallu artinya sehingga engkau semua yang bosan lebih dulu, lalu amalan itu ditinggalkan.

Oleh sebab itu seyogyanya engkau semua mengambil amalan itu sekuat tenagamu saja yang sekiranya akan tetap langsung dan kekal melakukannya agar supaya pahalanya serta keutamaannya tetap atas dirimu semua.

Nomor: 143

Dari Anas رضي الله عنه, katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi صلی الله عليه وسلم menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi صلی الله عليه وسلم Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. صلی الله عليه وسلم itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini - maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan - dari Nabi صلی الله عليه وسلم sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian."

Seorang dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bersembahyang semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya."

Rasulullah صلی الله عليه وسلم kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bersembahyang tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 144

Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Binasalah orang-orang yang memperdalam-dalamkan." Beliau صلی الله عليه وسلم menyabdakan ini sampai tiga kali banyaknya." (Riwayat Muslim)

Almutanathtbi'un yaitu orang-orang yang memperdalam-dalamkan serta memperkeraskan sesuatu yang bukan pada tempatnya.

Nomor: 145

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم sabdanya: "Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seseorang melainkan agama itu akan mengalahkannya - yakni orang yang memperkeras-keraskan itu sendiri yang nantinya akan merasa tidak kuat meneruskannya. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah yang sederhanasaja-jikalau tidak kuasa melakukan yang sesempurna-sempurnanya, bergembiralah - untuk memperoleh pahala, sekalipun sedikit, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu amalan itu, baikdi waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian waktu malam." (Riwayat Bukhari)

Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan: "Berlaku luruslah, lakukanlah yang sederhana, pergilah di waktu pagi, juga di waktu sore serta sebagian di waktu malam.

Berbuatlah sederhana,tentu engkau semua akan sampai pula pada tujuannya."

Addin itu dirafa'kan karena merupakan maf'ulnya fi'il yang tidak disebutkan fa'ilnya. Ada pula yang mengatakan bahwa itu harus dinashabkan.

Ada yang meriwayatkan dengan lafaz Lan yusyaddad dina ahadun, artinya tidak seorangpun yang hendak memperkeraskan agama tersebut.

Sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم Illa ghalalabahu, artinya melainkan agama itu mengalahkannya, yakni bahwa agama tadi mengalahkan orang itu dan dengan sendirinya orang yang memperkeras-keraskan sendiri itu akhirnya akan lemah untuk menghadapi agama tersebut, sebab banyak jalan yang perlu ditempuhnya.

Ghadwah ialah bepergian pada pagi hari dan Rawhah pada sore hari, sedang Adduljah ialah pada akhir malam. Ini semua adalah sebagai kata kiasan atau perumpamaan. Maksudnya ialah: Hendaklah engkau semua memohonkan pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada Allah 'Azzawajalla itu dengan melakukan berbagai amalan di waktu engkau semua dalam keadaan bersemangat, serta hati dalam keadaan lapang, sehingga dengan demikian engkau semua akan merasa lezat melakukan ibadah tadi dan tidak akan merasa bosan, juga dengan itu apa yang dimaksudkan sudah pula tercapai. Ini adalah sebagaimana seseorang yang pandai bepergian, ia tentu berangkat dalam keadaan semacam di atas itu dan ia beristirahat, baik dirinya maupun kendaraannya dalam waktu sudah lelah ataupun hati kurang enak. Dengan demikian dapat pula ia mencapai tujuannya tanpa kelelahan samasekali. Wallahu a'lam.

Nomor: 146

Dari Anas رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم masuk ke dalam masjid, tiba-tiba tampak di situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang. [12] Beliau صلی الله عليه وسلم bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab: "Ini adalah kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas - lelah bersembahyang, ia menggantung di situ." Nabi صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Lepaskan sajalah. Baiklah seseorang itu melakukan shalat di waktu ia sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa malas, baiklah ia tidur saja." (Muttafaq 'alaih)




[12]Dua tiang yang dimaksudkan di sini ialah dari beberapa tiang yang ada di masjid. Tujuan utama dalam Hadis ini ialah anjuran yang penting sekali untuk diperhatikan, yakni hendaknya kita melaksanakan agama Islam ini

Nomor: 147

Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Jikalau seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bersembahyang, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau bersembahyang sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan - kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 148

Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya pernah bersembahyang dengan Nabi صلی الله عليه وسلم beberapa shalatan, maka keadaan shalat beliau صلی الله عليه وسلم itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang pula." (Riwayat Muslim)

Ucapan qashdan maksudnya antara panjang dan pendek, yakni sederhana

Nomor: 149

Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah رضي الله عنه, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' -maksudnya keduanya disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' - isteri Abuddarda' - mengenakan pakaian yang serba kusut - yakni tidak berhias samasekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan - maksudnya: Sudah meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain."

Dalam riwayat Addaraquthni lafaz Fiddunyaa, diganti dengan lafaz Fi nisaid dunyaa, artinya tidak ada hajatnya lagi pada kaum wanita di dunia ini. Sementara itu dalam riwayat Ibnu Khuzaimah ditambah pula dengan kata-kata Yashuumun nahaar wa yaquumullail, artinya: Ia berpuasa pada siang harinya dan terus bersembah - yang pada malam harinya."

Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman:

"Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan."

Abuddarda' lalu makan.

Setelah malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba Akhir malam, Salman lalu berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus bersembahyang. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing." jangan melampaui batas, khususnya dalam peribadatan, seperti shalat, puasa dan lain-lain yang termasuk sunnah hukumnya. Jadi kita dilarang mempersangatkan diri sendiri, sehingga membuat kita lelah dan akhirnya malas. Juga terdapat suatu anjuran lain, yakni hendaklah dalam mengerjakannya itu dengan penuh semangat dan bukan seenaknya saja.

Abuddarda' - paginya - mendatangi Nabi صلی الله عليه وسلم kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Salman benar ucapannya." (Riwayat Bukhari)

Penjelasan:

Dengan berdasarkan Hadis di atas, maka syariat Agama Islam memerintahkan kepada kaum Musiimin agar antara seorang dengan yang lainnya bersikap sebagaimana orang-orang yang bersaudara dan semata-mata bukan karena ini atau itu, tetapi hanya untuk mengharapkan keridhaan Tuhan, juga memerintahkan agar saling kunjung-mengunjungi karena Allah, demikian pula bermalam di rumah saudara seagamanya karena Allah pula.

Di samping itu syariat membolehkan seseorang lelaki bercakap-cakap dengan wanita lain yang bukan mahramnya yakni ajnabiyah, bilamana betul-betul ada keperluan yang penting untuk berbuat sedemikian itu.

Selain itu dalam Hadis itu pula terdapat anjuran yang sungguh-sungguh agar antara seorang muslim dengan muslim lainnya, hendaknya gemar nasihat-menasihati dengan cara yang baik, mengingatkan siapa yang lupa dan lalai melaksanakan perintah Allah dan ada pula anjuran untuk gemar mengerjakan shalat malam (shalatuilail) dan lain-lain lagi.

Nomor: 150

Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, niscayalah saya akan berpuasa pada pagi hari dan berdiri bersembahyang di waktu malam - maksudnya setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bersembahyang sunnah, selama hidupku." Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Apakah engkau yang berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya:

"Sungguh saya berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi, ya Rasulullah." Beliau.bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari itu berpuasalah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah - bersembahyang malam. Dalam sebulan itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم, bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula. Yang sedemikian itu adalah puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya berpuasa." Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa." Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama daripada puasa - seperti Nabi Dawud a.s. itu." Sebenamya andaikata saya menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم -pertama kali - itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."

Dalam riwayat lain disebutkan demikian:

Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa pada siang hari dan bersembahyang sunnah setiap malamnya?" Saya menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, isterimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenamya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau berpuasa sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi pahala dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi berpuasa tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan berpuasa setahun penuh." Saya - maksudnya Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash - mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya masih mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu - yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka." Saya bertanya: "Bagaimanakah berpuasanya Dawud a.s.?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Ia berpuasa setengah tahun."

Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم" Dalam riwayat lain lagi disebutkan:

Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap malam?" Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud a.s., sebab sesungguhnya ia adalah setaat- taat manusia perihal ibadatnya. Selain itu khatamkanlah bacaan al-Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya berkata: "Ya Nabiullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali dalam setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah,saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan jangan ditambah lagi - beratnya amalan tadi - lebih dari itu." jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku. Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan diberi usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiullah صلی الله عليه وسلم

Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu."

Juga dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seseorang yang berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau صلی الله عليه وسلم sampai tiga kali.

Selain itu dalam riwayat lain disebutkan demikian: "Puasa yang amat tercinta di sisi Allah adalah puasanya Nabi Dawud, sedang shalat yang amat tercinta di sisi Allah juga shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur separuh malam, lalu bangun - untuk bersembahyang malam - sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Ia tidak akan lari jikalau menemui - berhadapan dengan musuhnya.

Ada pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Ayah membuat janji dengan menantunya - wanita itu - yakni isteri anaknya, untuk menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, isterinya itu berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita - maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi isterinya - sejak kita datang padanya."

Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi صلی الله عليه وسلم, lalu beliau bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah saya dengan lelaki itu."

Saya menemui Nabi صلی الله عليه وسلم sesudah diadukan oleh ayahku itu, beliau صلی الله عليه وسلم bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap hari." Beliau صلی الله عليه وسلم bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau mengkhatamkan al-Quran?" Saya menjawab: "Setiap malam saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana ceritera yang sebelumnya. Ia menghabiskan sebagian bacaan al-Quran itu atas isterinya sebanyak sepertujuh bagian, yang dibacanya itu dirampungkannya di waktu siang agar lebih ringan untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya. Jikalau ia hendak memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian berpuasa sebanyak hari di atas itu pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi صلی الله عليه وسلم

Semua riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari dan shahih Muslim dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu kedua kitab shahih itu - yakni Bukhari dan Muslim saja.

Nomor: 151

Dari Abu Rib'i yaitu Hanzhalah bin Arrabi' al-Usayyidi al-Katib, salah seorang diantara jurutulisnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم.katanya: "Abu Bakar bertemu denganku, lalu ia berkata: Bagaimanakah keadaanmu hai Hanzhalah." Saya menjawab: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik." Abu Bakar berkata lagi: "Subhanallah - sebagai tanda keheranan, apakah yang kau ucapkan itu?" Saya menjawab: "Semula kita berada di sisi Rasulullah صلی الله عليه وسلم Beliau mengingat-ingatkan kepada kita perihal syurga dan neraka, seolah-olah keduanya itu benar-benar dapat dilihat-tampak di mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kita masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak dan mengurus berbagai harta - untuk kehidupan kita di dunia ini, sehingga dengan demikian, banyak yang kita lupakan - tentang hal syurga dan neraka tadi." Abu Bakar lalu berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kami sendiripun pernah mengalami seperti yang kau alami itu." Selanjutnya saya dan Abu Bakar berangkat bersama sampai masuk ke tempat Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu saya berkata: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik, ya Rasulullah." Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu bertanya: "Mengapa demikian?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah kita semula ada di sisi Tuan dan Tuan mengingat-ingatkan kepada kita perihal neraka dan syurga seolah-olah keduanya itu dapat dilihat oleh mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Tuan, kitapun masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak serta mengurus pula berbagai harta, sehingga karena itu, banyak yang kita lupakan tentang keduanya tadi." Setelah itu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada didalam genggaman kekuasaanNya, jikalau engkau semua tetap sebagaimana hal keadaanmu di sisiku dan juga senantiasa berzikir - ingat kepada Allah, niscayalah malaikat-malaikat itu menjabat tanganmu semua, baik ketika engkau ada di hamparanmu - sedang tidur, juga ketika ada di jalananmu - sedang berjalan-jalan. Tetapi, hai Hanzhalah, sesaat dan sesaat - maksudnya sesaat untuk melakukan peribadatan kepada Allah dan sesaat lagi untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya, mencari sandang pangan dan lain-lain." Ini disabdakan beliau صلی الله عليه وسلم tiga kali. (Riwayat Muslim)

Nomor: 152

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Nabi صلی الله عليه وسلم berkhutbah, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri lalu beliau bertanya kepadanya - tentang nama dan perlunya berdiri. "Orang-orang - para sahabat - sama berkata: "Dia adalah Abu Israil bernazar hendak berdiri di terik matahari, tidak akan duduk-duduk, tidak akan bernaung, tidak akan berbicara dan tetap akan berpuasa." Nabi صلی الله عليه وسلم lalu bersabda: "Perintahkan padanya, supaya ia suka berbicara, bernaung, duduk-duduk dan juga supaya ia meneruskan puasanya." (Riwayat Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar