Dari
Abu Ibrahim, dikatakan pula bahwa namanya ialah Abu Muhammad dan ada
yang mengatakan Abu Mu'awiyah yaitu Abdullah bin Aufa radhiallahu
'anhuma bahwasanya Rasulullah memberikan berita gembira kepada Khadijah -
isterinya - dengan memperoleh sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat
dari mutiara berlobang. Di situ tidak ada teriakan apapun dan tidak
pula ada kelelahan. (Muttafaq 'alaih)
Al-Qashab di sini artinya ialah mutiara berlobang; as-Shakhab artinya teriakan dan jeritan; an-Nashab yaitu kelelahan.
Nomor: 706
Dari Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه bahwasanya ia berwudhu' di rumahnya kemudian keluar lalu berkata: "Niscayalah saya akan menetap bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan selalu berada di sisinya pada hari ini." la mendatangi masjid, lalu menanyakan perihal Nabi صلی الله عليه وسلم Orang-orang sama berkata: "Beliau menuju ke sana."
Abu
Musa berkata: "Saya lalu keluar mengikuti jejaknya sambil menanyakan
perihal beliau, sehingga masuklah beliau ke perigi -atau sumur - Aris.
Saya duduk di sisi pintu sehingga Rasulullah صلی الله عليه وسلم
menyelesaikan hajatnya dan berwudhu'. Selanjutnya saya berdiri menuju
ke tempatnya, beliau di saat itu sudah duduk di atas perigi Aris dan
berada di tengah-tengah dinding perigi tersebut. Beliau membuka kedua
betisnya dan melemberehkan keduanya itu di perigi. Saya lalu memberikan
salam padanya, kemudian saya kembali terus duduk di sisi pintu. Saya
berkata: "Benar-benar saya akan menjadi juru penjaga pintu Rasulullah صلی الله عليه وسلم pada hari ini."
Kemudian datanglah Abu Bakar رضي الله عنه
lalu menolakkan pintu. Saya bertanya: "Siapakah ini?" la menjawab: "Abu
Bakar." Saya berkata: "Tunggu sebentar." Sayapun pergilah lalu berkata:
"Ya Rasulullah. Ini Abu Bakar datang meminta izin." Beliau صلی الله عليه وسلم
menjawab: "Izinkan ia dan sampaikanlah berita gembira padanya bahwa ia
akan memperoleh syurga." Saya menghadap kembali sehingga saya berkata
kepada Abu Bakar: "Masuklah dan Rasulullah memberikan berita gembira
pada anda bahwa anda akan memperoleh syurga." Abu Bakar lalu masuk,
sehingga duduklah ia di sebelah kanan Nabi صلی الله عليه وسلم
yakni berjajar dengannya di dinding perigi dan melemberehkan kedua
kakinya di perigi itu. Saya telah meninggalkan saudaraku * yaitu Abu
Burdah - berwudhu' lalu menyusulku lagi. Saya berkata: "Jikalau Allah
itu menghendaki kebaikan pada seseorang - yang dimaksudkan ialah
saudaranya itu, maka Allah mendatangkannya - untuk dapat hadhir di
tempat Nabi صلی الله عليه وسلم
Tiba-tiba
ada orang lain lagi yang menggerak-gerakkan pintu. Saya bertanya:
"Siapakah ini?" la menjawab: "Umar bin al-Khaththab." Saya berkata:
"Tunggu sebentar," lalu saya mendatangi Rasulullah صلی الله عليه وسلم, memberikan salam padanya dan saya berkata: "Ini
Umar datang meminta izin." Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Izinkanlah ia dan sampaikanlah berita gembira bahwa ia
memperoleh syurga." Kemudian saya mendatangi Umar lalu berkata:
"Rasulullah صلی الله عليه وسلم mengizinkan. Masuklah dan Rasulullah صلی الله عليه وسلم menyampaikan berita gembira pada anda bahwa anda memperoleh syurga." Umar masuk lalu duduk bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم
di dinding perigi di sebelah kirinya dan melemberehkan pula kedua
kakinya di perigi tadi. Seterusnya saja kembali lagi lalu duduk dan
berkata: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang - yang
dimaksudkan ialah saudaranya itu, maka Allah mendatangkannya - untuk
dapat hadhir di tempat Nabi صلی الله عليه وسلم
Seterusnya
datang pula seorang lagi lalu menggerak-gerakkan pintu, saya berkata:
"Siapakah ini?" la menjawab: "Usman bin Affan." Saya berkata: "Tunggu
sebentar." Saya mendatangi Nabi صلی الله عليه وسلم lagi dan memberitahukan padanya kedatangan Usman. Beliau صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Izinkanlah ia dan sampaikanlah berita gembira padanya
bahwa ia akan memperoleh syurga dengan mendapatkan beberapa bencana yang
akan mengenai dirinya." Saya datang lalu berkata: "Masuklah dan
Rasulullah صلی الله عليه وسلم
menyampaikan berita gembira pada anda bahwa anda akan memperoleh syurga
dengan adanya beberapa bencana yang akan mengenai anda." Usman masuklah
dan didapatinya bahwa dinding perigi telah penuh. Maka dari itu ia
duduk menghadap beliau-beliau - yang datang dulu itu - di tepi yang
sebelah lainnya."
Said
bin al-Musayyab berkata: "Kemudian saya mentakwilkan sedemikian itu
akan makam-makam beliau-beliau - yakni bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم
beserta kedua sahabatnya yakni Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma
menjadi satu dalam sebuah tempat yaitu di bilik Sayyidah Aisyah رضي الله عنها." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat lain ditambahkan;
"Rasulullah
menyuruh saya - Abu Musa al-Asy'ari - untuk menjaga pintu." Juga dalam
Hadis ini disebutkan bahwasanya Usman ketika diberitahu kabar bahwa ia
akan memperoleh syurga, ia lalu mengucapkan puji-pujian kepada Allah
Ta'ala kemudian berkata: "Allah yang dimohoni pertolongan," sebab ia
tahu akan memperoleh bencana di belakang hari nanti.
Nomor: 707
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Kitasemua duduk-duduk di sekitar Rasulullah صلی الله عليه وسلم, beserta kita ada pula Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma yakni dalam sekelompok sahabat. Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم
berdiri dari hadapan kita lalu lambat benar kembalinya pada kita itu.
Kita semua takut kalau-kalau mendapatkan suatu bencana tanpa
sepengetahuan kita. Kitapun mulai takut lalu kita semua berdiri - untuk
mencarinya. Sayalah pertama-tama orang yang merasa takut itu. Saya
keluar mencari Rasulullah صلی الله عليه وسلم
sehingga datanglah saya di suatu dinding pagar milik Bani Najjar. Saya
berkeliling di sekitar dinding tadi, barangkali saya bisa mendapatkan
pintunya, tetapi tidak saya temukan. Tiba-tiba di situ tampaklah suatu
rabi' yang masuk ke tengah dari perigi yang ada di luar (rabi' iaiah
selokan atau aliran air kecil). Sayapun lalu menggali tanah kemudian
masuk menemui Rasulullah صلی الله عليه وسلم Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Abu Hurairah?" Saya berkata: "Ya, benar hai Rasulullah."
Beliau bertanya: "Ada apakah engkau ini?" Saya berkata: "Tadi Tuan
berada di muka kita semua, lalu Tuan berdiri, kemudian Tuan amat lambat
datang kembali pada kita. Kita takut kalau-kalau Tuan mendapat sesuatu
bencana tanpa sepengetahuan kita. Sayalah pertama- tama orang yang
merasa ketakutan itu. Karena itu saya mendatangi dinding ini lalu saya
menggali tanah sebagaimana musang menggalinya. Orang-orang itu semua ada
di belakang saya." Beliau صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Hai Abu Hurairah," dan beliau memberikan dua buah
terumpahnya, lalu bersabda lagi: "Pergilah dengan dua buah terumpahku
ini. Maka barangsiapa yang engkau temui dari balik dinding ini yang
menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dengan hati yang
meyakinkan benar-benar akan hai itu, hendaklah engkau berikan berita
gembira padanya bahwa orang tersebut akan memperoleh syurga."
Selanjutnya Abu Hurairah menyebutkan Hadis ini selengkapnya yang panjang. (Riwayat Muslim)
Ar-Rabi'
ialah sungai kecil yaitu selokan - jadwal - dengan menggunakan
fathahnya jim, sebagaimana yang ditafsirkan dalam Hadis.
Ucapan Abu Hurairah رضي الله عنه:
Ihtafartu, diriwayatkan dengan ra' dan dengan zai. Kalau dengan zai
maknanya ialah saya menyusutkan diri dan saya mengecil sehingga dapatlah
saya masuk ke dalam.
Nomor: 708
Dari Abu Syumasah, katanya: "Kita mendatangi 'Amr bin al-'Ash رضي الله عنه
dan ia sedang dalam keadaan dihadhiri oleh kematian -yakni tidak lama
lagi akan meninggal dunia. la menangis panjang -yakni lama sekali.
Anaknya berkata: "Hai ayahku, bukankah Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah menyampaikan berita gembira kepada anda, demikian. Bukankah Rasulullah صلی الله عليه وسلم
telah menyampaikan beritagembirakepada anda, demikian." 'Amr lalu
menghadapkan muka kepada anaknya itu, kemudian berkata: "Sesungguhnya
seutama- utama apa yang kami sediakan - untuk pulang kembali ke alam
akhirat - ialah bersyahadat bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah. Sesungguhnya saya ini telah
mengalami tiga tingkat. Dahulu sekali saya telah melihat diriku sendiri
yaitu bahwa tiada seorangpun yang paling saya benci melebihi kebencian
saya kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan tiada sesuatu yang lebih saya inginkan daripada sekiranya saya dapat menguasai beliau صلی الله عليه وسلم lalu saya membunuhnya. Maka andaikata saya mati dalam keadaan sedemikian itu, niscayalah saya termasuk golongan ahli neraka.
Selanjutnya setelah Allah menetapkan Agama Islam dalam hatiku, maka saya mendatangi Nabi صلی الله عليه وسلم, lalu saya berkata: "Beberkanlah tangan kanan Tuan, supaya saya dapat berbat'at kepada Tuan." Beliau صلی الله عليه وسلم membeberkan tangan kanannya lalu saya menangkapkan tanganku - yakni menjabat tangan beliau صلی الله عليه وسلم
itu. Beliau bertanya: "Ada apakah anda ini, hai 'Amr?" Saya berkata:
"Saya menghendaki supaya diberi syarat." Beliau bertanya: "Dengan syarat
apakah yang anda inginkan?" Saya menjawab: "Yaitu supaya saya diberi
pengampunan - segala kesalahan yang lalu." Beliau bersabda: "Tidakkah
anda ketahui bahwa Islam itu merusakkan apa-apa yang ada sebelumnya -
yakni bahwa dosa-dosa yang dilakukan sebelum masuk Islam akan lenyap
setelah seseorang itu masuk dalam Agama Islam itu. Juga bahwasanya
hijrah itu merusakkan apa-apa yang sebelumnya dan bahwasanya haji juga
merusakkan apa-apa yang sebelumnya." Sejak saat itu tiada seorangpun
yang lebih saya cintai daripada Rasulullah صلی الله عليه وسلم
Tidak ada pula seseorang yang lebih agung dalam pandangan mataku
daripada beliau itu. Bahkan saya tidak dapat memenuhi kedua mataku dari
kebesaran beliau itu, karena sangat menjunjung tinggi padanya. Andaikata
saya diminta untuk menguraikan sifat beliau, tentu saya juga tidak
dapat melakukannya, karena saya tidak dapat memenuhi kedua mataku
daripada keperibadian dirinya itu. Jikalau sekiranya mati dalam keadaan
sedemikian ini, niscayalah saya dapat mengharapkan bahwa saya akan
termasuk dalam golongan ahli syurga. Tetapi sesudah itu kami diberi
kekuasaan untuk mengatur beberapa macam persoalan, yang saya sendiri
tidak mengetahui bagaimana keadaanku dalam macam-macam persoalan tadi -
yakni apakah saya di pihak benar atau salah.
Oleh
sebab itu, jikalau saya meninggal dunia, maka janganlah saya disertai
oleh tangisan yang keras-keras dan jangan disertai api - sebab mayit
akan memperoleh siksa api neraka, jikalau keluarganya menangis melebihi
batas yang dibolehkan dalam syariat Islam. Seterusnya jikalau engkau
semua menanam tubuhku, maka tuang-kanlah air sedikit demi sedikit di
atas tanah. Kemudian beradalah engkau semua di sekitar kuburku sekedar
lamanya menyembelih binatang lalu dibagi-bagikan dagingnya - maksudnya
jangan terlampau lama di kubur itu, sehingga dengan demikian saya dapat
merasa tenang dalam pertemuanku denganmu tadi dan saya dapat melihat apa
yang akan saya berikan sebagai jawaban kepada para utusan Tuhanku -
yakni para malaikat yang akan menanyainya dalam kubur." (Riwayat Muslim)
Ucapannya:
syunnu diriwayatkan dengan menggunakan sin mu'jamah - berbunyi syunnu -
dan ada yang dengan menggunakan sin muhmalah - berbunyi sunnu, artinya
ialah tuangkanlah air sedikit demi sedikit.
Wallahu Subhanahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar