Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:
"Tiada
kehasudan yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu:
seseorang yang dikarunia oleh Allah akan herta, kemudian ia
mempergunakan guna menafkahkannya itu untuk apa-apa yang hak - kebenaran
- dan seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan ilmu pengetahuan,
kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu - antara dua orang
atau dua golongan yang berselisih - serta mengajarkannya pula."
(Muttafaq 'alaih)
Artinya ialah bahwa seseorang itu tidak patut dihasudi atau diri kecuali dalam salah satu kedua perkara di atas itu.
Nomor: 542
Dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه pula katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Siapakah
di antara engkau semua yang harta orang yang mewarisinya itu dianggap
lebih disukai daripada hartanya sendiri?" Para sahabat menjawab: "Ya
Rasulullah, tiada seorangpun dari kita ini, melainkan hartanya adalah
lebih dicintai olehnya." Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Sesungguhnya hartanya sendiri ialah apa yang telah terdahulu
digunakannya, sedang harta orang yang mewarisinya adalah apa-apa yang
ditinggalkan olehnya - setelah matinya." (Riwayat Bukhari)
Penjelasan:
Maksudnya
yang telah terdahulu digunakannya, misalnya yang dipakai untuk makan
minumnya, pakaiannya, perumahannya atau yang diberikan untuk sedekah
atau Iain-Iain yang berupa pertolongan kesosialan. Selebihnya tentulah
akan ditinggalkan, jika telah meninggal dunia.
Oleh
sebab itu Hadis di atas secara tidak langsung memberikan sindiran
kepada kita kaum Muslimin agar gemar harta yang ada di tangan kita yang
sebenarnya hanya titipan dari Allah Ta'ala itu, supaya kita nafkahkan
untuk jalan kebaikan, semasih kita hidup di dunia ini. Dengan demikian
kemanfaatannya akan dapat kita rasakan setelah kita ada di akhirat
nanti.
Nomor: 543
Dari 'Adi bin Hatim رضي الله عنه bahwasanya Rasuiullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Takutlah engkau semua dari siksa api neraka,sekalipun dengan menyedekahkan potongan kurma." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 544
Dari Jabir رضي الله عنه, katanya: "Tiada pernah samasekali Rasuiullah صلی الله عليه وسلم itu dimintai sesuatu, kemudian beliau berkata: "Jangan." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 545
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasuiullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tiada
seharipun yang sekalian hamba berpagi-pagi pada hari itu, melainkan ada
dua malaikat yang turun. Seorang di antara keduanya itu berkata: "Ya
Allah, berikanlah kepada orang yang menafkahkan itu akan gantinya,"
sedang yang lainnya berkata: "Ya Allah, berikanlah kepada orang yang
menahan - tidak suka menafkahkan hartanya - itu kerusakan - yakni
hartanya menjadi habis." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 546
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Allah
Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Belanjakanlah - hartamu, pasti
engkau diberi nafkah - harta oleh Tuhan." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 547
Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم: "Manakah di dalam Islam itu amalan yang terbaik?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Engkau
memberikan makanan serta mengucapkan salam kepada orang yang engkau
ketahui dan orang yang tidak engkau ketahui." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 548
Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Ada
empat puluh macam amalan dan setinggi-tingginya adalah meminjamkan
kambing - untuk diambil susunya.Tiada seorang yang mengamalkan dengan
satu perkara daripada empat puluh macam perkara itu, melainkan Allah
Ta'ala akan memasukkannya dalam syurga." (Riwayat Bukhari)
Keterangan Hadis ini sudah terdahulu dalam bab Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan - lihat Hadis no. 138.
Nomor: 549
Dari Abu Umamah Shuday bin 'Ajlan رضي الله عنه katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Hai
anak Adam, sesungguhnya jikalau engkau memberikan apa-apa yang
kelebihan padamu, sebenarnya hal itu adalah lebih baik untukmu dan
jikalau engkau tahan - tidak engkau berikan siapapun, maka hal itu
adalah menjadikan keburukan untukmu. Engkau tidak akan tercela karena
adanya kecukupan - maksudnya menurut syariat engkau tidak dianggap
salah, jikalau kehidupanmu itu dalam keadaan yang cukup dan tidak
berlebih- lebihan. Lagi pula mulailah - dalam membelanjakan nafkah -
kepada orang yang wajib engkau nafkahi. Tangan yang bagian atas adalah
lebih baik daripada tangan yang bagian bawah - yakni yang memberi itu
lebih baik daripada yang meminta." (Riwayat Muslim)
Nomor: 550
Dari Anas رضي الله عنه, katanya: "Tiada pernah Rasulullah صلی الله عليه وسلم
itu diminta untuk kepentingan Islam, melainkan tentu memberikan pada
yang memintanya itu. Niscayalah pernah ada seseorang lelaki datang
kepada beliau صلی الله عليه وسلم,
kemudian beliau memberinya sekelompok kambing yang ada di antara dua
gunung - yakni karena banyaknya hingga seolah-olah memenuhi dataran yang
ada di antara dua gunung. Orang itu lalu kembali kepada kaumnya
kemudian berkata: "Hai kaumku, masuklah engkau semua dalam Agama Islam,
sebab sesungguhnya Muhammad memberikan sesuatu pemberian sebagai seorang
yang tidak takut akan kemiskinan." Sekalipun orang lelaki itu masuk
Islam dan tiada yang dikehendaki olehnya melainkan harta dunia, tetapi
tidak lama kemudian Agama Islam itu baginya adalah lebih ia cintai
daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya ini - yakni
Islamnya amat baik dan sebenar-benarnya." (Riwayat Muslim)
Nomor: 551
Dari Umar رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
membagikan suatu pembagian, lalu saya berkata: "Ya Rasulullah,
sebenarnya selain yang Tuan beri itulah yang lebih berhak daripada
mereka yang Tuan beri itu." Beliau lalu bersabda: "Sebenarnya mereka itu
-yakni yang diberi - memberikan pilihan kepadaku, apakah mereka itu
meminta padaku dengan jalan yang tidak baik - seolah memaksa-maksa,
kemudian saya memberikan sesuatu pada mereka ataukah mereka menyuruh
saya untuk berlaku kikir, sedangkan saya ini bukanlah seorang yang
kikir." (Riwayat Muslim)
Nomor: 552
Dari Jubair bin Muth'im رضي الله عنه bahwasanyaia berkata,ia pada suatu ketika berjalan bersama Nabi صلی الله عليه وسلم
ketika pulang dari peperangan Hunain, kemudian mulailah ada beberapa
orang A'rab - penduduk pedalaman - meminta-minta kepada beliau, sehingga
beliau itudipaksanyasampai kesebuah pohon samurah, lalu pohon tersebut
menyambar selendangnya - yakni selendang beliau itu terikat oleh
duri-durinya. Selanjutnya Nabi صلی الله عليه وسلم
berdiri - sambil memegang kendali untanya - lalu bersabda: "Berikanlah
padaku selendangku. Andaikata saya mempunyai ternak sebanyak hitungan
duri-duri pohon ini, niscayalah semuanya itu akan saya bagikan kepadamu,
selanjutnya engkau semua tidak akan menganggap saya sebagai seorang
kikir, pendusta atau pengecut." (Riwayat Bukhari)
Nomor: 553
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tidaklah
sesuatu pemberian sedekah itu mengurangi banyaknya harta. Tidaklah
Allah itu menambahkan seseorang akan sifat pengampunannya, melainkan ia
akan bertambah pula kemuliaannya. Juga tidaklah seseorang itu
merendahkan diri karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan ia akan
diangkat pula derajatnya oleh Allah 'Azzawajalla. (Riwayat Muslim)
Nomor: 554
Dari Abu Kabsyah, yaitu Umar bin Sa'ad al-Anmari رضي الله عنه bahwasanya ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Ada
tiga perkara yang saya bersumpah atasnya dan saya memberitahukan
kepadamu semua akan suatu Hadis, maka peliharalah itu: Tidaklah harta
seseorang itu akan menjadi berkurang sebab disedekahkan, tidaklah
seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan dan ia bersabar dalam
menderitanya, melainkan Allah menambahkan kemuliaan padanya, juga
tidaklah seseorang hamba itu membuka pintu permintaan, melainkan Allah
membuka untuknya pintu kemiskinan," atau sabda beliau صلی الله عليه وسلم merupakan kalimat lain yang senada dengan uraian di atas.
"Saya
akan memberitahukan lagi kepadamu semua suatu Hadis maka peliharalah
itu: Hanyasanya dunia ini untuk empat macam golongan orang yaitu:
Seorang hamba yang dikarunia rezeki oleh Allah berupa harta dan ilmu
pengetahuan, kemudian ia bertaqwa kepada Tuhannya dan mempererat
hubungan kekeluargaan serta mengetahui pula haknya Allah dalamapa yang
dimilikinya itu, maka ini adalah tingkat yang seutama-utamanya, juga
seseorang hamba yang dikaruniai ilmu pengetahuan tetapi tidak dikaruniai
harta, kemudian orang itu benar keniatannya, lalu ia berkata:
"Andaikata saya mempunyai harta, niscaya saya akan melakukan sebagaimana
yang dilakukan si Fulan itu - dalam hal kebaikan, maka orang tadi
karena keniatannya tadi, pahalanya sama antara ia dengan orang yang akan
dicontohnya. Ada pula seseorang hamba yang dikarunia harta tetapi tidak
dikarunia ilmu pengetahuan, kemudian ia menubruk - mempergunakan -
hartanya dalam hal-hal yang tidak dimakluminya - secara awur-awuran -
serta ia tidak pula bertaqwa kepada Tuhannya dan tidak suka
mempereratkan tali kekeluargaannya, bahkan tidak pula mengetahui hal-hal
Allah dalam hartanya itu, maka orang semacam ini adalah dalam tingkat
yang seburuk-buruknya, juga seseorang hamba yang tidak dikarunia harta
dan tidak pula ilmu pengetahuan, lalu ia berkata: "Andaikata saya
mempunyai harta niscayalah saya akan melakukan sebagaimana yang
dilakukan oleh si Fulan - dalam hal keburukan, maka orang itu karena
keniatannya adalah sama dosanya antara ia sendiri dengan orang yang akan
dicontohnya itu."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Nomor: 555
Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya para sahabat sama menyembelih kambing - lalu mereka sedekahkan kecuali belikatnya, kemudian Nabi صلی الله عليه وسلم
bertanya: "Bagian apakah yang tertinggal dari kambing itu?" Aisyah
menjawab: "Tidak ada yang tertinggal daripadanya, melainkan belikatnya."
Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya semua anggotanya itu masih
tertinggal, kecuali belikatnya yang tidak."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.
Maknanya ialah supaya disedekahkanlah semuanya kecuali belikatnya, maka sabda beliau صلی الله عليه وسلم
itu jelasnya ialah bahwa di akhirat semua itu masih tetap ada pahalanya
- sebab disedekahkan - kecuali belikatnya yang tidak ada pahalanya -
karena dimakan sendiri.
Nomor: 556
Dari Asma' binti Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda kepadaku: "Jangan engkau menyimpan apa-apa yang ada di
tanganmu, sebab kalau demikian maka Allah akan menyimpan terhadap dirimu
- yakni engkau tidak diberi rezeki lagi."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Nafkahkanlah,
atau berikanlah atau sebarkanlah dan jangan engkau menghitung-
hitungnya, sebab kalau demikian maka Allah akan menghitung-hitungkan
karunia yang akan diberikan padamu. Jangan pula engkau mencegah -
menahan untuk memberikan sesuatu, sebab kalau demikian maka Allah akan
mencegah pemberianNya padamu." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 557
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Perumpamaan
orang kikir dan orang yang suka menafkahkan itu adalah seperti dua
orang lelaki yang di tubuhnya ada dua buah baju kurung dari besi -
masing-masing sebuah, antara dua susunya dengan tulang lehernya.
Adapun
orang yang suka menafkahkan, maka tidaklah ia menafkahkan sesuatu,
melainkan makin sempurnalah atau mencukupi seluruh kulitnya
sampai-sampai menutupi tulang-tulangjari-jarinya, bahkan menutupi pula
bekas-bekasnya - ketika berjalan.
Adapun
orang kikir maka tidaklah ia menginginkan hendak menafkahkan sesuatu,
melainkan makin melekatlah setiap kolongan itu pada tempatnya. Ia hendak
meluaskan kolongan tadi, tetapi tidak dapat melebar." (Muttafaq 'alaih)
Aljubbah atau Addir'u artinya baju kurung.
Artinya
ialah bahwa seseorang yang suka membelanjakan itu setiap ia menafkahkan
sesuatu, maka makin sempurna dan memanjanglah sehingga tertariklah
pakaian yang dikenakannya itu sampai ke belakangnya, sehingga dapat
menutupi kedua kaki serta bekas jalan dan langkah-langkahnya.
Nomor: 558
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa
bersedekah dengan sesuatu senilai sebiji buah kurma yang diperolehnya
dari hasil kerja yang baik - bukan haram -dan memang Allah itu tidak
akan menerima kecuali yang baik. Maka sesungguhnya Allah akan menerima
sedekah orang itu dengan tangan kanannya - sebagai kiasan kekuasaanNya,
kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang
melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan
anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung - yakni memenuhi lembah
gunung karena banyaknya." (Muttafaq 'alaih)
Alfaluwwu
dengan fathahnya fa' dan dhammahnya lam serta syaddahnya wawu, ada juga
yang mengucapkan dengan kasrahnya fa', sukunnya lam serta
diringankannya wawu yakni wawunya tidak disyaddahkan - dan berbunyi
Alfilwu, artinya anak kuda.
Penjelasan:
Hadis
di atas menurut uraian Imam al-Maziri diartikan sebagai perumpamaan
yakni yang lazim berlaku di kalangan bangsa Arab. Misalnya dalam
percakapan mereka sehari-hari untuk memudahkan pengertian. Jadi seperti
sedekah yang benar-benar diterima oleh Allah, lalu dikatakan "diterima
dengan tangan kanannya," juga seperti perlipat gandaan pahala, dikatakan
dengan "perawatan atau pemeliharaan yang sebaik-baiknya."
Imam
Termidzi berkata: "Para alim-ulama ahlus sunnah wal jama'ah berkata:
"Kita semua mengimankan apapun yang terkandung dalam Hadis itu dan tidak
perlu kita fahamkan sebagai perumpamaan, namun demikian kitapun tidak
akan menanyakan dan tidak pula memperdalamkan: "Jadi bagaimana wujud
sebenarnya?" Misalnya mengenai tangan kanan Tuhan, perawatan dan
pemeliharaan yang dilakukan olehNya dan Iain-Iain sebagainya."
Nomor: 559
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم,
sabdanya: "Pada suatu kettka ada seorang lelaki berjalan di suatu tanah
lapang - yang tidak berair, lalu ia mendengar suatu suara dalam awan:
"Siramlah kebun si Fulan itu!" Kemudian menyingkirlah awan itu menuju ke
tempat yang ditunjukkan, lalu menghabiskan airnya di atas tanah lapang
berbatu hitam itu. Tiba-tiba sesuatu aliran air dari sekian banyak
aliran airnya itu mengambil air hujan itu seluruhnya, kemudian orang
tadi mengikuti aliran air tersebut. Sekonyong-konyong tampaklah olehnya
seorang lelaki yang berdiri di kebunnya mengalirkan air itu dengan alat
keruknya. Orang itu bertanya kepada pemilik kebun: "Hai hamba Allah,
siapakah nama anda?" Ia menjawab: "Namaku Fulan," dan nama ini cocok
dengan nama yang didengar olehnya di awan tadi. Pemilik kebun bertanya:
"Mengapa anda tanya nama saya?" Orang itu menjawab: "Sesung-guhnya saya
tadi mendengar suatu suara di awan yang inilah airyang turun
daripadanya. Suara itu berkata: "Siramlah kebun si Fulan itu! Nama itu
sesuai benar dengan nama anda. Sebenarnya apakah yang anda lakukan?"
Pemilik kebun menjawab: "Adapun anda menanyakan semacam ini, karena
sesungguhnya saya selalu melihat - memperhatikan benar-benar - jumlah
hasil yang keluar dari kebun ini. Kemudian saya bersedekah dengan
sepertiganya, saya makan bersama keluarga saya yang sepertiganya dan
saya kembalikan pada kebun ini yang sepertiganya pula - untuk
bibit-bibitnya." (Riwayat Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar