Dari Abu Mas'ud yaitu'Uqbah bin 'Amr al-Badri al-Anshari رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Yang
berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik
bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran. Jikalau semua jamaah di situ
sama baiknya dalam membaca kitabullah, maka yang terpandai dalam
as-Sunnah - Hadis. Jikalau semua sama pandainya dalam as-Sunnah,maka
yang terdahulu hijrahnya.Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka
yang tertua usianya.
Janganlah
seseorang itu menjadi imamnya seseorang yang lain dalam daerah
kekuasaan orang lain itu dan jangan pula seseorang itu duduk dalam rumah
orang lain itu di atas bantainya- orang lain tadi, kecuali dengan
izinnya - yang memiliki." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan oleh Imam Muslim: "Maka yang terdahulu masuknya Islam" sebagai ganti "yang tertua usianya."
Dalam riwayat lain lagi disebutkan:
"Yang
berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik
bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran, dan orang yang terdahulu
pandai membacanya. Jikalau dalam pembacaan itu sama - dahulu dan
pandainya, maka hendaklah yang menjadi imam itu seorang yang terdahulu
hijrahnya. Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka hendaknya
menjadi imam seorang yang tertua usianya."
Yang
dimaksudkan bisulthanihi yaitu tempat kekuasaannya atau tempat yang
ditentukan untuknya. Takrimatihi dengan fathahnya ta' dan kasrahnya ra'
ialah sesuatu yang dikhususkan untuk diri sendiri, baik berupa bantal,
hamparan, kasur ataupun lain-lainnya.
Nomor: 347
Dari Abu Mas'ud رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم mengusap bahu-bahu kita dalam shalat dan bersabda:
"Ratakanlah
- saf-saf dalam shalat - dan jangan bersilih-silih lebih maju atau
lebih ke belakang, sebab jikalau tidak rata, maka hatimu semua pun
menjadi berselisih. Hendaklah menyampingi saya - dalam shalat itu -
orang-orang yang sudah baligh dan orang-orang yang berakal di antara
engkau semua. Kemudian di sebelahnya lagi ialah orang-orang yang
bertaraf di bawah mereka ini lalu orang yang bertaraf di bawah mereka
ini pula." (Riwayat Muslim)
Sabda beliau صلی الله عليه وسلم:
Liyalini diucapkan dengan takhfifnya nun -tidak disyaddahkan- serta
tidak menggunakan ya'sebelum nun ini, tetapi ada yang meriwayatkan
dengan syaddahnya nun dan ada ya' sesudah nun itu - lalu dibaca
liyalianni -. Annuha yakni akal. Ululahlami ialah orang-orang yang sudah
baligh, ada pula yang mengertikan: ahli hilm - kesabaran - dan fadhal -
keutamaan.
Nomor: 348
Dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Hendaklah
menyampingi saya - dalam shalat - itu orang-orang yang sudah baligh dan
berakal, kemudian orang-orang yang bertaraf di bawah itu." Ini
disabdakannya sampai tiga kali. Beliau صلی الله عليه وسلم lalu melanjutkan: "Jauhilah olehmu semua akan berkeras-keras suara seperti pasar. (Riwayat Muslim)
Nomor: 349
Dari
Abu Yahya, ada yang mengatakan, namanya: Abu Muhammad, iaitu Sahal bin
Abu Hatsmah - dengan fathahnya ha' muhmalah dan sukunnya tsa'
mutsallatsah - al- Anshari رضي الله عنه,
katanya: "Abdullah bin Sahal dan Muhayyishah bin Mas'ud berangkat ke
Khaibar dan pada saat itu antara penduduk Khaibar - dengan Nabi صلی الله عليه وسلم
- ada persetujuan perdamaian. Kemudian kedua orang itu berpisah.Setelah
itu Muhayyishah mendatangi tempat Abdullah bin Sahal, tetapi yang
didatangi ini sudah dalam keadaan berlumuran darah dan telah terbunuh.
Muhayyishah lalu menanamnya, terus berangkat kembali ke Madinah. Setelah
itu Abdur Rahman bin Sahal, Muhayyishah dan Huwayyishah, yakni
putera-putera Mas'ud, berangkat ke tempat Nabi صلی الله عليه وسلم, lalu Abdur Rahman mulai berbicara, kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Yang tua saja yang berbicara, yang tua saja yang berbicara,"
sebab Abdur Rahman adalah yang termuda antara orang-orang yang
menghadap itu. Abdur Rahman lalu berdiam diri dan kedua orang itulah
yang berbicara. Sesudah itu Nabi صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Adakah engkau semua bersumpah dan dapat menghaki orang
yang membunuhnya itu?" Seterusnya Abu Yahya yang merawikan Hadis ini -
menyebutkan kelengkapan Hadis di atas. (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 350
Dari Jabir رضي الله عنه bahawasanya Nabi صلی الله عليه وسلم
mengumpulkan antara dua orang lelaki dari golongan orang-orang yang
terbunuh dalam peperangan Badar - yakni dikumpulkan dalam sebuah kubur,
kemudian beliau bertanya - kepada sahabat-sahabatnya: "Manakah di antara
kedua orang ini yang lebih banyak hafalnya pada al Quran?" Ketika
beliau صلی الله عليه وسلم
diberi isyarat antara salah satunya, maka yang dikatakan lebih banyak
hafalannya al-Quran itulah yang lebih didahulukan untuk dimasukkan dalam
liang lahad." (Riwayat Bukhari)
Nomor: 351
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Saya
pernah melihat diri saya sendiri dalam impian di waktu saya sedang
bersugi dengan menggunakan sebatang kayu siwak. Kemudian datanglah
padaku dua orang lelaki, yang satu lebih tua daripada yang lainnya. Lalu
siwak itu hendak saya berikan kepada orang yang lebih muda, tiba-tiba
ada seorang yang berkata padaku: "Berikanlah kepada yang tua." Oleh
sebab itu, maka saya berikanlah kepada yang tertua di antara kedua orang
tadi."
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai musnad dan oleh Imam Bukhari sebagai ta'liq.
Nomor: 352
Dari Abu Musa رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Setengah daripada cara mengagungkan Allah Ta'ala ialah
dengan jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban serta orang yang
hafal al-Quran yang tidak melampaui batas ketentuan -dalam membacanya -
dan tidak pula meninggalkan membacanya. Demikian pula memuliakan seorang
sultan - penguasa pemerintahan yang adil."
Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.
Nomor: 353
Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tidak
termasuk golongan kita - ummat Islam - orang yang tidak belas kasihan
kepada golongan kecil di antara kita - baik usia atau kedudukannya -
serta tidak termasuk golongan kita pula orang yang tidak mengerti
kemuliaan yang tua di antara kita."
Hadis
shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi. Imam
Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih. Dalam riwayat
Abu Dawud disebutkan: "hak orang yang tua dari kita."
Nomor: 354
Dari Maimun bin Abu Syabib bahawasanya Aisyah رضي الله عنها
dilalui oleh seorang peminta-minta lalu olehnya diberi sepotong roti,
juga dilalui oleh seorang lelaki yang mengenakan pakaian baik serta
berkeadaan baik, lalu orang itu didudukkan kemudian ia makan. Kepada
Aisyah ditanyakan, mengapa berbuat demikian - yakni tidak dipersamakan
cara memberinya. Lalu ia berkata: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Letakkanlah masing-masing manusia itu di tempatnya
sendiri-sendiri." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, tetapi kata Imam Abu
Dawud: "Maimun itu tidak pernah menemui Aisyah."
Hadis
ini disebutkan oleh Imam Muslim dalam permulaan kitab shahihnya sebagai
ta'liq, lalu katanya: "Dan disebutkan dari Aisyah, katanya: "Rasulullah
صلی الله عليه وسلم
memerintahkan kepada kita supaya kita menempatkan para manusia itu di
tempatnya sendiri-sendiri - yakni yang sesuai dengan kedudukannya."
Imam
Hakim Abu Abdillah menyebutkan ini dalam kitabnya Ma'rifatu 'ulumil
Hadis dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.
Nomor: 355
Dari
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang - di
Madinah - lalu bertemu di rumah anak saudaranya-sepupunya - yaitu
Hurbin Qais. Hur ini adalah di antara golongan orang-orang yang dekat
hubungannya dengan Umar رضي الله عنه
dan memang para ahli membaca al-Quran itu menjadi sahabat dalam
majlisnya Umar dan yang diajaknya bermusyawarat, baik pun mereka itu
golongan orang-orang yang sudah tua ataupun yang masih pemuda.
'Uyainah
berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku, engkau ini mempunyai
wajah - yakni dikenal amat baik - di sisi Amirul mu'minin ini -
maksudnya Umar, maka dari itu mintakanlah izin untukku supaya aku dapat
bertemu dengannya. Hur memintakan izin lalu Umar mengizinkannya. Setelah
'Uyainah masuk lalu ia berkata: "Ingat hai anaknya Alkhaththab, demi
Allah, engkau ini tidak dapat memberikan banyak keenakan pada kita dan
engkau tidak memerintah kepada kita dengan cara yang adil."
Umar رضي الله عنه
marah padanya sehingga hampir saja bermaksud akan memberikan hukuman
pada 'Uyainah itu. Tetapi Hur kemudian berkata pada Umar: "Hai Amirul
mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman kepada Nabinya صلی الله عليه وسلم
- yang ertinya: "Berilah pengampunan, perintahkan dengan kebajikan dan
janganlah menghiraukan kepada orang- orang yang bodoh." (al-A'raf: 199)
dan sesungguhnya orang ini - yakni 'Uyainah - adalah termasuk golongan
orang-orang yang bodoh."
Demi
Allah, maka Umar tidak suka melanggar ayat tersebut ketika dibacakan
padanya dan Umar adalah orang yang paling dapat menahan dirinya - yakni
paling mentaati - kepada isi kitabullah Ta'ala itu." (Riwayat Bukhari)
Nomor: 356
Dari Abu Said yaitu Samurah bin jundub رضي الله عنه, katanya: "Niscayalah saya dahulu itu sebagai seorang anak-anak di zaman Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
maka saya menghafal - berbagai ajaran - dari beliau. Juga beliau tidak
pernah melarang saya berbicara, melainkan jikalau di situ ada orang yang
lebih tua usianya daripadaku sendiri." (Muttafaq 'alaih)
Nomor: 357
Dari Anas رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Tidaklah seseorang pemuda itu memuliakan seseorang tua
kerana usianya, melainkan Allah akan mengira-ngirakan untuknya orang
yang akan memuliakannya nanti, jikalau ia telah berusia tua -maksudnya
setelah tuanya pasti akan dimuliakan anak-anak yang lebih muda
daripadanya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa Hadis ini adalah Hadis gharib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar