Pertama: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah رضي الله عنه, katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, amalan manakah yang lebih utama - banyak fadhilahnya?" Beliau صلی الله عليه وسلم
menjawab: "Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad untuk membela
agamaNya." Saya bertanya lagi: "Hambasahaya manakah yang lebih utama?"
Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab: "Yaitu yang dipandang terindah bagi pemiliknya serta yang termahal harganya."
Saya
bertanya pula: "Jikalau saya tidak dapat mengerjakan itu -yakni
berjihad fi- sabilillah ataupun memerdekakan hambasahaya yang mahal
harganya, maka apakah yang dapat saya lakukan?" Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Berilah pertolongan kepada seseorang pekerja - shani' - atau
engkau mengerjakan sesuatu kepada seseorang yang kurang pandai bekerja -
akhraq." Saya berkata pula: "Ya Rasulullah, bukankah Tuan telah
mengetahui, jikalau saya ini lemah sekali dalam sebagian pekerjaan?"
Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tahanlah
keburukanmu, jangan sampai mengenai orang banyak, amalan sedemikian
itupun merupakan sedekah daripadamu untuk dirimu sendiri - yakni tidak
mengganggu orang lain." (Muttafaq 'alaih)
Lafaz
Shani' - yang artinya pekerja - dengan menggunakan shad muhmalah,
itulah yang masyhur. Tetapi ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa
kalimat itu berbunyi dha-i', yakni dengan mu'jamah - dhad, maka artinya
ini ralah orang yang mempunyai banyak apa- apa yang hilang, misalnya
karena kefakirannya ataupun karena kekurangan keluarga- keluarganya dan
lain-lain lagi. Adapun akhraq itu artinya ialah orang yang tidak dapat
memperbaguskan apa-apa yang sedang diusahakan untuk mengerjakannya.
Nomor: 118
Kedua: Dari Abu Zar رضي الله عنه juga bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Setiap
ruas tulang dari seseorang di antara engkau semua itu setiap paginya
hendaklah memberikan sedekahnya, maka tiap setasbihan - bacaan
Subhanallah - adalah sedekah, tiap setahmidan -bacaan Alhamdulillah -
adalah sedekah, tiap setahlilan bacaan La ilaha illallah - adalah
sedekah, tiap setakbiran - bacaan AllahuAkbar - adalah sedekah,
memerintah pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah
sedekah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi - diimbangi pahalanya -
oleh dua rakaat yang seseorang itu bersembahyang dengannya di waktu
dhuha - antara sedikit setelah terbitnya matahari sampai matahari di
tengah-tengah atau istiwa'." (Riwayat Muslim)
Nomor: 119
Ketiga: Dari Abu Zar juga, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Ditunjukkanlah padaku amalan-amalan ummatku, yang baik dan
yang buruk. Maka saya mengetahuinya dalam golongan amalan-amalan yang
baik adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan, sedang dari
golongan amalan-amalan yang buruk ialah dahak yang dilakukan di dalam
masjid dan tidak ditanam."(Riwayat Muslim)
Nomor: 120
Keempat:
Dari Abu Zar pula, bahwasanya orang-orang sama berkata: "Ya Rasulullah,
orang-orang yang kaya raya sama pergi dengan membawa pahala yang banyak
- karena banyak pula amalannya. Mereka itu bersembahyang sebagaimana
kita juga bersembahyang, mereka berpuasa sebagaimana kita juga berpuasa,
tambahan lagi mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta-harta
mereka. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Bukankah
Allah telah menjadikan untukmu semua sesuatu yang dapat engkau semua
gunakansebagai sedekah. Sesungguhnya datam setiap tasbih adalah
merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid
merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, memerintahkan
kebaikan juga sedekah, melarang kemungkaran itupun sedekah pula dan
bahkan dalam bersetubuhnya seseorang dari engkau semua itupun sedekah."
Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah apakah seseorang dari kita yang mendatangi syahwatnya itu juga memperoleh pahala?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Adakah
engkau semua mengerti, bagaimana jikalau syahwat itu diletakkannya
dalam sesuatu yang haram, adakah orang itu memperoleh dosa? Maka
demikian itu pulalah jikalau ia meletakkan syahwatnya itu dalam hal yang
dihalalkan, iapun memperoleh pahala." (Riwayat Muslim)
Ad-dutsuur, dengan tsa' yang bertitik tiga buah, artinya harta benda yang melimpah ruah, mufradnya berbunyi Ditsrun.
Penjelasan:
Yang menghadap Nabi صلی الله عليه وسلم ini adalah dari golongan kaum Muhajirin (orang- orangyangsama berpindah mengikuti Nabi صلی الله عليه وسلم
dari Makkah ke Madinah) yang fakir-fakir. Jadi pokoknya mereka mengadu
karena merasa kurang pahalanya kalau dibanding dengan orang-orang yang
kaya-kaya itu, sebab merasa tidak dapat bersedekah karena miskinnya.
Setashbih,
yakni sekali membaca tasbih (Subhanallah). Takbir yaitu membaca Allahu
Akbar. Tahmid yakni bacaan Alhamdulillah dan Tahlil yaitu La ilaha
illallah.
Dalam kemaluan isteripun ada sedekahnya yakni bersetubuh itupun ada pahalanya seperti pahala sedekah.
Menyampaikan syahwat dalam keharaman yakni melacur atau berzina.
Nomor: 121
Kelima: Dari Abu Zar lagi, katanya: "Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda kepadaku:
"Janganlah
engkau menghinakan sesuatu kebaikan sedikitpun, sekalipun hanya dengan
jalan engkau menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (Riwayat
Muslim)
Nomor: 122
Keenam: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Setiap
ruas tulang dari para manusia itu harus memberikan sedekah setiap
harinya yang di situ terbitlah matahari. Berlaku adil antara dua orang
itupun sedekah, ucapan yang baik itupun sedekah, dengan setiap langkah
yang dijalaninya untuk pergi shalat juga sedekah, melemparkan apa-apa
yang berbahaya dari jalan itu juga sedekah." (Muttafaq 'alaih)
Imam Muslim meriwayatkan juga dari riwayat Aisyah رضي الله عنها, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Bahwasanya
setiap manusia dari Bani Adam itu dijadikan atas tigaratus enampuluh
ruas tulang. Maka barangsiapa yang bertakbir kepada Allah, bertahmid
kepada Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, mohon
pengampunan kepada Allah, suka melemparkan batu dari jalan para manusia,
ataupun duri ataupun tulang dari jalan orang banyak, atau memerintahkan
kebaikan atau melarang kemungkaran, sebanyak tigaratus enampuluh kali
banyaknya, maka sesungguhnya orang itu bersore-sore pada hari itu dan ia
telah menjauhkan dirinya dari neraka."
Penjelasan:
Berlaku
adil yang dimaksudkan dalam Hadis ini seperti waktu memberi pulusan
pada dua orang yang sedang berselisih adalah sebesar-besar pahala dalam
arti sedekah ini. Ingatlah firman Allah:
"Tidak
ada kebaikan sama sekali di dalam bisik-bisik mereka itu. Kecuali orang
yang menyuruh bersedekah dan kebaikan atau yang mendamaikan antara para
manusia. Dan barangsiapa yang suka melakukan sedemikian itu untuk
mencari keridhaan Allah, maka padanya oleh Allah diberi pahala yang
besar sekali."
Perkataan yang baik itu seperti memberi nasihat, menunjukkan orang yang tersesat jalan dan lain-lain.
Menghindarkan
bahaya dari jalan misalnya bahaya itu ialah batu, pecahan kaca, paku
dan lain-lain agar tidak mengenai kaki orang yang melaluinya.
Nomor: 123
Ketujuh: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم,sabdanya:
"Barangsiapa
yang pergi ke masjid pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan
untuknyasebuah jaminan - nuzul - dalam syurga setiap ia pergi, pagi atau
sore hari itu." (Muttafaq 'alaih)
Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan atau rezeki dan apa saja yang dapat disediakan untuk tamu.
Nomor: 124
Kedelapan: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Hai
kaum muslimat - wanita Islam, janganlah seseorang tetangga itu
menghinakan tetangganya,sekalipun yang diberikan oleh tetangganya itu
hanya berupa kaki kambing." (Muttafaq 'alaih)
Imam
al-Jauhari berkata: Al-Firsin, artinya kaki binatang umumnya
dipergunakan untuk kaki unta, sebagaimana halnya lafaz At-Hafir
dipergunakan untuk menerangkan kaki ternak yang lain-lain. Tetapi
adakalanya Al-Firsin itu digunakan sebagai kata isti'arah (pinjaman)
untuk menerangkan kaki kambing.
Penjelasan:
Hadis ke-24 itu mengandung dua macam pengertian yaitu:
Pertama:
Orang yang diberi jangan sekali-kali menghinakan tetangganya yang
memberikan sesuatu kepadanya, sekalipun berupa kaki kambing. Uraian
inilah yang kami cantumkan di atas dan sesuai pula dengan penafsiran
yang dapat kita periksa dalam kitab Dalilul Falihin syarah Riyadhus
Shalihin, yang dikarang oleh Syekh 'Alan ash-Shiddiqi asy-Syafi'i
al-Makki yang wafat pada tahun 1057 Hijriyah-Rahimahullahu Ta'ala
rahmatan wasi'ah - yakni dalam jilid kedua halaman 128, diterbitkan oleh
"Darul Kitabil 'Arabi", Beirut Libanon.
Jadi
yang diberi hendaknya bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada
pemberinya, meskipun apa yang diberikan itu baginya tidak berarti.
Sebabnya
orang yang diberi itu dilarang menghinakan pemberian orang lain,
sekalipun sedikit nilainya, karena pada umumnya orang yang enggan
berterima kasih pada pemberian sedikit, ia enggan pula berterima kasih
pada pemberian yang banyak.
Dalam sebuah Hadis lain di sebutkan:
"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang enggan bersyukur kepada sesama manusia."
Kedua:
Dapat pula diberi penafsiran bahwa orang yang mem-beri itu jangan
sekali-kali menghinakan kecilnya pahala yang akan diperolehnya dengan
jalan memberikan sedekah atau hadiah yang disampaikan kepada
tetangganya, meskipun hanya berupa kaki kambing. Ini sebagai sindiran
karena yang diberikan itu amat sedikitnya, kurang berharga atau tidak
berarti.
Jadi
memberi itu sekalipun sedikit adalah lebih baik daripada tidak memberi
samasekali. Dalam persoalan pahalanya, Allah Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa
yang melakukan kebaikan - meskipun - itu seberat debu (biji sawi
atausemut kecil), maka ia akan mengetahuinya (yakni mendapatkan
pahalanya)."
Penjelasan
ini sesuai dengan catatan yang ditulis oleh Al-Ustadz Ridhwan Muhammad
Ridhwan dalam kitab Riyadhus Shalihin yang drterbitkan oleh "Darul
Kitabil 'Arabi", Beirut Libanon.
Kedua
pendapat di atas itu sama-sama dapat dipakainya, yakni baik bagi
pemberi atau yang diberi. Yang memberi jangan menghina kecilnya pahala,
sebab yang disedekahkan atau dihadiahkan hanya sedikit sekali, sedang
yang diberipun jangan menghina orang yang memberi, sebab sedekah atau
hadiah yang disampaikan kepadanya itu hanya sedikit dan kurang berharga,
yaitu kaki kambing atau lain-lain yang sifatnya tidak bernilai tinggi
atau tidak mahal harganya.
Nomor: 125
Kesembilan: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم,
sabdanya: "Iman itu ada tujuhpuluh lebih atau enampuluh lebih -
lebihnya ialah antara tiga sampai sembilan - cabangnya. Maka yang
terutama sekali ialah ucapan La ilaha illallah, sedang yang terendah
sekali ialah melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan. Perasaan
malu - berbuat keburukan - adalah salah satu cabang dari keimanan."
(Muttafaq 'alaih)
Nomor: 126
Kesepuluh: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه lagi bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Pada
suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di suatu jalan, ia sangat
merasa haus, lalu menemukan sebuah sumur, kemudian turun di dalamnya
terus minum. Setelah itu iapun keluarlah. Tiba-tiba ada seekor anjing
mengulur-ulurkan lidahnya sambil makan tanah karena hausnya, Orang itu
berkata - dalam hati; "Niscayalah anjing ini telah sampai pada kehausan
sebagaimana yang telah sampai padaku tadi." lapun turun lagi ke dalam
sumur lalu memenuhi sepatu khufnya dengan air, kemudian memegang sepatu
itu pada mulutnya, sehingga ia keluar dari sumur tadi, terus memberi
minum pada anjing tersebut. Allah berterima kasih pada orang tadi dan
memberikan pengampunan padanya."
Para
sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah sebenarnya kita juga
memperoleh pahala dengan sebab memberi - makan minum - pada golongan
binatang?" Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab:
"Dalam setiap hati yang basah - maksudnya setiap sesuatu yang hidup yang diberi makan minum - ada pahalanya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam
sebuah riwayat dari Imam Bukhari disebutkan demikian: "Allah lalu
berterima kasih pada orang tersebut, kemudian memberikan pengampunan
padanya, lalu memasukkannya ke dalam syurga."
Dalam
riwayat lain dari Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Pada suatu
ketika ada seekor anjing berputar-putar di sekitar sebuah sumur, hampir
saja ia terbunuh oleh kehausan,tiba-tibaada seseorang pezina - perempuan
- dari golongan kaum pelacur Bani Israil melihatnya. Wanita itu lalu
melepaskan sepatunya kemudian mengambilkan air untuk anjing tadi dan
meminumkan air itu padanya, maka dengan perbuatannya itu diampunilah
wanita tersebut.
Penjelasan:
Hadis
di atas mengandung suatu anjuran supaya kita semua berbuat baik
terhadap segala macam binatang yang muhtaram atau yang dimuliakan. Yang
dimaksudkan binatang muhtaram ialah binatang yang menurut agama Islam
tidak boleh dibunuh.
Nomor: 127
Kesebelas: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه lagi dari Nabi صلی الله عليه وسلم sabdanya:
"Niscayalah
saya telah melihat seseorang yang bersuka-ria dalam syurga dengan sebab
memotong sebuah pohon dari tengah jalanan yang pohon itu membuat
kesusahan bagi kaum Muslimin." (Riwayat Muslim)
Dalam
riwayat Muslim yang lain disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada
seorang lelaki berjalan melalui sebuah cabang pohon yang melintang di
tengah jalanan, kemudian ia berkata:
"Demi
Allah, niscayalah pohon ini hendak kulenyapkan dari jalanan kaum
Muslimin supaya ia tidak membuat kesukaran pada mereka itu." Orang
tersebut lalu dimasukkan dalam syurga.
Dalam
riwayat Bukhari dan Muslim pula disebutkan demikian: "Pada suatu ketika
ada seorang lelaki yang berjalan di jalanan. Ia menemukan cabang dari
sebuah pohon berduri pada jalanan itu, kemudian cabang berduri itu
disingkirkan olehnya. Allah lalu berterima kasih kepada orang tadi dan
memberikan pengampunan kepadanya."
Nomor: 128
Keduabelas: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa
yang berwudhu' lalumemperbaguskan wudhu'nya kemudian mendatangi shalat
Jum'at, lalu mendengarkan - khutbah serta berdiam diri - tidak bercakap-
cakap sedikitpun, maka diampunilah untuk antara Jum'at itu dengan
Jum'at yang berikutnya dan ditambah pula dengan tiga hari lagi.
Barangsiapa yang memegang - mempermain- mainkan - batu kerikil - di
waktu ada khutbah - maka ia telah berbuat kesalahan." (Riwayat Muslim)
Nomor: 129
Ketigabelas: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Jikalau
seseorang hamba muslim ataupun mu'min berwudhu', kemudian ia membasuh
mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu setiap kesalahan yang dilihat
olehnya dengan menggunakan kedua matanya bersama dengan air atau bersama
dengan tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua
tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang
diambil - dilakukan - oleh kedua tangannya bersama dengan air atau
bersama tetesan air yang terakhir. Kemudian apabila ia membasuh kedua
kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalani oleh kedua kakinya
itu bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir,
sehingga keluarlah orang tersebut dalam keadaan bersih dari semua dosa."
(Riwayat Muslim)
Nomor: 130
Keempatbelas: Dari Abu Hurairah رضي الله عنهdari Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Shalat
lima waktu, dari Jum'at yang satu ke Jum'at yang benkutnya,dari
Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang berikutnya itu dapat menjadi
penghapus dosa-dosa antara jarak keduanya itu, jikalau dosa-dosa besar
dijauhi." (Riwayat Muslim)
Nomor: 131
Kelimabelas: Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sukakah
engkau semua saya tunjukkan pada sesuatu amalan yang dengannya itu
Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta mengangkat pula
dengannya tadi sampai beberapa derajat?" Para sahabat menjawab; "Baik,
ya Rasulullah." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Yaitu
menyempurnakan wudhu' sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran
banyaknya, melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid serta menantikan
shalat setelah selesai shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang
dinamakan perjuangan." (Riwayat Muslim)
Penjelasan:
Menyempurnakan
wudhu' sekalipun menghadapi kesukaran, misalnya di saat yang udaranya
dingin sekali, sehingga airnyapun menjadi sangat pula dinginnya.
Dalam
Hadis di atas dijelaskan bahwa senantiasa berthaharah yakni tetap suci
dari hadas besar dan kecil, juga shalat dan segala sesuatu yang
dilakukan ditujukan untuk niat beribadat dan berbakti kepada Tuhan,
adalah sama pahalanya dengan berjihad fi-sabilillah.
Nomor: 132
Keenambelas: Dari Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Barangsiapa yang bersembahyang dua shalat barad - makna sebenarnya dingin, maka ia dapat masuk syurga." (Muttafaq 'alaih)
Dua shalat barad maknanya ialah shalat Subuh dan Asar.
Nomor: 133
Ketujuhbelas: Dari Abu Musa al-Asy'ari pula, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Apabila
seseorang hamba itu sakit atau bepergian, maka dicatatlah untuknya
pahala ketaatan sebagaimana kalau ia mengerjakannya di waktu ia sedang
berada di rumah sendiri dan dala keadaan sihat." (Riwayat Bukhari)
Nomor: 134
Kedelapanbelas: Dari Jabir رضي الله عنه, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Setiap
perbuatan baik itu merupakan sedekah." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
Juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Hudzaifah t
Nomor: 135
Kesembilanbelas: Dari Jabir رضي الله عنه pula, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tiada
seorang muslimpun yang menanam suatu tanaman, melainkan apa saja yang
dapat dimakan dari hasil tanamannya itu, maka itu adalah sebagai sedekah
baginya, dan apa saja yang tercuri daripadanya, itupun sebagai sedekah
baginya. Dan tidak pula dikurangi oleh seseorang lain, melainkan itupun
sebagai sedekah baginya." (Riwayat Muslim)
Dalam
riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Maka tidaklah seseorang
muslim itu menanam sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya itu
dimakan oleh manusia ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya
itu adalah sebagai sedekah baginya sampai hari kiamat."
Dalam
riwayat Imam Muslim yang lain lagi disebutkan: "Tidaklah seseorang
muslim itu menanam sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam sesuatu
tumbuh-tumbuhan, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh
manusia, ataupun oleh binatang ataupun oleh apa saja, melainkan itu
adalah sebagai sedekah baginya."
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan Hadis-hadis semuanya itu dari riwayat Anas t
Nomor: 136
Keduapuluh: Dari Jabir رضي الله عنه
lagi, katanya: "Bani Salimah - salah satu kabilah kaum Anshar yang
terkenal radhiallahu 'anhum - bermaksud hendak berpindah tempat di dekat
masjid. Berita itu sampai kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kemudian beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda kepada Bani Salimah itu: "Sesungguhnya saja telah sampai
berita kepadaku bahwa engkau semua ingin berpindah ketempat di dekat
masjid?" Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah, kita berkehendak
sedemikian itu." Beliau صلی الله عليه وسلم
bersabda lagi: "Wahai Bani Salimah, tetaplah di rumah-rumahmu itu saja,
akan dicatatlah langkah-langkahmu itu - pahala melangkahkan kaki dari
rumah ke masjid itu pastt dicatat sebanyak yang dijalankan. Jadi tidak
perlu berpindah ke dekat masjid. Tetaplah di rumah-rumahmu itu saja,
akan dicatatlah langkah-langkahmu itu." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sesungguhnya
dengan setiap langkah itu ada derajatnya sendiri." Imam Bukhari
meriwayatkan pula dengan pengertian yang semakna dengan di atas dari
riwayat Anas t
Nomor: 137
Keduapuluhsatu: Dari Abdulmundzir yaitu Ubaybin Ka'ab رضي الله عنه
katanya: "Ada seseorang yang saya tidak mengetahui ada orang lain yang
rumahnya lebih jauh lag! daripada orang itu untuk pergi ke masjid. Orang
tadi tidak pernah terluput oleh shalat - jamaah. Kemudian kepadanya itu
ditanyakan, atau saya sendiri bertanya kepadanya: Alangkah baiknya
jikalau engkau membeli seekor keledai yang dapat engkau naiki apabtla
malam gelap gulita ataupun di waktu siang yang panasnya amat terik."
Orang itu menjawab: "Saya tidak senang sekiranya rumahku itu ada di
dekat masjid. Sesungguhnya saya ingin sekali kalau perjalananku ke
masjid itu dicatat- sebagai pahala, demikian juga pulangku jikalau saya
pulang ketempatkeluargaku."Rasulullah صلی الله عليه وسلم
lalu bersabda: "Allah telah mengumpulkan untukmu semua yang kau
kehendaki itu - yakni keinginanmu untuk memperoleh pahala banyak itu
dikabulkan oleh Allah."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sesungguhnya
bagimu adalah pahala apa yang telah engkau amalkan-yakni diperhitungkan
menurut banyak sedikitnya langkah yang dijalani dari rumah ke masjid
itu."
Ar-ramdha' ialah bumi yang terkena panas matahari yang amat terik.
Nomor: 138
Keduapuluh dua: Dari Abu Muhammad yaitu Abdullah bin 'Amr bin Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Ada
empat puiuh perkara, setinggi-tingginya - dalam derajat-nya - ialah
memberikan - manihah - kambing. Tiada seorangpun yang mengerjakan salah
satu perkara dari empatpuiuh perkara itu, dengan mengharapkan pahalanya
dan mempercayai apa yang dijadikan - oleh Tuhan - melainkan Allah akan
memasukkannya ke dalam syurga." (Riwayat Bukhari)
Manihah
ialah memberikan kambing betina pada orang lain agar diperah susunya -
binatang yang diberikan tadi, lalu dimakan -yakni diminum, kemudian
dikembalikan lagi kepada yang memilikinya, apabila sudah habis susu yang
ada di dalam teteknya. Manihah itu dapat berupa kambing dan disebut
Manihatul 'ami atau Manihatusy syaati dan dapat pula berupa unta, lalu
disebut Manihatun naaqati.
Nomor: 139
Keduapuluh tiga: Dari 'Adi bin Hatim رضي الله عنه, katanya: Saya mendengar Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Takutlah pada - siksa - neraka itu, sekalipun dengan memberikan sedekah potongan kurma." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan lagi, dari 'Adi bin Hatim, katanya: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tiada
seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak berbicara oleh
Tuhannya dan antara dia dengan Tuhannya tidak ada seorang tarjumanpun -
penyambung kata. Orang itu melihat ke sebelah kanannya, maka tidak ada
yang dilihat olehnya kecuali amalan yangtelah dilakukannya sebelum itu
-dari amalan yang baik - dan juga dia melihat ke sebelah kirinya, maka
tidak ada pula yang dilihat olehnya, kecuali amalan yang dilakukan
sebelum itu - dari amalan yang jelek. Dia melihat pula antara kedua
tangannya, maka tidak ada yang dilihatnya kecuali neraka yang ada di
hadapannya. Maka takutlah engkau semua pada - siksa - neraka, sekalipun
dengan bersedekah potongan kurma. Kemudian barangsiapa yang tidak
menemukan sesuatu untuk disedekahkan, maka bersedekahlah dengan ucapan
yang baik saja."
Nomor: 140
Keduapuluh empat: Dari Anas رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم
bersabda: "Sesungguhnya Allah itu niscaya meridhai pada seseorang
hamba, jikalau ia makan sesuatu makanan - pagi ataupun sore, kemudian
mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas makanan yang dimakannya itu,
ataupun meminum sesuatu minuman, kemudian mengucapkan puji-pujian kepada
Allah atas minuman yang diminumnya itu." (Riwayat Muslim)
Al-Aktah, dengan difathahkan hamzahnya, artinya ialah makan siang atau makan malam.
Nomor: 141
Keduapuluh lima: Dari Abu Musa رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم,
sabdanya: "Setiap orang Islam itu harus bersedekah." Abu Musa bertanya:
"Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak menemukan sesuatu untuk
disedekahkan?" Beliau menjawab: "Kalau tidak ada hendaklah ia bekerja
dengan kedua tangannya, kemudian ia dapat memberikan kemanfaatan kepada
dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan,
bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian?" Beliau menjawab:
"Hendaklah ia memberikan pertolongan kepada orang yang menghajatkan
bantuan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak
dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memerintah
dengan kebaikan atau kebagusan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan,
bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian." Beliau menjawab:
"Hendaklah ia menahan diri dari berbuat kejahatan, maka yang sedemikian
itupun sebagai sedekah yang diberikan olehnya." (Muttafaq 'alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar